Sebelum Meninggal, Mantan Ketua PARFI Gatot Brajamusti Derita Hipertensi dan Diabetes

Gatot Brajamusti meninggal dunia, Minggu (8/11/2020) di Jakarta karena hipertensi dan diabetes

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 08 Nov 2020, 20:36 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2020, 20:36 WIB
[Bintang] Gatot Brajamusti sidag Vonis Asusila
Untuk kesekian kalinya Gatot Brajamusti atau lebih dikenal Aa Gatot menjalani sidang. Mantan Ketua Umum PARFI itu kembali menjalani sidang kasus asusila pada Selasa (24/4/2018). (Adrian Putra/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Gatot Brajamusti meninggal dunia, Minggu (8/11/2020), pukul 16.11 WIB di Rumah Sakit Pengayoman, Cipinang, Jakarta Timur.

Kabar meninggalnya Gatot datang dari juru bicara PARFI Evry Joe dan keterangan tertulis Kabag Humas dan Protokol Ditjen PAS Rika Aprianti.

"Telah meninggal dunia narapidana an. Gatot Brajamusti (58 th) , narapidana Lapas Kelasi 1 Cipinang pada hari ini sekitar jam 16.11 WIB, di RS Pengayoman," demikian pesan tertulis dari Rika.

Semasa hidup, Gatot Brajamusti berstatus narapidana di Lapas Kelas 1 Cipinang dan dijatuhi 20 tahun penjara. Ia terjerat tiga perkara, kepemilikan senjata api ilegal dan satwa langka, asusila, dan narkoba.

Sementara penyabab meninggalnya Gatot menurut keterangan Rika adalah akibat penyakit yang dideritanya. "Keluhan hipertensi dan gula darah tinggi. Yang bersangkutan memiliki riwayat stroke," ujar Rika.

Pada 2018 lalu, Gatot Brajamusti diketahui sempat dirawat di RS Polri Kramat Jati karena stroke ringan.

Rencananya, Gatot akan dimakamkan di Sukabumi. "Jenazah Aa Gatot Brajamusti akan segera dibawa dan dimakamkan di Sukabumi," ungkap Evry Joe melalui sambungan telepon.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Waspada Hipertensi dan Risiko Komplikasi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang mengakibatkan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. Hipertensi atau tekanan darah tinggi bukanlah kondisi yang bisa disembuhkan. Namun intervensi dengan pola hidup sehat dan konsumsi obat-obatan yang tepat bisa membantu pasien mengendalikan tekanan darah.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan Erwinanto mengatakan, sekali seseorang terkena hipertensi, maka sepanjang hayat akan hidup dengan kondisi tersebut.

"Jadi, hipertensi tidak bisa sembuh, yang bisa adalah terkontrol," ujar Erwinanto beberapa waktu lalu.

Salah satu yang harus diwaspadai pasien hipertensi adalah munculnya komplikasi. Karenanya penting untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.

Sementara, dokter spesialis saraf klinis Amanda Tiksnadi mengungkap, komplikasi hipertensi bisa merusak fungsi dan organ tubuh.

"Hipertensi sendiri saja, secara perlahan tapi pasti, akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal (mata, otak, jantung, ginjal). Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD)," terang Amanda.

"Adapun beberapa manifestasi klinis HMOD terminal ini antara lain adalah gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal, dan gangguan pengelihatan termasuk kebutaan."

Para peringatan Hari Hipertensi Dunia tahun ini, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mengabaikan bahaya hipertensi. Tedros mengatakan, hipertensi merupakan salah satu pembunuh senyap di dunia, dan orang dengan hipertensi berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, kerusakan ginjal, stroke, serta penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.

Menurutnya, secara global, 9 dari 10 orang dengan hipertensi tidak mengontrol kondisinya, dan 2 dari 5 orang dengan hipertensi bahkan tidak tahu memiliki kondisi tersebut.

 

Infografis

Infografis 4 Ciri Kelelahan Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Ciri Kelelahan Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya