Wanita dan Anak-Anak Pandeglang Semangat Ikut Simulasi Gempa

Wanita dan anak-anak di Pandeglang lebih banyak ikut simulasi bencana gempa bumi dan tsunami dari BNPB.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Agu 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2019, 07:00 WIB
BNPB
Simulasi bencana gempa bumi dan tsunami dari BNPB di Shelter Labuan diikuti banyak wanita dan anak-anak pada 14 Agustus 2019. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Liputan6.com, Pandeglang Simulasi bencana gempa bumi dan tsunami yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Shelter Labuan, Pandeglang, Banten pada 14 Agustus 2019 berjalan sukses. Yang paling menarik, simulasi itu lebih banyak diikuti wanita dan anak-anak.

Kepala BNPB Doni Monardo mengapresiasi hasil evaluasi dari simulasi bencana gempa bumi dan tsunami. Sasaran simulasi diikuti puluhan warga dan anggota Pramuka dari Mts Negeri 2 Pandeglang serta unsur terkait lainnya.

"Luar biasa. Evaluasi (simulasi bencana gempa dan tsunami) sudah bagus. Meski saya lihat lebih banyak ibu-ibu dan anak-anak, tapi semuanya bisa memakan waktu kurang dari 10 menit sampai ke titik kumpul. Capek ya, Bu? Tapi tetap semangat ya," kata Doni yang disambut tawa dan tepuk tangan peserta simulasi bencana sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Minggu (18/8/2019).

Dalam simulasi bencana, seluruh peserta mampu mencapai titik lokasi evakuasi yang berada di lantai atas shelter kurang dari 10 menit. Kaum wanita dan anak-anak juga mampu mencapai titik kumpul.

Artinya, simulasi sudah dinyatakan sesuai standar dan prosedur tentang penguatan kapasitas. Hal ini meminimalisir kejadian korban bencana gempa.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Menjadi Kegiatan Rutin

BNPB
Simulasi bencana gempa bumi dan tsunami dari BNPB di di Shelter Labuan diikuti banyak wanita dan anak-anak pada 14 Agustus 2019. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Doni menekankan simulasi bencana gempa bumi dan tsunami seperti yang baru saja dilakukan di Shelter Labuan sangat penting. Ini karena wilayah Labuan termasuk dalam zona rawan gempa dan tsunami.

Ia meminta bahwa kegiatan simulasi sering dilakukan di Shelter Labuan, yang mana akan menjadi markas BPBD setempat.

"Simulasi ini penting. Karena wilayah ini dekat dengan pantai dan berada pada zona rawan gempa. Semoga hal ini bisa menjadi kegiatan rutin sehingga kita semua lebih tangguh menghadapi ancaman risiko bencana," tambahnya.

Usai melakukan evaluasi simulasi dan serah terima alat pendeteksi guncangan gempabumi, Kepala BNPB dan Kepala BMKG melanjutkan kegiatan memasang rambu rawan tsunami dan menanam mangrove. Kegiatan ini ditujukan sebagai sabuk pantai alami di Pantai Galau.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya