Hindari 5 Penyakit yang Sering Muncul di Musim Pancaroba

Kuman juga dipercaya berkembang lebih banyak saat musim pancaroba ketimbang musim lain.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 14 Sep 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi flu | Polina Tankilevitch dari Pexels
Ilustrasi flu rentan terjadi di musim pancaroba | Polina Tankilevitch dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Periode September hingga Oktober 2020 merupakan peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan atau musim-pancaroba di beberapa wilayah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana yang dapat timbul pada periode tersebut, yaitu kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem dan curah hujan lebat disertai kilatan petir.

"Ini yang perlu diwaspadai karena secara dinamika atmosfer memang bahwa kejadian-kejadian potensi cuaca ekstrem tersebut umumnya terjadi atau lebih sering terjadi pada peralihan musim. Atau yang kita kenal dengan musim pacaroba," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Mimin Saepudin dalam konferensi pers virtual akhir Agustus 2020, mengutip Antara.

Musim pancaroba biasanya ditandai dengan angin kencang, hujan tak menentu yang datang tiba-tiba dalam waktu singkat, udara terasa panas, dan cuaca yang tiba-tiba terik, serta arah angin tak teratur.

Mengutip laman Klikdokter, cuaca yang tak menentu, dari panas ke hujan atau dari hujan ke panas, bisa berdampak pada penurunan daya tahan tubuh.

Suhu tubuh manusia pun bisa tiba-tiba berubah sesuai perubahan iklim seperti dijelaskan oleh dr Dyah Novita Anggraini dari Klikdokter. Kondisi tersbeut pada akhirnya bisa mengganggu sistem organ. Ketika tubuh mulai beradaptasi dengan perubahaan musim tersebut, kekebalan tubuh secara otomatis akan menurun.

"Selain itu, angin yang terasa panas saat musim pancaroba banyak mendatangkan debu yang mudah masuk ke dalam saluran pernapasan. Akibatnya, iritasi dapat terjadi di saluran pernapasan dan memicu gangguan, seperti batuk kering," jelas dr Dyah Novita.

Kuman juga dipercaya berkembang lebih banyak saat musim pancaroba ketimbang musim lain. Parahnya, kuman juga akan lebih cepat berkembang dalam tubuh saat temperatur berubah-ubah. Itulah mengapa banyak orang yang menjadi sakit kala peralihan musim.

Berikut beberapa penyakit yang sering muncul pada musim pancaroba dan cara pencegahannya.

 

Saksikan Juga Video Berikut Ini:

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut dr Evi Silviana, Sp.A dari RS Siloam Silampari, anak-anak terutama balita paling mudah terjangkit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena sistem imun tubuh mereka belum terbentuk sempurna.

"Biasanya ISPA muncul disertai sejumlah gejala antara lain demam, badan meriang, nyeri tenggorokan yang menyebabkan sakit ketika menelan, nyeri otot, batuk, mata kemerahan, dan pilek," jelas Evi, mengutip laman Siloamhospitals.com.

Penyakit ini bisa menular dari orang yang terjangkit ISPA batuk atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung, yang membuat virus dan bakteri menyebar melalui droplet di udara dan terhirup orang yang sehat.

Meski anak-anak lebih rentan terkena ISPA, penyakit ini bisa menyerang segala usia.

2. Diare

"Terkadang, virus dan bakteri terbawa angin dan elekat di makanan yang akan Anda santap. Inilah yang bisa sebabkan diare," jelas dr Devia Irine Putri, mengutip Klikdokter.

Untuk mencegah diare, penting menjaga kebersihan diri dan makanan yang akan dikonsumsi. Membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun dan menghindari jajan sembarangan bisa mencegah seseorang terkena diare.

3. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak saat pancaroba tiba. Genangan-genangan air di sekitar lingkungan tempat tinggal menjadi tempat nyamuk tersebut berkembang biak.

Mengutip laman EMC.id, gejala DBD antara lain sakit kepala, demam tinggi secara tiba-tiba, nyeri otot dan sendi, mual, dan muntah, serta muncul bintik-bintik merah pada kulit.

Pencegahan DBD yang paling efektif berdasarkan Kementerian Kesehatan RI yaitu memberantas sarang nyamuk dengan langkah 3M Plus seperti

  • Menguras: membersihkan wadah yang sering dijadikan tempat penampungan air (bak mandi, ember, tempat penampungan air minum, dan lain-lain).
  • Menutup: menutup rapat tempat penampungan air.
  • Memanfaatkan kembali: atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD.

Lalu, plus yang dimaksud dalam 3M Plus adalah:

  • Menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan
  • Menggunakan obat antinyamuk
  • Menggunakan kelambu saat tidur
  • Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk
  • Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
  • Menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi sarang nyamuk

4. Asma atau Alergi

Mengutip laman EMC.id, angkin kencang saat pancaroba seringkali membawa debu dan serbuk sari tumbuhan yang bisa memicu alergi pada beberapa orang.

Agar terhindari dari alergi akibat debu, Anda disarankan menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah, terutama di masa pandemi seperti saat ini. Menerapkan gaya hidup sehat dan konsumsi vitamin bisa meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.

5. Demam Tifoid

Penyakit yang sering disebut sebagai tipes ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Umumnya penyakit ini ditularkan melalui sanitasi buruk. Gejalanya meliputi demma, mual, muntah, diare, atau sulit buang air besar.

Demam tifoid termasuk dalam infeksi saluran pencernaan yang butuh pengobatan antibiotik hingga tuntas.

 

Infografis Cara Pakai Masker

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya