Kualitas Udara Buruk di Indonesia Perpendek Usia Masyarakatnya

Kualitas udara yang buruk bukan hanya di Jakarta. Semua wilayah di Indonesia juga rentan akan hal itu.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 26 Jul 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 10:00 WIB
Kualitas Udara Jakarta Semakin Buruk
Pohon terlihat saat kabut polusi menyelimuti kota Jakarta, Selasa (9/7/2019). Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta penyebab polusi di Jakarta semakin buruk akibat emisi kendaraan bermotor yang mencapai 75 persen, ditambah pencemaran dari industri dan limbah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa pekan terakhir, kualitas udara di Jakarta disorot karena dianggap tidak sehat. Berdasarkan laman Air Visual pada Kamis (25/7/2019), indeksnya berada di angka 157 atau terburuk kelima di dunia.

Namun, yang patut dikhawatirkan sesungguhnya bukan hanya Jakarta saja. Seluruh wilayah di Indonesia memiliki potensi kualitas udara yang memburuk.

Bahkan, sebuah studi yang dirilis beberapa waktu lalu menyatakan bahwa kualitas udara yang buruk di Indonesia mengurangi harapan hidup hingga lima tahun di beberapa daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) menemukan, rata-rata orang Indonesia berpotensi kehilangan 1,2 tahun harapan hidup karena kualitas udara yang buruk. Di beberapa wilayah angkanya bahkan berkurang hingga lima tahun.

"Polusi udara yang tinggi sekarang merusak kesehatan masyarakat Indonesia," kata peneliti Michael Greenstone dan Qing Fan seperti dikutip dari Phys.org.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Meningkat Drastis dari 1998

Udara Jakarta Buruk, Warga Beraktivitas Pakai Masker
Seorang wanita berjalan mengenakan masker pelindung untuk menghindari polusi udara buruk di Jakarta, Rabu (17/7/2019). Dinkes DKI menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas untuk mencegah dampak polusi udara pada tubuh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mereka menambahkan, lonjakan terbesar terlihat pada 2013 dan 2016. Angkanya bahkan lebih dari dua laki lipat.

"Pada tahun 1998, polusi udara hampir tidak berdampak pada harapan hidup orang Indonesia. Pada faktanya, tahun 2013, itu memotong harapan hidup beberapa bulan dari rata-rata harapan hidup," tambah keduanya.

Mengutip laman resmi EPIC, konsentrasi polusi partikulat di Indonesia dari 1998 hingga 2016, meningkat 171 persen. Ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu dari dua puluh negara paling tercemar di dunia.

Studi mereka juga menemukan bahwa pada 80 persen dari 250 juta penduduk Indonesia, tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran udara melebihi pedoman WHO pada 2016.

Membutuhkan Kebijakan yang Lebih Kuat

Aktivis dari Gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta
Aktivis membentangkan spanduk saat kampanye damai terkait buruknya udara Jakarta di Bundaran HI, Rabu (5/12). Aksi tersebut sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah akibat lalai dalam menangani polusi udara di Jakarta. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Di Jakarta, masyarakatnya berpotensi hidup 2,3 tahun lebih sedikit jika hal ini terus berlanjut. Sementara di pulau Sumatera dan Kalimantan yang rentan akan kebakaran hutan setiap tahunnya, pengurangan usia naik menjadi 4 tahun.

Di Palembang usia berkurang hingga 4,8 tahun dan Ogan Komering Ilir berkurang hingga 5,6 tahun.

Greenstone, yang merupakan profesor ekonomi di University of Chicago menyatakan bahwa dibutuhkan yang lebih kuat untuk mengatasi ancaman ini.

"Kebijakan Indonesia yang kuat untuk mengurangi polusi udara partikulat, akan memungkinkan orang untuk hidup lebih lama dan sehat."

Mereka menyatakan, apabila Indonesia mencapai perbaikan dalam kualitas udara seperti yang dilakukan Tiongkok dalam lima tahun terakhir, harapan hidup masyarakat bisa mencapai 8 bulan lebih lama. Bahkan, orang-orang yang tinggal di daerah paling tercemar bisa hidup sampai 2,5 tahun lebih lama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya