Cerita Dahlan Iskan Tentang D-dimer dan Pembekuan Darah Pasien COVID-19

D-dimer yang disinggung Dahlan Iskan menimpa rekannya yang meninggal setelah sembuh dari COVID-19

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Feb 2021, 10:30 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2021, 10:30 WIB
Lama Menghilang, Dahlan Iskan Ternyata Mengidap Aorta Dissection (liputan6)
Lama Menghilang, Dahlan Iskan Ternyata Mengidap Aorta Dissection (liputan6)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, menyinggung tentang D-dimer akibat COVID-19 yang dialami rekannya.

Menurut Dahlan, dia baru mengenal istilah ini setelah terkena COVID-19 pada Januari. Pembicaraan soal D-dimer ini ramai ketika rekannya, Santoso Widjaya, 63 tahun, tertular Virus Corona dan meninggal dunia setelah 10 hari dinyatakan negatif.

“Saya bersyukur tim dokter memasukkan D-dimer ke dalam daftar yang harus dicek. Lalu ketahuanlah angka 2.600 tersebut. Kelewat tinggi. Normalnya, maksimum 500,” tulis Dahlan Iskan. 

Menurut Dokter Jantung dari Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang, Banten, Vito Anggarino Damay, D-dimer dikaitkan dengan kekentalan atau pembekuan darah.

“Kalau disebut kekentalan darah, nanti ada orang berpikir ini bisa diatasi dengan minum air yang banyak supaya darah jadi encer seperti sirup,” ujar Vito dalam video singkat yang dikirimkan kepada Health Liputan6.com pada Selasa, 9 Februari 2021.

Vito, menambahkan, kondisi ini memang lebih tepat disebut pembekuan atau bekuan-bekuan darah. Pada kasus COVID-19, sering terjadi pembekuan darah yang salah satu penyebabnya adalah reaksi imunitas. Tercatat, sebanyak 30 hingga 40 pasien COVID-19 mengalami peningkatan D-dimer.

“Jadi adanya pertanda peradangan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dari lapisan pembuluh darah dan aktifnya mekanisme pembekuan darah," katanya.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

Meninggalnya Santoso

Menurut Dahlan, pada 9 Desember 2020, Santoso terkena COVID-19. Dia dilarikan ke salah satu rumah sakit (RS besar di Semarang. Rekan kerjanya di PLN tersebut dinyatakan sembuh pada 21 Desember. Dia juga menjalani swab test dua kali dan hasilnya negatif.

"Suami saya itu tidak pernah sakit. Tidak pernah masuk rumah sakit," ujar Swanniwati, istri Santoso. "Ya baru sekarang ini berurusan dengan rumah sakit. Meninggal.”

"Pokoknya memeriksakan D-dimer itu penting. Biar pun sudah dinyatakan sembuh dari COVID. Bisa saja masih terjadi pengentalan darah," ujar Swanniwati yang berbincang dengan Dahlan via telepon.

Menurut penuturan Swanniwati, Santoso sempat sulit bernapas secara tiba-tiba sampai harus dimasukkan ke ICU non-COVID-19 dan dipasangi ventilator.

Setelah diperiksa, D-dimer Santoso ternyata di level 6.000. Ia dinyatakan meninggal dunia pada 1 Januari, tepat di tahun baru 2021.

“Ia berstatus bukan meninggal karena Covid. Juga bukan karena paru-paru. Tapi karena jantung. Jantungnya berhenti. Ada sumbatan D-dimer di dalam jantung itu,” tulis Dahlan.

Menurut Dokter Jantung

Dahlan juga menanyakan tentang D-dimer kepada Prof Dr Med Puruhito, dr SpB TKV, ahli bedah jantung dari Universitas Airlangga, Surabaya.

"D-dimer memang menakutkan para dokter di ICU COVID," kata Med. Apalagi keberadaan detail D-dimer masih terus diselidiki. Demikian juga bagaimana mengatasinya.

D-dimer adalah munculnya ''cendol-cendol'' di dalam darah. Lapisan protein tertentu dalam darah menyatu dengan ''teman sejenis'' sehingga membentuk gumpalan kecil-kecil. Saking kecilnya, gumpalan itu tidak terlihat oleh mata. Bisa dilihat oleh mikroskop. Gumpalan itulah yang disebut cendol.

Sejalan dengan Vito, Med menyatakan bahwa D-dimer bukan sekadar pengentalan darah. Pengentalan darah terkesan seluruh darah mengental.

Secara singkat Vito menjelaskan, pengenceran dan pembekuan darah adalah kejadian yang umum pada tubuh manusia. Contoh, timbulnya koreng pada luka. Koreng tersebut adalah pembekuan darah yang bertujuan mencegah perdarahan terlalu banyak.

“Hanya saja, saat terjadi infeksi COVID-19 maka ini menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan dan kerusakan pada sel, kerusakan ini mengaktifkan sistem pembekuan darah,” kata Vito.

Pembekuan darah ini dapat berdampak pada penyumbatan pembuluh darah vena (pembuluh darah balik mengarah ke jantung)  dan pembuluh darah dari jantung ke paru-paru yang dapat mengakibatkan kematian, katanya.

Pengenceran darah pun tidak dapat dilakukan hanya dengan minum air yang banyak melainkan menggunakan pengencer darah antikoagulan yang disuntikan agar pembekuan darah kembali larut, pungkas Vito.

Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena COVID-19?

Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena Covid-19? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena Covid-19? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya