Liputan6.com, Jakarta Tingginya angka kanker serviks pada perempuan Indonesia menimbulkan berbagai pertanyaan. Pasalnya, di negara lain kanker ini angkanya rendah karena pada dasarnya kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi.
Proporsi kasus kanker pada semua penduduk baik laki-laki dan perempuan di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta pada 2018 menunjukkan kanker payudara menduduki peringkat pertama dengan 19,18 persen diikuti kanker serviks 10,69 persen.
Baca Juga
Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SpOG. tingkat kejadian kanker serviks di negara lain jarang masuk di peringkat 5 besar.
Advertisement
“Di negara dan benua lain kanker serviks tidak populer dalam arti tidak menduduki rangking (5 besar) karena sedikit kasusnya dan karena kanker ini adalah kanker yang bisa dicegah,” ujar Hasto dalam seminar daring BKKBN, Rabu (24/2/2021).
“Anehnya, di negara kita ini yang bisa dicegah belum bisa dicegah,” tambahnya.
Kanker serviks sendiri adalah kanker yang terjadi pada leher rahim (kanker leher rahim) di mana sel normal berubah menjadi sel kanker akibat infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Bahkan, kanker ini disebut sebagai pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia. Pasalnya, diperkirakan 20 perempuan meninggal setiap harinya karena kanker serviks.
Simak Video Berikut Ini
Akibat Tidak Rajin Periksa
Tingginya angka kanker serviks di Indonesia diakibatkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama perempuan dalam memeriksa kondisi kesehatannya sendiri, kata Hasto.
Padahal, kanker ini dapat dicegah dengan vaksinasi HPV. Sebelumnya, dalam acara yang sama dokter kandungan dari Siloam Hospitals Asri, Achmad Mediana mengatakan bahwa vaksinasi adalah pencegahan primer kanker serviks.
“Kanker serviks itu satu-satunya kanker yang ketahuan penyebabnya sehingga bisa dibikin vaksin. Luar biasa yang menemukan vaksin kanker serviks ini, kan rata-rata kanker penyebabnya enggak jelas. Tapi kanker ini terdeteksi penyebabnya HPV nomor tipe 16 dan 18.”
Vaksinasi kanker serviks dapat dilakukan 3 kali, tapi kalau umur penerimanya 10 sampai 14 tahun maka diberikannya 2 kali.
“Umur yang dianjurkan (menerima vaksin) antara 10 sampai 55 tahun. Misal, dosis pertama diberikan 1 Januari, dosis kedua 1 Februari, dan dosis ketiganya 1 Juli atau di bulan ke 0, 1, dan 6.”
Pemberian vaksin ini tidak perlu diulang karena 3 dosis yang diberikan adalah untuk seumur hidup, pungkasnya.
Advertisement