Kenali Konstipasi Anak, dan Cara Tepat Mengatasinya

Namun, jika saluran cerna bermasalah, tentunya akan menimbulkan gangguan dari semua kalangan umur, salah satunya konstipasi (sembelit) pada anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mar 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi BAB (iStock)
Ilustrasi BAB (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Konstipasi anak dapat terjadi ketika saluran cerna, yang merupakan organ kompleks yang dibangun oleh 40 persen jaringan limfoid atau Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), yang menghasilkan 80 persen antibodi dan ratusan juta sel saraf tidak bisa untuk mencerna dan menyerap makanan, motilitas, fungsi imun, dan keseimbangan mikrobiota yang sesuai.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenteropologi Hepatilogi Anak RS Pondok Indah dan Bintaro Jaya, dr. Frieda Handayani K., Sp. A (K) menyebutkan bahwa konstipasi dapat ditandai dengan frekuensi Buang Air Besar (BAB) kurang dari dua kali dalam seminggu. Anak akan mengedan dan kesakitan karena fesesnya yang keras dan bulat.

Untuk diketahui, terdapat dua tipe feses anak saat konstipasi, yaitu feses yang berbentuk bulatan-bulatan kecil seperti bulatan kecil seperti kacang, sangat keras, dan amat sulit untuk dikeluarkan. Sedangkan yang kedua berbentuk seperti sosis yang permukaannya menonjol-nonjol, tidak rata, agak keras, dan terlihat seperti akan terbelah berkeping-keping.

Dalam menanganinya, terdapat tiga langkah yang perlu dilakukan antara lain:

 

 

Simak Video Menarik Berikut:

1. Clean-out treatment

Konstipasi
Konstipasi Anak

Clean-out treatment merupakan upaya untuk mengevakuasi feses. Frieda mengatakan, “Evakuasi feses dilakukan menggunakan obat pelicin, tentunya usai konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak dan dosisnya disesuaikan dengan umur anak.".

Menurutnya, feses akan keluar seperti bom yang berbatu-batu, yang langsung dikeluarkan dan ada juga yang sudah lama berada di usus besar sehingga air dalam kandungan feses akan terserap. Akibatnya, feses akan semakin keras dan semakin sudah untuk keluarkan.

"Nanti anak tidak mau lagi keluarin (feses) karena sakit, akhirnya makin numpuk,” ujar Frieda.

2. Obat rumahan, pijat perut, dan toilet training

“Obat rumatan diminum setiap hari, tidak berbahaya untuk anak. Selain itu anak juga harus dipijat perut, dan toilet training,” kata Frieda. Dia menuturkan, obat rumahan yang dimaksud adalah yang mengandung laktosa.

Untuk pijat perut, Frieda menerapkan teknik I Love U. "Pijat dengan pola huruf L dan juga dengan pola huruf U. Selain itu, Anda juga bisa memijat kaki bayi dengan gerakan mengayuh sepeda. Anda bisa melihat cara pastinya lewat internet," katanya. 

Jangan lupa juga untuk mengajarkan anak berlatih menggunakan toilet, misalnya dengan cara membawa anak untuk duduk di toilet sekitar 10 menit.

3. Konsultasi ke dokter spesialis anak

Cara ini merupakan cara terakhir yang bisa dilakukan untuk menentukan penyebab konstipasi itu terjadi. Frieda mengatakan, “Kalau konstipasi berulang perlu diadakan pemeriksaan dengan dokter spesialis.".

 

Penulis: Lorenza Ferary

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya