Kata Dokter Paru Soal Potensi Gejala Sisa Usai Sembuh dari COVID-19

Profesor Menaldi Rasmin mengatakan, apabila sudah sembuh dari COVID-19, jadikan hal itu untuk memberikan semangat agar kita tetap produktif

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 11 Sep 2020, 10:01 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 10:01 WIB
Ilustrasi paru-paru/credit pixabay/oracast
Ilustrasi paru-paru/credit pixabay/oracast

Liputan6.com, Jakarta Banyak ahli yang mengkhawatirkan mengenai potensi menurunnya fungsi organ seperti paru-paru, akibat terserang infeksi virus corona penyebab COVID-19.

Profesor Menaldi Rasmin, Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa apabila pasien COVID-19 hanya mengalami gejala ringan, mungkin saat sembuh ia akan bisa bekerja seperti sedia kala.

"Tetapi kalau sudah keburu berat, tentu kita semua dapat membayangkan bahwa paru kita mengalami gangguan yang mungkin dapat meninggalkan bekas yang menetap," kata Menaldi dalam sebuah konferensi pers virtual beberapa waktu lalu, ditulis Jumat (11/9/2020).

Menaldi mengatakan, mereka yang pernah melewati kondisi berat dari COVID-19 mungkin akan sedikit lebih mudah lelah atau tidak akan seproduktif sebelumnya.

Di kesempatan yang sama, dokter spesialis paru Erlina Burhan juga mengatakan bahwa kelainan pasca COVID-19 tergantung dari luasnya lesi, komplikasi yang terjadi, serta keberadaan komplikasi pada organ lain.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Intervensi Sejak Awal Perawatan

Penyebab Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Hasil Scan Penyakit Penderita Paru-Paru Credit: pexels.com/pixabay

"Kalau kita bicara paru, kalau infeksinya terjadi sangat luas, lesinya luas dan juga badai sitokinnya terjadi, kita tahu salah satu hasil akhir dari badai sitokin dari pasien yang sembuh adalah terjadi fibrosis paru," kata Erlina yang juga merupakan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Erlina menjelaskan, jika fibrosis terjadi luas maka bisa terjadi suatu penurunan fungsi paru. "Atau kalau pun tidak luas, pasien sesekali akan merasa tidak nyaman di parunya," tambah dokter yang berpraktik di RSUP Persahabatan ini.

Untuk kondisi ini, Erlina mengatakan mungkin perlu pendekatan rehabilitasi medis pasca sembuh dari COVID-19.

"Juga perlu diingat bahwa COVID ini juga menyerang organ lain seperti pembuluh darah, otot jantung, dan lain-lain. Ini mesti dipikirkan dari awal, pada saat pasien dirawat kita lihat kelainan apa saja yang terjadi dan dari awal sudah ada intervensi atau pendekatan sesuai dengan organ yang terlibat dalam upaya mengurangi gejala sisa pada saat pasien sudah sembuh."

Menaldi mengatakan, kondisi semacam itu tidak seharusnya membuat seorang penyintas maupun semua orang menyerah.

"Yang penting adalah berusahalah untuk tidak sakit dan kalau sampai sakit dan berat lalu sembuh kembali, berusahalah supaya itu menjadikan kita semangat agar kita tetap produktif," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya