Miris, 1,7 Juta Orang Meninggal karena Kanker Paru Setiap Tahun

Dokter Elisna mengatakan bahwa standar pengobatan di Indonesia sudah maju dan setara dengan pengobatan internasional. Namun jika disinggung mengenai deteksi dini, dia mengaku masih belum ada.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Feb 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2020, 08:00 WIB
20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan bahwa angka kanker paru di Indonesia telah meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu, dengan hampir membunuh 1.7 juta orang setiap tahunnya.

Menanggapi perihal tersebut, Dokter spesialis paru konsultan dan Ketua Pokja Kanker Paru PDPI dr. Elisna Syahruddin, Ph.D, Sp.P(K) menuturkan bahwa usaha yang paling penting untuk menangani kanker paru adalah mengendalikan faktor risiko secara masif agar dapat menurunkan jumlah kasus baru kedepannya.

Ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Elisna menuturkan bahwa modalitas pengobatan atau terapi kanker paru ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, dan dia mengatakan bahwa standar pengobatan di Indonesia sudah maju dan setara dengan pengobatan internasional.

"Modalitas terapi seperti operasi, terapi radiasi, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi dapat dilakukan. Tujuan dari standar pengobatan kanker paru ini diharapkan dapat meningkatkan harapan hidup dengan efek samping yang lebih ringan," katanya pada Selasa (11/02).

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Deteksi Dini

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Namun, jika disinggung mengenai deteksi dini, Elisna mengaku masih belum ada. Pembiayaan mengenai deteksi dini masih digolongkan dengan harga yang cukup mahal untuk diupayakan di Indonesia.

“Kalau diharapkan pemerintah membuat program, bangkrut yang ada. Enggak bisa lagi bikin jembatan, tol,” katanya.

Elisna menambahkan, “Ada satu hal penting yang sulit, bahwa paru itu sangat luas, dan kedua tidak ada skrining untuk kanker paru. Jadi kalau ada yang mengatakan perlu di skrining, kanker paru enggak bisa di skrining di Indonesia.”

Melalui Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Upaya edukasi juga dilakukan dengan adanya website resmi www.indonesiapedulikankerparu.org yang nantinya masyarakat bisa diakses langsung sehingga mendapatkan informasi yang tepat tentang kanker paru.

Meski belum bisa diakses, website ini telah dipersiapkan sebagai platfom sosialisasi informasi agar masyarakat bisa mendapatkan informasi yang tepat mengenai kanker paru sehingga dapat menekan angka kesakitan dan kematian akibat kanker paru di Indonesia.

Selain itu, membahas mengenai deteksi dini, PDPI membuat pedoman pengendalian faktor risiko dengan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) yang nantinya akan disosialisasikan ke masyarakat.

Pada faktor risiko inilah diharapkan pemeriksaan akan lebih intens, dan tidak hanya sakadar bercakap-cakap dengan dokternya.

 

Penulis: Lorenza Ferary

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya