[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Mengatasi Kelangkaan Oksigen

Oksigen menjadi barang langka saat kasus COVID-19 di Indonesia meningkat tajam

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 08 Jul 2021, 08:46 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2021, 08:20 WIB
Kolom Pakar, Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama berswafoto sambil memerlihatkan kondisi jalanan di India yang sepi karena lockdown. Lockdown mampu menurunkan kasus COVID-19 di India. (Sumber foto: pribadi)

Liputan6.com, New Delhi - Dengan peningkatan kasus COVID-19 dalam beberapa waktu ini maka timbul masalah besar kekurangan oksigen di beberapa tempat. Padahal kita tahu bahwa penyakit ini menyerang paru dan karena itu gangguan pernapasan merupakan salah satu gejala pentingnya.

India juga pernah mengalami kekurangan oksigen yang masif ketika kasus baru mereka naik tinggi sampai 40 kali lipat. Ada beberapa hal yang dilakukan India ketika itu untuk mengatasi masalah kekurangan oksigen di negaranya.

Pertama, sementara melarang penggunaan oksigen cair untuk kepentingan non kesehatan. Pelaksanaannya pernah amat ketat dan industri lain memang tidak boleh menggunakan oksigen, bahkan disebutkan tanpa kecuali, 'No industry will be exempt from this order'.

Kedua, menginisiasi pemasangan Medical Oxygen Generation Plants di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di negara itu.

Ketiga, memercepat distribusi. Dalam hal ini disediakan kereta api khusus, seperti halnya 'Oxygen Express trains' yang pernah membawa 70 ton oksigen medik industri baja Jindal Steel Works plant di daerah Raigarh ke New Delhi pada saat puncak-puncaknya jumlah kasus.  Angkatan Laut India juga menggoperasikan kapal mereka untuk membawa oksigen ke pulau-pulau negara itu.

Keempat, peran aktif berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM). Organisasi Hemkunt Foundation, misalnya, menurunkan 150 relawan untuk membantu dan melayani sekitar 15 ribu panggilan telepon yang meminta tolong setiap harinya untuk mendapatkan jalan keluar.

Juga ada semacam pelayanan oksigen drive-through, sehingga orang dapat datang untuk beberapa waktu mendapatkan oksigen, tentu dengan pengawasan dan pengaturan yang jelas.

LSM lain yang bernama Sewa International juga mengupayakan beberapa ratus oxygen concentrator yang dibagikan ke seluruh negeri. Dapat disampaikan juga bahwa ada negara bagian tertentu yang sudah sejak awal-awal menyiapkan kemungkinan kasus.

Di Kerala, misalnya, cukup banyak rumah sakit yang sudah menyiapkan liquid oxygen processing unit yang amat memudahkan mereka pada masa kekurangan oksigen melanda berbagai rumah sakit di India. Jadi memang persiapan dan antisipasi sejak awal akan amat membantu ketika masalah sudah di depan mata.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini


Ketika Oksigen Menjadi Langka Seiring Kasus COVID-19 yang Meningkat

Pesanan Tabung Oksigen Meningkat Drastis
Pekerja mengisi ulang tabung oksigen medis di agen isi ulang oksigen di Cipondoh, Kota Tangerang, Kamis (24/6/2021). Permintaan tabung oksigen kebutuhan medis rumahan dan rumah sakit mengalami peningkatan hingga 100 persen sejak lonjakan kasus COVID-19 di Kota Tangerang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Hal kelima yang dilakukan India adalah menerima bantuan oksigen dari negara lain, termasuk dari Indonesia. Amerika Serikat pernah menyumbang 1.100 silinder oksigen, Prancis juga menyumbangkan oksigen cair dan Inggris menyumbangkan oxygen concentrator.

Jepang juga mengirimkan oxygen concentrator termasuk which inhale air and exhale oxygen.

Hal yang paling penting untuk mengatasi kekurangan oksigen adalah menangani masalah di hulunya, yaitu menekan jumlah penduduk yang sakit termasuk yang membutuhkan oksigen.

Kita tahu bahwa cukup banyak negara bagian di India (juga kota besar seperti New Delhi, Ibu Kota India, dan Mumbai pusat industri film Bollywood) yang melakukan lockdown cukup ketat sehingga mobilitas penduduk jadi amat dibatasi, seperti foto saya di salah satu jalan utama New Delhi yang sangat sepi waktu lockdown tahun yang lalu di New Delhi.

Negara bagian lain menggunakan pembatasan sosial yang bervariasi sesuai pola epidemiologisnya masing-masing dan akibatnya penularan di masyarakat juga dapat amat ditekan.

India juga meningkatakan jumlah tesnya amat tinggi menjadi sekitar dua juta orang per hari, dan jumlah vaksinasi sampai delapan juta orang perhari, jumlah yang amat besar.

Pada 8 Mei 2021, kasus baru COVID-19 per hari di India adalah 403.405 orang dan pada 8 Juni atau sebulan kemudian turun menjadi 92.596, jadi turun jadi seperempatnya.

Bahkan, pada 5 Juli 2021 angkanya hanya 34.703, jadi turun lebih dari 10 kali lipat lebih rendah dalam waktu tidak sampai 2 bulan saja.

Kita tentu mengharapkan agar angka pasien baru COVID-19 di negara kita yang di tanggal 6 Juli 2021 sudah lebih dari 30 ribu kasus baru per hari dapat segera diturunkan pula.

**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes. Kini penulis juga merupakan member COVAX Independent Allocation of Vaccines Group (IAVG) yang dipimpin bersama oleh Aliansi Vaksin Dunia (GAVI), Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)


Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M!
Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M! (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya