Liputan6.com, Jakarta Memiliki bayi prematur membuat orangtua perlu usaha ekstra untuk menyambung hidup bayinya. Tidak seperti bayi lainnya, bayi prematur perlu pengawasan setiap jam untuk mengetahui perkembangannya.
Seorang ibu dari anak prematur, Riri, menceritakan kisahnya selama merawat anaknya, Kanaya. Menurutnya, ketika putrinya lahir ia sangat khawatir karena keadaannya sangat lemah.
Baca Juga
Selain itu, ketika tidur, napas kanaya mengeluarkan suara karena paru-paru belum matang. Suara itu turut menambah kekhawatiran Riri.
Advertisement
Hal-hal itu membawa tekanan tersendiri bagi sang ibu dan akhirnya berpengaruh pada produksi air susu ibu (ASI). Di sisi lain, sang bayi kala itu sulit mengonsumsi susu jadi harus disuap secara berkala satu jam satu kali.
“Untungnya ada mama saya jadi satu jam saya tidur, mama saya yang memberi susu, jadi gentian karena dia tidak bisa minum susu dijeda berjam-jam harus satu jam sekali 30 mili,” ujar Riri dalam webinar RSIA Bunda, Jumat (28/11/2020).
Dengan demikian, dalam menjaga ketahanan anak prematur memang diperlukan kerja sama antara anggota keluarga.
Hal lain yang tak kalah penting adalah komunikasi dengan dokter. Setiap perkembangan anak perlu dilaporkan kepada dokter mengingat dokter akan tetap memantau perkembangan bayi hingga usia 7 tahun.
“Jadi pokoknya untuk orangtua jangan menyerah, jangan stres, yang penting komunikasi dengan dokter jangan sampai kita ganti ke dokter lain karena dokter yang menangani pertama itu yang paling tahu.”
Simak Video Berikut Ini:
Hambatan Perkembangan
Seperti bayi prematur pada umumnya, Kanaya juga menghadapi berbagai hambatan dalam perkembangan. Salah satu hambatan yang paling terasa adalah keterlambatan bicara.
Terlambatnya keterampilan bicara dan bahasa bagi anak prematur adalah hal yang lumrah. Hal ini dapat disebabkan kemampuan makan dasar atau oromotornya belum sempurna.
Selain keterlambatan berbicara, hal lain yang dialami Kanaya setelah menginjak usia 4 sampai 5 tahun adalah gerakan yang sangat aktif. Ia cenderung tidak bisa diam bahkan makan pun sambil berlari-lari.
“Untuk itu Kanaya diikutkan terapi bicara, okupasi, dan sensorik.”
Namun, seiring berjalannya waktu, Kanaya bisa tumbuh dengan baik dan tinggi badan normal seperti anak-anak pada umumnya.
Advertisement