Liputan6.com, Filipina Nestlé dan Unilever bertanggung jawab atas seperempat jumlah plastik sekali pakai bermerek di Filipina. Limbah plastik tersebut menciptakan krisis polusi plastik, menurut temuan pada sebuah laporan yang baru saja diterbitkan oleh Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA).
Baca Juga
Advertisement
Laporan berjudul Plastics Exposed: How Waste Assessments and Brand Audits are Helping Philippine Cities Fight Plastic Pollution yang baru saja diterbitkan mengungkapkan, kedua perusahaan tersebut dikategorikan sebagai pencemar utama.
Hal tersebut ditemukan setelah serangkaian audit merek dan sampah yang dilakukan di enam kota dan satu provinsi di Filipina. Laporan ini hasil kolaborasi dengan Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Pendidikan Universitas Santo Tomas (RCSSEd).
Jurukampanye Greenpeace Asia Tenggara (Filipina) Abigail Aguilar menanggapi temuan dalam laporan GAIA tersebut.
“Sekali lagi, laporan ini membuktikan, meskipun negara-negara di Asia Tenggara disalahkan atas krisis pencemaran plastik, tanggung jawab terbesar terletak pada korporasi-korporasi besar. Perusahaan multinasional seperti Nestlé dan Unilever terus meningkatkan produksi plastik sekali pakai. Itu seharusnya tidak perlu dan mengorbankan masyarakat, saluran air, dan kesehatan kita," papar Abigail dalam pernyataan rilis sesuai yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Selasa 12 Maret 2019.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Kurangi produksi plastik sekali pakai
Adanya temuan Nestlé dan Unilever terkait limbah plastik memberikan bukti baru. Bahwa produksi kemasan sachet (kemasan berukuran kecil untuk sekali pakai) yang berlebihan hanya dipasarkan di belahan bumi bagian selatan.
Pemasaran kemasan sachet ternyata tidak ditemukan wilayah-wilayah lainnya. Abigail menyerukan, Nestlé dan Unilever harus berhenti mengalihkan kesalahan atas polusi plastik pada masyarakat.
"Perusahaan-perusahaan ini bertanggung jawab atas krisis polusi plastik. Dan satu-satunya solusi bagi mereka adalah mengurangi produksi plastik sekali pakai secara signifikan," lanjutnya.
Perusahaan harus bergerak menuju sistem isi ulang dan kemasan tidak sekali pakai bagi pelanggan di seluruh dunia. Terkait seruan ini, sudah waktunya menolak konsumsi berlebih dan korporasi yang terus menjual plastik sekali pakai kepada masyarakat.
Advertisement