Liputan6.com, Moscow, Rusia - Terhitung sudah 20 hari Adhikara meringkuk di dalam kamar asrama, setelah pemerintah Rusia menetapkan lockdown guna mencegah penyebaran Virus Corona.
"Alhamdulillah, saat ini kondisi baik," kata Adhikara saat memulai obrolan dengan Health Liputan6.com pada Jumat, 17 April 2020.
Baca Juga
Adhikara, yang pada 2016 mewakili Kepulauan Riau bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka tingkat nasional di Istana Negara, bercerita banyak tentang suasana lockdown di Rusia yang dia rasakan.
Advertisement
"Di sini institusi pendidikan tetap berjalan, tapi jadinya kelas online," kata mahasiswa jurusan Information Security di National Research Nuclear University MEPhl (Moscow Engineering Physics Institute).Â
"Kalau yang kerja, ada yang WFH (work from home atau kerja dari rumah). Cuma untuk pekerjaan yang tidak bisa di WFH-in, diliburin, tapi diganti uangnya sama Putin (Presiden Rusia, Vladimir Putin -red)," Adhikara menambahkan.
Selama pandemi COVID-19, lanjut Adhikara, pemerintah Rusia tidak main-main dengan peraturan yang mereka buat. Bila ada imbauan untuk #DiRumahAja, itu berarti warganya tidak boleh ke mana-mana.
"Di sini ketat banget. Semua ditangkapin gitu kalau keluar-keluar terus tapi enggak ada kebutuhan yang penting," ujarnya.
Â
Simak Video Menarik Berikut Ini
Selama Lockdown karena Corona, Dokter Fisik dan Mental Berjaga di Asrama
Tinggal jauh dari orangtua, ditambah pula tak boleh ke mana-mana, sempat membuat Adhikara tertekan dan stres.
Maklum saja, beberapa bulan menjadi anak rantau di Rusia, Adhikara nyaris selalu keluar di penghujung minggu untuk sekadar 'cari angin'.
"Begitu ada Corona ini sempat syok juga rasanya, di rumah melulu enggak keluar gitu. Stay di rumah gitu berat banget rasanya," katanya.
Â
Minggu pertama diberlakukan lockdown, Adhikara mengaku masih santai dan berusaha menikmatinya. Namun, saat memasuki minggu yang baru, gejala stres mulai menghampiri.
Akan tetapi kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Lantaran sejak hari pertama karantina, pihak kampus menyediakan dokter fisik dan dokter jiwa, yang tinggal di asramanya.
"Awalnya aku mikir kayak 'Ih, buat apa dokter mental?' sambil cengengesan. Eh, ternyata baru sadar rasanya manusia enggak bisa keluar itu kayak bagaimana," katanya.
Sejauh ini, Adhikara dan tiga orang lagi dari Indonesia yang tinggal satu asrama dengannya belum pernah menghubungi dokter yang disediakan pihak kampus.
"Kondisi baik-baik saja soalnya," katanya.
"Kalau misalnya kondisi lagi enggak baik, langsung telepon, dan langsung datang. Cuma aku belum pernah," kata Adhikara sambil tertawa.
Melihat perhatian dari kampus yang begitu besar, Adhikara mengaku tak merasa khawatir harus melewati masa-masa pandemi Corona seorang diri, tidak bersama dengan keluarganya yang tinggal di Batam, Kepulauan Riau.
Â
Advertisement
Kampus Menyediakan Ruang Khusus untuk Penghuni Asrama yang Sakit
Lebih lanjut Adhikara, mengatakan, pihak kampus juga menyediakan ruang khusus bagi penghuni asrama yang mendadak jatuh sakit, misalnya flu atau bahkan sekadar sakit perut.
"Yang flu supaya kalau misalnya ternyata Corona, enggak nularin," ujarnya.
"Yang sakit perut, supaya tidak tertular dengan yang ternyata Corona. Karena kan kondisinya dia lagi sakit, jadi kalau tahu-tahu kena Corona bisa parah sakitnya," Adhikara menambahkan.
Â
Cara Adhikara Menjaga Tetap Sehat Selama Pandemi Corona di Rusia
Guna menjaga kondisi tubuh senantiasa prima selama pandemi COVID-19 di Rusia, anak pertama dari empat bersaudara ini melakukan hal-hal yang diingatkan ibu dan ayahnya.
Sang ibu selalu mengingatkannya untuk makan yang benar dan selalu cuci tangan setiap habis pulang beli makanan atau menerima barang belanjaan yang dibeli secara daring.
"Sekarang aku sudah mulai beli apa-apa pakai delivery, jadi enggak keluar lagi. Kayak beli vitamin dan lain-lainnya," kata Adhikara.
Â
Advertisement
Menjadi Sukarelawan Beli-Beli Makanan untuk Dosen yang Tua
Â
Adhikara juga bercerita bahwa selama pandemi Corona COVID-19, segelintir teman sekampusnya menjadi sukarelawan (volunteer) yang bisa dititipkan membeli barang maupun makanan.
Bahkan, mereka juga membantu untuk membeli kebutuhan makanan dosen-dosen kampusnya yang sudah tua.
"Kan banyak banget tuh yang sudah tua," ujarnya.