Liputan6.com, New York - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)Â melaporkan bahwa upaya skrining COVID-19Â pada pelancong yang tiba di Amerika Serikat (AS) lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang manfaatnya.
CDC, dengan bantuan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri, menyaring penumpang yang tiba di bandara dari beberapa negara yang terkena dampak paling parah COVID-19 antara Januari dan September.
Pejabat menyaring lebih dari 766.000 penumpang, tetapi pada akhirnya hanya 35 pelancong yang dites dan hanya sembilan yang dinyatakan positif COVID-19.
Advertisement
Artinya, hanya ada satu kasus positif dari 85.000 wisatawan yang diperiksa. Dan, para pejabat tidak memiliki informasi kontak untuk 'sebagian besar' pelancong yang diperiksa.
Laporan terbaru yang diterbitkan dalam Laporan Mingguan Morbiditas dan Kematian, CDC menemukan bahwa program tersebut memberikan tingkat deteksi kasus yang rendah.
Upaya itu akhirnya 'tidak efektif' karena orang yang terinfeksi COVID-19 bisa saja tidak menunjukkan gejala bahkan saat menularkan virus ke orang lain.
Melansir New York Post Senin (23/11/2020), skrining dilakukan dengan observasi tanda-tanda penyakit, pemeriksaan suhu tanpa kontak, dan kuesioner tentang gejala dan paparan. Wisatawan yang sakit atau terpapar orang lain dengan virus tersebut kemudian dirujuk ke petugas medis untuk penilaian lebih lanjut.
Baca Juga
Selama musim panas, kepala Transportation Security Administration (TSA) David Pekoske mengatakan bahwa pemeriksaan suhu 'bukan jaminan' bahwa penumpang memiliki atau tidak memiliki COVID-19, seperti dilaporkan Fox News. Saat pemeriksaan dilakukan pun mereka tidak menghentikan penyebaran virus.
Virus corona telah menewaskan lebih dari 250.000 orang Amerika dan menginfeksi 11 juta lainnya, menurut data Universitas Johns Hopkins. Jumlah rata-rata kasus harian baru di AS baru-baru ini mencapai rekor tertinggi.
CDC mengakhiri pemeriksaan pada September, memilih untuk fokus pada upaya mitigasi virus yang "lebih efektif" yang berfokus pada penumpang individu, kata badan tersebut pada saat itu.
"Dengan memfokuskan kembali upaya mitigasi pada risiko penumpang individu sepanjang perjalanan udara, pemerintah AS dapat secara efektif melindungi kesehatan masyarakat Amerika," kata pejabat dalam siaran pers.
Laporan baru menyarankan pengumpulan informasi kontak penumpang sebelum kedatangan akan membantu pelacakan kontak tepat waktu. Pengujian dan karantina juga dapat mengurangi risiko penyebaran virus corona antar wilayah geografis.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini:
Upaya Beberapa Maskapai
Industri perjalanan udara telah beralih ke lebih banyak pengujian penumpang di atas tindakan pencegahan lain seperti aturan memakai masker. Maskapai yang terbang ke Hawaii mulai menawarkan pengujian COVID-19 yang cepat untuk penumpang bulan lalu.
Sedang, United Airlines baru saja menambahkan pengujian virus corona gratis pada penerbangan antara Newark, New Jersey, dan London. Bandara Internasional Los Angeles membuka lokasi pengujian dengan perputaran 24 jam minggu ini.
Setelah penumpang naik, terbang dengan pesawat dilaporkan relatif aman, karena persyaratan masker maskapai dan sistem filtrasi udara pesawat. Sebuah studi Departemen Pertahanan baru-baru ini menemukan bahwa paparan COVID-19 "sangat tidak mungkin" dalam penerbangan.
Namun tetap saja, ada risiko saat bepergian dan pandemi telah membuat jumlah perjalanan menurun ke seluruh AS. Pada minggu lalu, volume penumpang maskapai penerbangan AS hanya 63 persen dari jumlah mereka tahun lalu, menurut Airlines for America.
Advertisement