Pertama di Dunia, Skotlandia akan Gratiskan Pembalut dan Produk Kewanitaan Lainnya

Skotlandia sebentar lagi akan menjadi negara pertama yang menggratiskan produk kewanitaan seperti pembalut dan tampon

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Feb 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2020, 16:00 WIB
Ilustrasi pembalut. (Istock)
Ilustrasi pembalut. (Istock)

Liputan6.com, Jakarta Skotlandia tak lama lagi akan menjadi negara pertama di dunia yang menggratiskan produk sanitasi untuk wanita seperti pembalut dan tampon. Semua perempuan di seluruh usia nantinya bisa mendapatkannya dengan cuma-cuma.

Rancangan Undang-Undang ini diajukan oleh anggota parlemen Skotlandia Monica Lennon. Proposal tersebut sudah dimulainya sejak 2017.

"Itu bukan barang mewah. Mereka memang penting dan tidak seorang pun di Skotlandia bepergian tanpa produk menstruasi," kata Lennon seperti dikutip dari LAD Bible pada Jumat (28/2/2020).

"Kita mengubah budaya dan sangat menyenangkan bahwa negara lain di seluruh dunia memperhatikan dengan cermat untuk melihat apa yang kita lakukan," Lennon menambahkan.

Dikutip dari NPR, RUU ini telah menuju ke tahap kedua di mana anggota parlemen dapat mengusulkan amandemen. Meskipun begitu, beberapa anggota lain menyatakan masih banyak pekerjaan sebelum kebijakan ini diterapkan.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Masih Membutuhkan Kajian Lanjutan

Tampon (iStock)
Ilustrasi tampon (iStockphoto)

ABC melaporkan bahwa kebijakan ini diperkirakan menelan biaya 24,1 juta euro per tahun. Sementara saat ini, produk sanitasi wanita dikenakan pajak sebesar lima persen sehingga beberapa orang tidak mampu membelinya karena harganya yang tinggi.

Salah seorang anggota parlemen mengutip sebuah laporan di tahun 2019 yang mengungkapkan masalah tersebut. Di situ dinyatakan bahwa meski banyak wanita yang bisa membeli produk-produk tersebut, namun mereka yang paling membutuhkan produk gratis adalah mereka yang tidak akan memintanya.

Sementara itu, tahun 2018, pemerintah juga telah membuat produk-produk menstruasi tersedia secara bebas di sekolah, perguruan tinggi, dan universitas. Program ini diterapkan setelah sebuah survei menunjukkan bahwa satu dari empat siswa, dari 2.000 responden, menyatakan kesulitan mengakses benda-benda semacam ini.

Yang sedang dikerjakan saat ini adalah bagaimana model memperoleh produk-produk tersebut. Salah satu proposal merekomendasikan agar perempuan memiliki kartu khusus yang bisa digunakan untuk mengambil apa yang mereka butuhkan, mirip seperti sistem yang diterapkan pada kondom gratis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya