Soal Jejak Virus Corona COVID-19 di Makanan Beku, WHO: Masyarakat Tak Perlu Takut

WHO mengatakan, masyarakat tidak perlu takut terhadap penularan virus COVID-19 dari makanan beku

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Agu 2020, 11:09 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2020, 11:09 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (biru/pink) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa negara mengkhawatirkan adanya penularan virus corona penyebab COVID-19 melalui makanan impor dari luar negeri.

Hal tersebut usai ditemukannya jejak virus penyebab COVID-19 ini pada kemasan udang beku dan sayap ayam yang masing-masing diimpor dari Ekuador dan Brasil. Ini membuat masyarakat setempat diminta berhati-hati.

Selain itu, pejabat kesehatan di Selandia Baru juga mengatakan ada kemungkinan, kasus COVID-19 baru yang masuk ke negara tersebut, berasal dari makanan beku impor.

Namun World Health Organization (WHO) pada Kamis kemarin mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu takut terhadap virus yang masuk ke dalam rantai makanan.

"Orang tidak perlu takut akan makanan, kemasan, atau pengiriman makanan," kata Kepala Program Kedaruratan WHO Mike Ryan, dikutip dari Straits Times pada Sabtu (15/8/2020).

"Tidak ada bukti rantai makanan ikut serta dalam penularan virus ini," tambahnya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Penularan Lewat Permukaan Jarang Terjadi

Makanan dibekukan
Ilustrasi makanan dibekukan (Photo by Mitra Mohammadi on Unsplash)

Dikutip dari Science Alert, Caitlin Howell, pakar kimia dan biomedis di University of Maine mengatakan bahwa peluang tertular COVID-19 dari makanan beku sangatlah kecil.

"Itu mungkin saja, tetapi virus tidak terlalu stabil di luar tubuh manusia," katanya kepada Business Insider.

Howell mengatakan, membekukan atau mendinginkan virus memang bisa membantu memperpanjang periode waktu agar ia tetap bisa menularkan, itulah mengapa banyak ahli berpikir bahwa sering terjadi wabah di pabrik pengemasan daging.

"Tetapi, penularan melalui permukaan tampak jarang, bahkan ketika permukaan dibekukan atau didinginkan," katanya.

Selain itu, komisi kesehatan di Shenzhen, Tiongkok (tempat ditemukannya jejak virus corona di kemasan makanan beku), menyatakan bahwa tidak ada orang yang berkontak dengan kemasan makanan beku dinyatakan positif COVID-19.

Risiko Virus Bertahan Kecil

Ilustrasi Makanan Beku
Ilustrasi Frozen Food: Credit: Liputan6.com

Rachel Graham, ahli epidemiologi di University of North Carolina juga mengatakan bahwa virus kemungkinan tidak akan bertahan selama waktu pengiriman paket dari satu tempat ke tempat lain.

"Sekalipun beku, pada permukaan semacam itu, Anda akan melihat virusnya mengering, yang membuatnya benar-benar tidak menular," kata Graham. Ia menambahkan, proses pencairan pun juga bisa membunuhnya.

Graham juga mengatakan bahwa kemungkinan, apa yang ditemukan di Tiongkok adalah RNA virus pada kemasan. Sehingga secara virologi, hal itu tidaklah menular.

Beberapa studi memang menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa bertahan di permukaan suatu benda. Namun kecil kemungkinannya untuk membuat seseorang sakit jika ia tidak menyentuh mulut, hidung, atau mata, usai memegang permukaan yang terkontaminasi.

Sehingga, penting untuk melakukan disinfeksi secara rutin benda-benda di lingkungan sekitar kita, serta menjaga kebersihan tangan.

"Sepanjang pandemi ini, pengiriman produk terus berlanjut ke seluruh dunia. Apabila penularan melalui permukaan, baik dibekukan, didinginkan, atua tidak, merupakan pemicu utama infeksi, kita akan melihat banyak laporan kasus tentang itu," kata Howell.

Sehingga, Howell menegaskan bahwa hingga saat ini, penularan lewat pengiriman bukanlah jalur utama infeksi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya