Dibayar Puluhan Juta untuk Ditulari Flu, Mau?

para peneliti menawari inividu yang bersedia ditulari virus flu dengan bayaran cukup besar demi mempelajari daya tahan tubuh menghadapi serangan virus tersebut.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 03 Nov 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2019, 12:00 WIB
Ilustrasi flu
Ilustrasi flu (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kesehatan baru akan terasa sangat berharga ketika kita jatuh sakit. Dan kini, para peneliti menawari inividu yang bersedia ditulari virus flu dengan bayaran cukup besar demi mempelajari daya tahan tubuh menghadapi serangan virus tersebut.

Para peneliti memerlukan 80 orang usia 18 hingga 50 tahun untuk studi tersebut. Menurut US News & World Report, mereka akan dibayar sebesar 3.300 dollar atau setara lebih dari Rp46 juta untuk menghirup semprotan hidung mengandung virus Influenza A, jenis virus umum H1N1, yang menyebabkan gejala flu ringan hingga sedang.

Selanjutnya, para partisipan akan diminta tinggal setidaknya seminggu di klinik untuk dimonitor secara intensif kondisi kesehatannya. Sampel darah dan dahak mereka diteliti untuk melihat alur respons sistem imunitas tubuh dalam mendeteksi dan menghadapi virus flu. Keterangan tersebut disampaikan oleh National Institute of Health, selaku penyandang dana.

Melansir laman New York Post, tanda-tanda flu seperti demam, nyeri otot, dan lemas akan dicatat selama dua minggu. Para partisipan akan menjalani dimintai sampel darah dan dahak selama 90 hari. Studi yang dimulai pada akhir Oktober 2019 ini akan berlangsung hingga Mei 2020 hingga didapat hasil awal.

 

Menggunakan virus flu yang aman

Para peneliti yang terlibat dalam studi ini diantaranya berasal dari University of Maryland School of Medicine, Cincinnati Children's Hospital Medical Center, Duke University, dan Saint Louis University Center for Vaccine Development.

Sebelumnya, semprotan hidung mengandung virus flu yang akan digunakan dalam penelitian itu telah diujicobakan pada 400 partisipan dalam studi terdahulu. Hasilnya, mereka tidak mengalami masalah serius atau komplikasi flu parah selama penelitian, ujar NIH.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya