Penyanyi Sia Ungkap Dirinya Mengalami Sindrom Langka

Penyanyi Sia mengungkapkan bahwa dirinya mengalami sebuah kondisi langka

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Okt 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2019, 14:00 WIB
Ini Dia Wajah Asli Sia Tanpa Terhalang Wig
Jika biasanya wajah Sia selalu tertutup wig, kali ini ia memperlihatkan wajah aslinya. (Kevin Winter/Getty Images/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Australia Sia, baru-baru ini mengungkapkan masalah kesehatannya. Wanita 43 tahun ini mengatakan bahwa dia memiliki sebuah kondisi langka bernama sindrom Ehlers-Danlos.

"Hai, saya menderita penyakit kronis, penyakit saraf, Ehlers-Danlos dan saya hanya ingin mengatakan kepada kalian yang menderita secara fisik atau emosional, saya suka Anda terus bergerak," ujar Sia dalam unggahannya di Twitter pada Jumat lalu seperti dikutip dari Allure Magazine pada Senin (7/10/2019).

"Hidup ini sulit. Rasa sakit itu melemahkan semangat dan Anda tidak sendirian," ujar pelantun "Chandelier" itu.

US National Library of Medicine menyatakan bahwa sindrom Ehlers-Danlos (EDS) merupakan gangguan yang mempengaruhi jaringan penghubung yang mendukung kulit, tulang, dan beberapa orang serta jaringan lain.

Kondisi ini membuat pengidapnya mengalami hipermobilitas atau tubuh yang super lentur dan mampu menyebabkan rasa sakit kronis. Selain itu, masalah tersebut jarang terjadi dan hanya menyerang satu dari 5 ribu orang di seluruh dunia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Bisa Mematikan di Jenis Tertentu

Sia Furler
Penyanyi Sia Furler. (afrossip.com)

Dikutip dari Newsweek, The Ehlers-Danlos Society mengungkapkan setidaknya ada 13 tipe penyakit ini. Beberapa di antaranya yaitu arthrochalasia EDS yang membuat pinggul mengalami perpindahan, brittle cornea syndrome yang mempengaruhi mata dan hypermobile EDS.

Para peneliti sendiri menyatakan bahwa kondisi ini bisa berdampak secara neurologis.

Dalam sebuah makalah di National Institutes of Health and the Iranian Journal of Neurology tahun 2014 para peneliti mencatat bahwa meski sistem saraf bukan taret utama dari kerusakan molekuler yang mendasarinya, perhatian ditingkatkan pada bentuk neurologis EDS.

"Seperti muskuloskeletal, kelelahan, sakit kepala, kelemahan otot, dan parestesia."

Kondisi tersebut bisa mematikan ketika orang mengalami tipe vaskular. Masalah tersebut bisa membuat aorta, usus, atau uterus melemah. Jika organ-organ tersebut pecah, risikonya fatal.

Namun tidak semua tipe mematikan. Kondisi hypermobile misalnya, bisa terlihat dengan kulit yang lebih fleksibel. Bahkan, beberapa pekerja seni pertunjukkan di Kanada, memanfaatkannya untuk penampilan mereka.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya