Hari Diabetes Sedunia: Hati-Hati Minuman Kekinian Berkadar Gula Tinggi

Hari Diabetes Sedunia tepat 14 November, kita perlu hati-hati terhadap minuman kekinian berkadar gula tinggi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 14 Nov 2020, 13:53 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2020, 12:00 WIB
Boba
Hari Diabetes Sedunia tepat 14 November, kita perlu hati-hati terhadap minuman kekinian berkadar gula tinggi. Ilustrasi Minuman Boba Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Memperingati Hari Diabetes Sedunia tepat 14 November, masyarakat perlu berhati-hati terhadap minuman kekinian berkadar gula tinggi. Sebut saja kopi dan teh kekinian yang seringkali membuat kita lupa akan bahaya dari makanan tersebut bagi kesehatan.

Dokter spesialis gizi Primaya Hospital Makassar Andi Faradilah menyampaikan, salah satu dampak buruk dari konsumsi minuman berkadar gula tinggi adalah diabetes. Makanan atau minuman yang memicu diabetes adalah makanan yang berkalori tinggi, terutama karbohidrat yang mengandung gula sederhana.

"Kelebihan konsumsi makanan dan minuman jenis tersebut dapat meningkatkan kejadian obesitas, yang akhirnya juga menjadi penyebab terjadinya diabetes. Makanan dan minuman ringan yang ada di pasaran juga selalu mengandung karbohidrat dan umumnya jenis karbohidrat sederhana," terang Andi melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Sabtu (14/11/2020).

"Menurut suatu penelitian makanan added sugar di Indonesia pada tahun 2018, makanan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah makanan dengan bentuk gula murni, kue-kue basah, roti manis, kue kering, kopi dan teh, es krim, jus kemasan, sirup, permen, coklat, minuman berenergi (isotonic), minuman karbonasi, dan lain sebagainya."

Dokter spesialis gizi Primaya Hospital Tangerang Yohan Samudra menambahkan, konsumsi minuman kekinian juga mengandung kadar gula dan kalori tinggi.

“Saat ini, sedang marak masyarakat mengonsumsi kopi kekinian. Pada dasarmya, kopi hitam mengandung nol kalori. Namun, ketika kopi hitam dicampurkan gula aren, susu, bahkan krimer. Maka, kadar gula dan kalori pada segelas kopi dapat menjadi tinggi. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena diabetes,” tambahnya.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Risiko Diabetes dari Teh Boba

Resep minuman boba
Minuman boba risiko diabetes. (sumber: Pixabay)

Yohan melanjutkan kebiasaan mengonsumsi teh berbagai rasa dengan toping (atau dikenal dengan boba) juga dapat meningkatkan risiko diabetes melitus jika tidak dibatasi.

“Vanilla syrup atau brown sugar yang ditambahkan ke dalam teh saja sudah cukup berbahaya dalam jangka panjang. Apalagi ditambahkan berbagai macam pilihan toping, seperti boba, jelly, dan puding manis,” lanjutnya.

"Hal yang sama berlaku untuk minuman kemasan dan soda berkarbonasi karena minuman tersebut mengandung kadar gula yang tinggi, bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa."

Lantas apakah masyarakat tetap diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman kekinian tersebut? Andi menjawab boleh-boleh saja, tapi harus tetap memerhatikan jumlah konsumsi dan frekuensi dalammengonsumsinya.

Yohan juga mengimbau masyarakat perlu memahami kadar minimal kalori dalam sebuah makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi.

"Untuk minuman, sebaiknya masyarakat mengonsumsi minuman yang mengandung 0 kalori, misal air putih, kopi, dan teh tanpa gula (atau sekitar 100 kkal jika ditambah gula 1 sendok makan)," pesannya.

Infografis Manfaat Detoks Kopi

Infografis Manfaat Detoks Kopi
Infografis Manfaat Detoks Kopi. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya