Rusia Bakal Uji Klinis Vaksin COVID-19 pada 40 Ribu Orang

Akhirnya Rusia bakal melakukan uji klinis vaksin COVID-19 Sputnik V.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 22 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2020, 08:00 WIB
FOTO: Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Pertama di Dunia
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Liputan6.com, Jakarta Russian Direct Investment Fund (RDIF) dan Gamaleya National Research Institute of Epidemiology and Microbiology Russia pada Kamis kemarin mengatakan bahwa vaksin COVID-19 Sputnik-V bakal menjalani uji klinis tahap tiga. Dalam uji klinis ini bakal melibatkan 40 ribu orang di 45 lokasi berbeda.

"Minggu depan, uji klinis terencana yang dilakukan secara acak dan ada kontrol plasebo bakal dilakukan untuk mengetahui kemanjuran dan keamanan vaksin Sputnik V pada kelompok berisiko. Uji klinis akan melibatkan 40 ribu relawan di 45 pusat kesehatan," kata RDIF di laman resmi mereka dikutip pada Jumat (21/8/2020).

Sebelumnya, Rusia adalah negara pertama yang meloloskan penggunaan vaksin COVID-19. Namun, para peneliti dunia skeptis terhadap kemanjuran Sputnik-V dalam menanggulangi COVID-19 karena baru menjalani uji klinis tahap 1 dan 2.

"Memiliki vaksin dan membuktikan vaksin itu aman adalah dua hal yang berbeda," kata pakar penyakit menular dari Amerika Serikat, Anthony Fauci mengutip laman The Hill.

"Saya berharap Rusia memiliki bukti yang menunjukkan vaksin yang mereka kembangkan aman dan efektif," kata Fauci lagi.

 

Saksikan juga video berikut ini:

Diklaim Miliki Efek Samping Ringan

Kantor Berita Rusia, Tass, memberitakan bahwa vaksin Sputnik V ini memiliki efek samping yang ringan. Hal itu diketahui dari rekam medis para relawan yang terlibat dalam uji klinis skala kecil.

"Vaksin ini diuji coba pada relawan bersia 18-60 tahun menunjukkan hasil bahwa vaksin ini baik dan aman," kata Direktur Deputi Riset Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, Denis Logunov.

"Tidak ada satu efek samping serius yang dilaporkan dari vaksin ini." kata Logunov.

Menurut Logunov, efek samping yang paling umum adalah nyeri di tempat suntikan, hipotermia pada beberapa relawan dan sakit kepala. 

Namun, perlu ditunggu hasil uji klinis tahap ketiga untuk meyakinkan hal tersebut. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya