Liputan6.com, Arab Saudi - Kandidat vaksin Corona yang dikembangkan oleh perusahaan milik China bernama Sinopharm, sebelumnya telah mendapat 'emergency use authorization' atau otorisasi penggunaan darurat oleh Uni Emirat Arab (UAE) pada September 2020.
Hal ini membuat para petugas garda depan telah menerima suntikan uji coba vaksin COVID-19 tersebut. Dan kini, menurut pernyataan dari pemerintah UAE, mereka telah menyetujui vaksin Corona Sinopharm untuk digunakan secara luas setelah meninjau data dari uji klinis tahap akhir.
Baca Juga
Seperti dikutip Livescience, vaksin Sinopharm mengandung bentuk SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan COVID-19) yang tidak aktif. Setelah dinonaktifkan, atau 'dibunuh', virus tersebut yang akan dimasukkan ke dalam tubuh lewat suntikan, tidak lagi dapat menyebabkan penyakit, melainkan melatih sistem kekebalan untuk melawan patogen.
Advertisement
"Program vaksinasi petugas garda depan UAE telah secara efektif melindungi mereka," pernyataan dari pemerintah UAE. Persetujuan resmi akan vaksin COVID-19 Sinopharm akan memimpin dalam melindungi populasi secara komprehensif dan membuka perekonomian secara bertanggung jawab, lanjut pernyataan tersebut.
UAE mengumumkan pernyataan tersebut berdasarkan tinjauan hasil "analisis sementara" yang dilakukan oleh Sinopharm. Itu berarti mereka juga belum menentukan akan melakukan tinjauan independen terhadap data mentah tersebut.
Meskipun analisis awal menunjukkan bahwa vaksin Corona Sinopharm 86 persen efektif, angka ini mungkin berubah setelah data dari semua uji coba yang sedang berlangsung diselesaikan. Sinopharm saat ini menjalankan uji klinis di 10 negara berbeda, dilansir dari Times.
Â
Simak Video Berikut Ini:
vaksin tidak menimbulkan efek samping serius
Adapun hasil analisis Sinopharm menurut pernyataan tersebut menunjukkan bahwa vaksin tidak menimbulkan masalah keamanan yang serius, dan 99% dari mereka yang diberi suntikan mengembangkan antibodi penawar, yang menempel pada virus dan menghentikannya menginfeksi sel.
Namun perlu diingat lagi bahwa munculnya antibodi penetral tidak menjamin seseorang tidak akan tertular COVID-19, karena antibodi tersebut harus memiliki kualitas, jumlah dan jenis tertentu agar dapat melindungi secara maksimal. Itulah mengapa vaksinnya diklaim memberi efek 85% efektif, bukan 99%.
Meskipun demikian, menurut analisis, vaksin tersebut juga mencegah 100% kasus COVID-19 sedang hingga parah. Namun kembali lagi, angka ini dapat berubah karena lebih banyak data uji coba tersedia.
Dalam pernyataan tersebut juga tidak disebutkan apakah UAE akan meluncurkan program vaksinasi nasional menggunakan vaksin Sinopharm. Disamping itu, Maroko juga telah mengumumkan rencana untuk menggunakan vaksin Sinopharm, namun dengan cara mereka sendiri. Yaitu mereka akan memvaksinasi 80% warganya menggunakan vaksin Sinopharm dan vaksin lain yang dikembangkan oleh Oxford University dan AstraZeneca.
Advertisement