Terkait Setahun Menkes Terawan, Epidemiolog: Sulit Dinilai, Tidak Kelihatan Kerjanya

Rintangan terberat dihadapi Menkes Terawan begitu Indonesia dihantam badai pandemi COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Okt 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2020, 10:00 WIB
Terawan Agus Putranto
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto dan jajaran hadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Gedung Nusantara DPR RI, Jakarta membahas RKA K/L 2021 pada 3 September 2020. (Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Masa jabatan Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad. (K) sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) pada 23 Oktober 2020 genap satu tahun.

Selama satu tahun ini, kinerja Terawan terutama dalam penanganan COVID-19 banyak menuai tanggapan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, MPH., Ph.D.

Menurut Pandu, kinerja Terawan selama satu tahun cenderung sulit dinilai, mengingat Menkes jarang terlihat di muka publik.

“Susah dinilai, beliau kan enggak kelihatan kerjanya. Penanganan pandemi, lebih banyak ditanganinya oleh gugus tugas kemudian sekarang oleh satuan tugas,” ujar Pandu kepada Health Liputan6.com Jumat (23/10/2020).

Padahal, lanjutnya, di banyak negara yang memimpin upaya penanggulangan COVID-19 itu adalah Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Pandu mengaku bingung, sejak awal Kemenkes tidak diposisikan untuk menangani pandemi.

“Padahal untuk menangani pandemi, Kementerian Kesehatan sih yang bisa melakukan, sistemnya sudah ada. Kalau Kemenkes yang bekerja kan ketahuan pemimpinnya bisa memimpin atau tidak. Karena enggak kelihatan jadi orang susah menilainya, apa saja yang dilakukan? Seharusnya dia itu berani tampil tapi sayangnya juga enggak tampil,” Pandu melanjutkan.

Simak Video Berikut Ini:

Tidak Komunikasi Lebih Buruk daripada Sudah Komunikasi Tapi Salah

Pandu menyayangkan jarangnya Menkes tampil di muka publik. Hal ini semakin membuat orang bertanya-tanya apa saja kinerja yang telah dilakukan terutama untuk penanganan COVID-19.

“Sayangnya enggak berani ngomong di publik. Sesekali pernah ngomong di publik tapi salah ngomongnya jadi kan susah juga.”

Jarangnya Terawan memberi pernyataan publik membuat masyarakat terutama media bertanya-tanya. Menurut Pandu, hal ini adalah simbol keingintahuan mengapa pejabat publik takut berbicara di depan publik padahal yang dibicarakan terkait pandemi.

“Sah saja bertanya-tanya, lagipula itu adalah sindiran bukan penghinaan. Seharusnya, kalau saya jadi Terawan, saya akan mendatangi (konferensi pers) ya ngomong aja. Tapi selama ini kan dia di konferensi pers tidak tampil. Menurut saya dia selalu menghindar untuk bicara dengan wartawan padahal publik ingin tahu apa yang dikerjakan,” kata Pandu.

Informasi dari otoritas kesehatan disebut sangat penting untuk membuat masyarakat tahu dan tidak bingung terkait masalah pandemi contohnya tentang vaksin.

“Presiden menyatakan ada komunikasi yang buruk tentang UU Cipta Kerja, kalau ini lebih buruk lagi karena tidak berkomunikasi. Tidak berkomunikasi itu jauh lebih buruk daripada sudah berkomunikasi tapi salah,” katanya.

Infografis Menkes Terawan

Infografis Dr Terawan
Infografis Dr Terawan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya