Vaksinasi HPV Jadi Program Nasional, Kasus Kanker Serviks Turun

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan jenis kenker pembunuh kedua di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2019, 16:00 WIB
Vaksin HPV (iStockphoto)
Pemberian vaksin HPV baik untuk mencegah kanker serviks (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kanker serviks atau yang juga dikenal dengan kanker leher rahim merupakan jenis kenker pembunuh kedua di Indonesia. Data Globocan pada 2018 memaparkan bahwa setidaknya 2 perempuan meninggal setiap satu jam karena kanker serviks.

Vaksinasi Human Papillomavirus (HPV) dapat menjadi salah satu cara dalam mencegah penyakit ini. Namun, program yang telah direncanakan untuk berkembang menjadi program imunisasi nasional kini diujung tanduk.

Profesor Andrijono, Sp.OG, pendiri Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) menyesalkan adanya keterlambatan ini. “Vaksinasi HPV anak sekolah harusnya dilakukan bulan November. Tapi hingga saat ini, pertengahan Desember belum juga ada tanda akan segera dilaksanakan,” katanya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 17 Desember 2019.

Ketua Umum CISC (Cancer Information and Support Group) dan juga anggota KICKS, Aryanthi Baramuli mengungkapkan kekhawatiran yang muncul bila dosis kedua terlambat diberikan. “Saya khawatir bila anak kelas 5 SD yang tahun lalu sudah mendapat suntikan dosis pertama tapi hingga saat ini belum mendapat dosis kedua, proteksi vaksin jadi kurang efektif,” katanya.

Selain itu, apabila akhirnya program vaksinasi HPV tidak dilanjutkan, angka kanker serviks di Indonesia tidak akan turun, serta pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan terus membengkak dalam mengobati kanker serviks.

Aryanthi menjelaskan, program uji coba vaksinasi yang berjalan lancar sejak 2016 dan mencakup lebih dari 90 persen ini mengalami keterlambatan karena terdapatnya masalah dalam ketersediaan vaksin jenis ini. Padahal, dasar hukum pengadaan vaksin HPV sudah diatur dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah No.11/2018.

Tidak hanya lebih ekonomis, vaksinasi di usia dini dapat memberi proteksi yang lebih baik karena antibodi anak yang terbentuk dapat lebih optimal dibandingkan jika diberikan pada usia yang lebih dewasa.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Vaksinasi HPV

Stop Cancer
Dengan vaksinasi yang tepat dapat membuat penurunan kanker serviks lebih efektif. (iStockphoto)

Dalam pemberian dosis, vaksin HPV mengklasifikasikan nya berdasarkan umur. Dua dosis diindikasikan untuk perempuan dan laki-laki umur sembilan sampai 13 tahun, sedangkan pada usia 14 ke atas diberikan dalam tiga dosis. Vaksin ini terbukti aman dan efektif dalam melindungi empat tipe HVP seperti tipe 6, 11, 16, dan 18.

“Jarak dosis vaksin kedua maksimal diberikan satu tahun setelah dosis pertama,” kata Andrijono.

Namun, mengetahui perlu adanya vaksin lanjutan, Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Andrijono, memaparkan bahwa sekitar 120.000 anak perempuan terancam tidak mendapat vaksinasi HPV lanjutan.

Dia mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat akan dilakukan kajian ilmiah terkait hal ini, serta upaya yang bisa dilakukan agar program vaksinasi HPV bisa kembali berjalan.

Awalnya, pada 2016, program ini dimulai dengan uji coba di Jakarta dan selanjutnya mulai dilakukan di beberapa daerah lain. Pada 2018 saja misalnya, program ini telah dilakukan di Yogyakarta Kabupaten Bantul dan Kulon Progo, Surabaya, Makassar, dan Manado.

Dari kejadian tersebut, Aryanthi berharap vaksinasi HPV ini dapat menjadi program nasional paling jitu untuk menurunkan angka kanker serviks di Indonesia.

“Semoga pemerintah segera melaksanakan program ini di bulan Desember, agar di kemudian hari kasus kanker serviks bisa turun dan biaya BPJS Kesehatan juga lebih rendah,”  harapnya.

 

Penulis: Lorenza Ferary

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya