Cerita Profesor Tjandra Yoga Aditama Jalani Lockdown 2.0 COVID-19 di India

Lockdown 2.0 COVID-19 di India, Prof Tjandra Yoga Aditama bersyukur kebutuhan sehari-hari tetap tersedia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Apr 2020, 10:25 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2020, 10:25 WIB
India
Lockdown 2.0 COVID-19 di India, Prof Tjandra Yoga Aditama yang sekarang menjabat Direktur Penyakit Menular WHO SEARO bersyukur kebutuhan sehari-hari tetap tersedia. (Dok Prof Tjandra Yoga Aditama)

Liputan6.com, New Delhi Walaupun mengalami lockdown tahap kedua atau yang dikenal Lockdown 2.0 COVID-19 di India, Direktur Penyakit Menular WHO South-East Asia Region, Prof Tjandra Yoga Aditama bersyukur kebutuhan sehari-hari tetap tersedia. Masyarakat memanfaatkan jasa layanan pesan antar makanan. 

"Total lockdown seluruh India bermula dari 25 Maret 2020 selama 3 minggu, yakni sampai 14 April. Ternyata, dilanjutkan `Lockdown 2.0`, tahap kedua hingga 3 Mei 2020. Yang bersyukur adalah semua kebutuhan sehari-hari tetap tersedia," tutur Prof Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Minggu (19/4/2020).

"Tapi kemarin dilaporkan, ada seorang pengantar pizza ke rumah, dia ternyata positif COVID-19, sehingga semua (pelanggan) yang diantar pizza sama dia, dicek satu persatu. Mereka harus menjalani karantina 14 hari."

Dalam hal ini, lockdown di India berarti 40 hari. Praktis, 1,3 miliar penduduk India tinggal di rumah saja. Aktivitas berhenti total, kecuali yang esensial (layanan kesehatan, makanan).

"Jalanan kosong melompong, termasuk salah satu jalan utama New Delhi, 'Mathura Road.' Mungkin kalau di Indonesia ini namanya, Jalan Madura. Jalan di luar gerbang kompleks (rumah) saya ini biasanya amat ramai," lanjut Prof Tjandra sembari memperlihatkan foto selfie dirinya dengan latar belakang jalan raya yang kosong dan sepi.


Pertimbangan Lockdown 2.0 India

India
Prof Tjandra Yoga menyampaikan, lockdown di India berarti 40 hari sampai 3 Mei 2020, yang mana 1,3 miliar penduduk India tinggal di rumah saja. (Dok Prof Tjandra Yoga Aditama)

Menurut Prof Tjandra, yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, kebijakan lockdown sangat drastis dan amat ketat.

Sebagian besar dari 82 negara di dunia menjalankan semacam partial lockdown, yang berarti tidak seluruh kegiatan berhenti total dan atau tidak mencakup (lockdown) satu negara secara keseluruhan.

India melanjutkan tahap kedua lockdown mungkin mempertimbangkan enam kondisi, yang mana disebut WHO, 'kalau negara mau to start lifting restrictions (memulai adanya pembatasan)' dalam hal:

1. Penularan penyakit terkendali

2. Sistem kesehatan dapat mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan menangani setiap kasus serta melacak kontak

3. Risiko hotspot diminimalkan di tempat-tempat rentan, seperti panti jompo

 


Penilaian Lockdown 2.0

Pemandangan Sepi Kota Prayagraj di India Saat Lockdown
Sebuah jalan terlihat sepi di Prayagraj, India, Minggu (29/3/2020). Perdana Menteri India Narendra Modi meminta maaf kepada publik karena memaksakan kebijakan lockdown selama tiga minggu. (AP Photo/Rajesh Kumar Singh)

4. Sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat penting lainnya telah menetapkan langkah-langkah pencegahan

5. Risiko kasus baru dapat dikendalikan

6. Masyarakat sepenuhnya diedukasi, dilibatkan, dan diberdayakan untuk hidup seadanya (under a new normal)

"Kabarnya setelah seminggu tahap kedua ini akan dinilai daerah mana yang jumlah kasusnya berkurang jauh (atau mungkin 0). Maka lockdownnya agak dilonggarkan nanti, ya tapi nampaknya tidak di New Delhi," tutup Prof Tjandra, yang juga mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.

"Juga (masih) tidak jelas, apakah akan ada lockdown `tahap ke-tiga` atau tidak. Semoga COVID-19 segera teratasi."


Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya