Tren Vacuum Challenge Bisa Merusak Otak Anak

Tantangan Vacuum Challenge yang sedang viral ini membahayakan otak anak.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 11 Jun 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2019, 10:00 WIB
Vacuum Challenge
Viral vacuum challenge berdampak buruk pada kesehatan anak-anak. (Instagram 187 Cullen)

Liputan6.com, Inggris Tren Vacuum Challenge atau dikenal dengan #InMyBagChallenge sedang melanda anak-anak di Inggris. Tantangan ini menggunakan kantong plastik sampah besar dan mesin penyedot debu.

Sejumlah video Instagram menampilkan anak-anak yang tengah melakukan vacuum challenge. Mereka hanya duduk sambil seluruh tubuhnya diselimuti kantong sampah.

Melansir laman Metro, Selasa (11/6/2019), tantangan Vacuum Challenge dilakukan dengan selang penyedot debu dimasukkan ke kantong plastik yang berada di tubuh. Ketika dinyalakan, penyedot debu pun akan mengisap semua udara keluar dari kantong plastik.

Proses penyedotan di kantong plastik pun membuat seseorang tampak seperti mengenakan pakaian Black Widow di Avengers, yang mengembang. Setelah semua udara keluar, kebanyakan orang yang melakukan tantangan cenderung tertawa.

Dalam tantangan Vacuum Challenge, anak-anak dibantu orang dewasa. Orang dewasa itulah yang menyalakan mesin penyedot debu sambil memegangi selang penyedot debunya. Kantong plastik yang menyelimuti tubuh pun kerap sampai leher.

 

 
 
 
View this post on Instagram

“Bin bag vacuum challenge” done ! ✔️😂 #binbagvacuumchallenge #binbagchallenge #funny

A post shared by @ 187cullen on

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Sebabkan Hipoksia Otak

Ilustrasi Otak
Sebabkan hipoksia otak. (iStockPhoto)

Sayangnya, para ahli telah memperingatkan untuk tidak mencoba tantangan baru yang dijuluki 'The Vacuum Challenge.' Ini karena tantangan berpotensi menyebabkan anak tercekik.

Meskipun terlihat lucu, hal ini bisa menjadi penyebab hipoksia serebral (hipoksia otak) yang disebabkan oleh pencekikan ketika kantong plastik melilit mengencang di leher.

Kurangnya udara di dalam kantong berarti orang tidak dapat bergerak sehingga sering jatuh ke tanah. Adanya kondisi kehilangan kendali anggota tubuh.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke menyatakan, tren itu bisa berbahaya karena kantong plastik membatasi gerak tubuh. Ini berisiko seseorang terkena hipoksia otak.

“Tercekik, mati lemas, henti jantung, trauma kepala, keracunan karbon monoksida, dan komplikasi anestesi umum dapat menciptakan kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia serebral,” tulis dalam situs National Institute of Neurological Disorders and Stroke, dikutip dari Daily News.

Penurunan Pasokan Oksigen

Ilustrasi Otak
Penurunan pasokan oksigen. (iStockPhoto)

National Institute of Neurological Disorders and Stroke menggambarkan hipoksia serebral sebagai suatu kondisi saat terjadi penurunan pasokan oksigen ke otak meskipun aliran darah memadai.

Gejala hipoksia serebral ringan meliputi kurangnya perhatian, kehilangan memori, dan penurunan koordinasi motorik.

"Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Ini terjadi dalam waktu lima menit setelah pasokan oksigen terputus," tambah situs tersebut.

Ada juga risiko cedera karena seseorang hampir tidak mungkin menggerakkan anggota tubuh sehingga terjatuh, dilansir dari Yahoo News.

Jika seseorang mengalami hipoksia otak, pemulihan tergantung pada berapa lama otak kekurangan oksigen. Namun, selama proses pemulihan, seseorang dapat mengalami kelainan psikologis dan neurologis. Misal, amnesia, halusinasi, kehilangan memori, kejang otot, dan kedutan.

 

 
 
 
View this post on Instagram

Dimitri does the vacuum challenge 😛 #vacuumchallenge #vacuum #justforfun #binbag

A post shared by Carolina (@carolinaferrero_) on

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya