Donald Trump Bakal Desak The Fed Pangkas Suku Bunga AS

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mendesak bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menurunkan suku bunga.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Jan 2025, 11:45 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 11:45 WIB
Donald Trump Bakal Desak The Fed Pangkas Suku Bunga AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan permintaan pertamanya ke the Federal Reserve (The Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS). (Kenny HOLSTON/POOL/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan permintaan pertamanya ke the Federal Reserve (The Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Donald Trump akan mendesak bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga. Dalam sebuah video pernyataan kepada para pemimpin global di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Trump mengatakan ia akan mengupayakan suku bunga AS ke level lebih rendah.

"Saya akan menuntut agar suku bunga segera turun," kata Trump, dikutip dari CNBC International, Jumat (24/1/2025).

"Dan demikian pula, suku bunga harus turun di seluruh dunia. Suku bunga harus mengikuti kita di mana-mana,” ia menambahkan.

Komentar Donald Trump menandai komunikasi publik pertamanya terhadap pejabat The Fed, yang dalam beberapa waktu terakhir memiliki hubungan kontroversial selama masa jabatan pertamanya di Gedung Putih.

Sejauh ini, Trump sendiri belum membahas pandangannya tentang kebijakan moneter AS, selama pekan pertamanya menjabat di Gedung Putih.

Namun, selama kampanye presiden pada 2024 lalu Trump mengindikasikan bahwa ia akan berusaha terlibat dalam keputusan suku bunga.

Ketika diwawancarai wartawan saat itu, Trump mengatakan ia berharap The Fed akan mendengarkannya dan berencana untuk berbicara dengan Powell pada waktu yang tepat.

Sementara itu, Powell dan anak buahnya menekankan independensi di The Fed. Powell juga berulang kali menegaskan bahwa bank sentral AS tidak membuat keputusan berdasarkan pertimbangan politik. 

Independensi The Fed dipandang penting untuk pasar yang stabil, meskipun bank sentral telah dikecam dalam beberapa tahun terakhir karena menganggap lonjakan inflasi pada tahun 2021 sebagai "sementara," yang menyebabkan serangkaian kenaikan suku bunga yang agresif.

Pasar hampir tidak memperkirakan peluang The Fed menurunkan suku bunga acuannya lebih lanjut, yang saat ini ditargetkan dalam kisaran antara 4,25%-4,5% setelah pemangkasan satu poin persentase penuh dalam empat bulan terakhir tahun 2024.

Menurut data CME Group, para pedagang memperkirakan penurunan suku bunga pertama kemungkinan akan terjadi pada bulan Juni mendatang dan sekitar 50-50 kemungkinan penurunan suku bunga berikutnya sebelum akhir tahun.

 

The Fed Bakal Hati-Hati pada Kebijakan Suku Bunga 2025

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)... Selengkapnya

Diwartakan sebelumnya, Dot plot The Fed yang baru-baru ini dirilis mengindikasikan beberapa pembuat kebijakan bersikap hati-hati untuk memangkas suku bunga.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, sikap yang tampaknya diambil bank sentral Amerika Serikat (AS) adalah bersikap lebih hati-hati dengan pemangkasan suku bunga dan melihat laju pemangkasan yang melambat.

"Ekspektasi inflasi meningkat karena mempertimbangkan kemungkinan dampak kebijakan perdagangan akibat penerapan tarif serta dampak dari kebijakan imigrasi yang lebih ketat,” tulis riset tersebut.

Ashmore menyebutkan, saat ini pasar prediksi pemangkasan suku bunga the Fed 41 basis poin (bps) hingga akhir 2025. Hal ini kontras dari harapan pada September 2024 di mana pasar prediksi sebanyak 10,2 persen pada 2025.

"Namun, perubahan dinamis dalam harapan suku bunga ini seharusnya sudah tidak asing lagi sekarang, di mana jika kita melihat suku bunga yang diharapkan untuk Desember 2024, data itu bergejolak sekitar kuartal terakhir 2023 di mana suku bunga yang diharapkan turun dari sekitar 4,8 persen menjadi 3,6 persen,” demikian seperti dikutip.

Pada kuartal pertama 2024, harapan suku bunga berbalik arah dan menguat menjadi 4,7 persen.  Di sisi lain, hal ini berlawanan pada kuartal terakhir, diharapkan tingkat suku bunga pada Desember 2025, pasar melihat volatilitas yang sama dengan tren berbeda pada kuartal IV 2024. Suku bunga diharapkan naik dari sekitar 2,8 persen menjadi 4 persen.

"Apa yang terjadi saat itu, dan dapatkah kita melihat pembalikan srupa pada kuartal pertama tahun ini?”.

Sentimen Pasar

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)... Selengkapnya

Melihat beberapa faktor yang pengaruhi perubahan suku bunga dari tren menurun menjadi meningkat pada kuartal pertama 2024, Ashmore melihat pertumbuhan ekonomi lebih kuat dari yang diharapkan dengan lapangan kerja yang kuat serta data pertumbuhan laba perusahaan selain tingkat inflasi tetap tinggi karena faktor global.

Hal ini seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan biaya layanan yang tetap tinggi.

"Hal ini secara keseluruhan telah menggesar pasar untuk mengharapkan arah yang agresif oleh the Fed,”

Namun, berdasarkan tren pertumbuhan lapangan kerja saat ini, serta inflasi, Ashmore melihat tren itu terus menurun dengan nonfarm payrolls (NFP) yang stabil di bawah rata-rata (tidak termasuk anomaly selama pandemi COVID-19) selain inflasi yang tetap menurun.

Selain itu, Donald Trump yang resmi memulai masa jabatan keduanya, sementara ada pendorong inflasi yang tetap tinggi, demikian pula ada tekanan deflasi seperti peningkatan produksi komoditas energi.

"Secara keseluruhan, kami pikir situasi saat ini tetap bergejolak seperti yang kita lihat secara historis, tetapi imbal hasil dan ekspektasi suku bunga mungkin mendekati batas tertingginya,” demikian seperti dikutip.

Ashmore melihat investor bisa mendapatkan keuntungan dengan tetap investasi selama masa suku bunga tinggi karena ada peluang untuk membeli dengan harga murah.

"Kami tetap positif terhadap saham Indonesia dengan katalis yang dapat membawa pertumbuhan struktural dengan dukungan pemerintah,”

Ashmore juga melihat instrument pendapatan tetap juga tetap menarik pada valuasi saat ini karena imbal hasil mungkin tetap tinggi dalam jangka pendek.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya