Melatih Emosi Anak, Ini Fungsi Penting Pendidik di Masa Pandemi COVID-19

Psikolog sekaligus dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ifa H. Misbach menjelaskan pentingnya menjaga emosi baik bagi orangtua dan anak selama masa pandemi COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Jul 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2021, 09:00 WIB
pendidikan anak
ilustrasi pendidikan anak | pexels.com/@panditwiguna

Liputan6.com, Jakarta Psikolog sekaligus dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ifa H. Misbach menjelaskan pentingnya menjaga emosi baik bagi orangtua dan anak selama masa pandemi COVID-19.

Menurutnya, berbagai masalah baru timbul di masa pandemi salah satunya di bidang pendidikan. Seperti diketahui, cara belajar siswa yang mulanya tatap muka, kini harus dengan pembelajaran jarak jauh (PPJ).

Salah satu faktor yang menyebabkan berbagai permasalahan di bidang pendidikan adalah transformasi pendidikan Indonesia belum mampu mendukung bagaimana menciptakan kreativitas belajar, sehingga guru tidak hanya sekadar memindahkan tugas yang diberikan secara manual menjadi bentuk digital.

Oleh karenanya, pada situasi seperti ini masyarakat membutuhkan lebih banyak empati agar tidak saling menyalahkan, kata Ifa. Orangtua dan guru perlu saling bekerja sama dan berperan sebagai pelatih emosi anak.

“Fungsi pendidik (guru dan orangtua) adalah sebagai pelatih emosi untuk melatih mental anak untuk bertumbuh kembang, mandiri, dan menemukan potensi dirinya. Oleh karenanya, menjadi penting bagi orangtua untuk mengelola emosinya juga,” kata Ifa mengutip keterangan pers Rabu (21/7/2021).

Selain itu, prinsip pendampingan harus dilakukan bersama-sama, lanjutnya. Diperlukan peran dan interaksi antara anak, guru, dan orangtua untuk menentukan model pengalaman belajar.

“Dunia pendidikan kita saat ini tidak sama lagi dengan sebelumnya. Mari anggap permasalahan ini menjadi sebuah tantangan bersama,” terang Ifa.

Ifa juga menyampaikan 2 cara menjaga emosi anak, yakni dengan mengajaknya bermain dan menghindari penggunaan kalimat yang menghakimi.

Simak Video Berikut Ini

Ajak Anak Bermain

Ifa juga juga mengungkapkan bermain bersama anak merupakan hal penting untuk memperkuat ikatan emosi antara orangtua dan anak, dan melatih mereka dalam mengelola emosinya. Teman terbaik anak saat bermain adalah orangtua.

“Selain menjadi hak, bermain adalah ‘makanan otak’ untuk anak, bermain adalah pekerjaan utama anak.”

Jika ingin memiliki anak yang antusias dalam mempelajari banyak hal, dan membangun hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya, maka orang dewasa harus ikut bermain bersama membantu anak untuk meningkatkan level dopamine pada otak mereka.

“Kita dapat memanfaatkan imajinasi kita untuk membuat permainan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di rumah untuk bermain,” jelas Ifa.

Hindari Kalimat Menghakimi

Selain bermain bersama anak, dalam berkomunikasi dengan anak, orangtua juga diimbau menghindari kalimat verbal yang bersifat menghakimi, mendikte, menyindir, merendahkan harga diri, membandingkan, mengancam, dan menyalahkan.

“Ayo, para orangtua ubahlah kalimat-kalimat tersebut menjadi pernyataan positif yang disertai dengan dukungan dan apresiasi. Tanya dan dengarkan pendapat, kondisi, dan saran dari mereka,” tutup Ifa.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi COVID-19

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya