Liputan6.com, Jakarta Representatif World Health Organization untuk Indonesia Dr. N. Paranietharan mengatakan bahwa kebiasaaan merokok menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan pria yang kerap disapa Paranie itu dalam sambutannya di webinar Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2020.
Baca Juga
Dalam kesempatan tersebut, ia mengatakan bahwa angka peningkatan kematian terkait COVID-19 di Indonesia terbilang tinggi dan tak biasa jika dibandingkan dengan negara lain.
Advertisement
"Salah satu alasannya adalah merokok. Bukan hanya yang aktif merokok atau orang-orang yang menggunakan tembakau, tetapi juga mereka yang perokok pasif," ujarnya pada Selasa (2/6/2020).
Â
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Sarankan Larangan Merokok dalam PSBB
Paranie merasa bahwa upaya pengendalian penggunaan tembakau di Indonesia yang dilakukan Indonesia saat ini belumlah cukup.
Hal ini berdampak banyak konsekuensi negatif dari tingginya penggunaan tembakau di Indonesia seperti timbulnya berbagai penyakit seperti masalah kardiovaskular maupun kanker. Kondisi ini juga memperburuk situasi pandemi COVID-19.
Maka dari itu, Paranie mengatakan bahwa pandemi ini adalah saatnya untuk menggencarkan lagi upaya pengendalian tembakau di Indonesia. Terutama untuk mencegah peningkatan angka kematian akibat COVID-19 yang menurutnya tak biasa.
"Sekarang Indonesia memperlihatkan peningkatan jumlah kematian akibat COVID-19 yang tidak biasa. Tidak biasa jika dibandingkan dengan negara lainnya," kata Paranie.
"Jika Anda melihat lebih dari 6 persen angka kematian pada pasien COVID-19, salah satu faktor yang terkait dengannya adalah tembakau," ujarnya.
Paranie juga mengatakan bahwa larangan merokok atau pengunaan tembakau, juga bisa dimasukkan sebagai bagian dari program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah COVID-19.
"Itu mungkin tidak mengurangi transmisinya tetapi pasti mengurangi penyakit parah dan kematian," kata pria asal Sri Lanka tersebut.
Advertisement