Cara Hadapi Pasien Demensia yang Ajukan Pertanyaan Sama Berulangkali

Selalu mengajukan pertanyaan yang sama berulangkali, intip cara hadapi pasien demensia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Sep 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2019, 12:00 WIB
Penampungan Lansia
Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Bosan dan jenuh, dua hal itu bisa dialami seseorang saat menghadapi pasien demensia. Penurunan daya ingat pasien demensia membuat mereka lupa apa yang dilakukan. Seringkali mereka mengajukan pertanyaan yang sama berulangkali.

"Contohnya, pasien demensia bertanya, 'Saya tadi sudah makan belum?' Nanti 2 atau 5 menit kemudian, mereka pun kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Pertanyaannya sama terus. Kalau kita enggak sabar ya bisa membuat marah dan stres sendiri," ungkap dokter spesialis kejiwaan konsultan Tribowo Tuahta Ginting dalam siaran Live Streaming Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, ditulis Sabtu (7/9/2019).

Untuk menghadapi pasien demensia, anggota keluarga si pasien harus sabar dan mau merawat. Hal tersebut dinilai penting karena banyak anggota keluarga yang akhirnya menjadi jenuh dan bosan menghadapi salah satu anggota keluarga yang didera demensia.

"Bahkan mereka jadi stres dan depresi sendiri. Ya, karena pasien demensia juga kan sulit dikasih tahu. Mereka pun mengalami perubahaan kepribadian, lupa urutan mencuci tangan dan aktivitas lain. Ada anggota keluarga yang malah capek berulangkali ditanya terus," lanjut Bowo, sapaan akrabnya.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Hindari Beragumentasi

Ilustrasi Berdebat
Hindari berargumentasi dengan pasien demensia. (dok. Pexels.com/Putu Elmira)

Bowo memberikan tips supaya anggota keluarga mampu dan siap mental menghadapi salah satu anggota keluarga yang demensia. Pertama, kita harus menyediakan kebutuhan utama pasien dengan baik.

Entah mengatasi masalah lapar, seperti ketersediaan makanan serta menangani nyeri. Mereka biasanya rentan dengan kondisi nyeri.

"Kedua, hindari berargumentasi. Enggak usah dijawab terus menerus pertanyaannya. Pertanyaannya pun sama. Kalau dijawab terus, kita sendiri yang enggak sabar. Awalnya sih sabar menjawab. Lama-lama dia terus tanya, kita bisa marah sendiri nantinya," tambah dokter yang berpraktik di RS Persahabatan Jakarta.

"Ketika kita terlihat marah. Kemungkinan pasien demensia bisa depresi dan ikut terpancing emosi atau marah."

Ciptakan Suasana Tenang

Penampungan Lansia
Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

Ketiga, coba bantu pasien demensia mengalihkan perilaku. Pasien demensia suka mondar-mandir tidak jelas. Mereka kerap tidak bisa diam.

Akan sangat berbahaya bila mereka keluar rumah. Mereka bisa tidak tahu arah pulang karena lupa alamat rumah. Maka, alihkan fokus mereka dengan aktivitas lain, seperti main teka-teki.

Keempat, ciptakan suasana tenang dan tidak berisik. Hal ini agar mereka tidak terganggu secara emosi, lanjut Bowo.

Konsultasi Rutin

Ilustrasi Orang Tua (iStockphoto)
Konsultasi rutin untuk pasien demensia. (Ilustrasi Lansia/iStockphoto)

Kelima, jangan anggap apapun yang dilakukan pasien demensia itu sengaja.

"Kadang keluarga tidak bisa menerima apa yang dilakukan anggota keluarganya yang demensia. Pada pasien demensia yang kondisinya sudah parah, mereka bahkan bisa buang air besar sembarangan (BAB). Lupa bagaimana caranya BAB," Bowo menjelaskan.

"Melihat BAB sembarangan, ada penilaian, 'Oh, sengaja atau pura-pura' saja. Jangan menganggap begitu agar kita tidak stres sendiri."

Keenam, perlu membawa anggota keluarganya yang demensia berkonsultasi rutin ke dokter. Saat konsultasi, kita dapat membahas permasalahan apa saja yang menjadi kendala sehingga perawatan terhadap pasien demensia berjalan baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya