Liputan6.com, Jakarta - Bukan hanya orang dewasa saja, anak pun bisa menjadi pembawa (carrier) virus Corona. Hal ini juga melihat gejala COVID-19 pada anak yang kerap disangka flu biasa, sehingga pengobatan COVID-19 menjadi terlambat.
Untuk mendeteksi lebih dini gejala COVID-19 pada anak saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono berpendapat, skrining berkala dinilai penting dilakukan.
Advertisement
Baca Juga
"Anak tidak saja sebagai salah satu korban dari keterpaparan COVID-19, melainkan lebih jauh daripada itu, anak juga bisa menjadi carrier. Anak-anak dapat menyumbang sumber primer dari kasus klaster yang ada di keluarga," terang Dante saat Rakornas KPAI, Persiapan PTM dan Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun Berbasis Sentra Sekolah, Senin (30/8/2021).
"Misalnya, saat mereka pulang ke rumah. Kemudian di rumah tinggal bersama nenek dan kakeknya, keduanya tertular akhirnya meninggal. Yang meninggal bukan anaknya, tapi yang meninggal kasus orang dewasa pada klaster keluarga yang mempunyai komorbiditas yang tinggi."
Keluarga harus mencermati dengan baik dan mewaspadai kalau ada anak-anak menunjukkan gejala COVID-19. Jika tidak ditangani segera, maka anak bisa menjadi sumber klaster keluarga.
"Ini penting ketika melakukan pembukaan tatap muka pembelajaran di sekolah. Ketika ada klaster sekolah atau anak-anak yang terdiagnosis COVID-19, maka harus dicermati sendiri sedini mungkin, sehingga tidak menyebabkan peningkatan kasus," jelas Dante.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Belajar Tatap Muka dan Risiko COVID-19
Dante Saksono Harbuwono memaparkan, ada beberapa peningkatan risiko infeksi pada anak sekolah. Kejadian ini sudah dilakukan studi evaluasinya melalui skrining berkala saat uji coba PTM di beberapa sekolah di Sumatera Barat periode 2021.
"Ini ada di SMA 1 Sumatera Barat, misalnya ada 61 orang yang positif COVID-19. Kemudian di MAN Insan Cendekia Padang Pariaman ada 63 yang positif," paparnya.
"Hasil studi tersebut menunjukkan, proses pembelajaran (tatap muka) bisa mempunyai risiko jumlah kasus positif COVID-19 akan bisa meningkat dan menjadi satu klaster baru. Kalau klaster ditangani baik, maka tidak selalu berdampak signifikan."
Oleh karena itu, Wamenkes Dante menegaskan, salah satu faktor penting bukan soal pada saat melakukan evaluasi awal ketika kita melakukan proses pembelajaran langsung pada anak, tetapi evaluasi secara skrining berkala diperlukan.
"Tujuannya mengidentifikasi apabila terjadi klaster baru di sekolah tersebut. Seyogianya, anak-anak diperiksa secara berkala," tegasnya.
Advertisement
Studi Kasus Skrining Berkala di Sekolah
Dari data yang dihimpun Kemenkes, berikut ini hasil studi skrining berkala saat uji coba PTM yang dilakukan di sejumlah sekolah di Sumatera Barat tahun 2021:
- 21-31 Maret: SMA 1 Sumatera Barat 61 positif COVID-19
- 17 April: MAN Insan Cendekia Padang-Pariaman 63 positif COVID-19
- 17 April: SMP 2 Sawah Lunto 21 positif COVID-19
- 1 April-30 Mei: Darel El Iman 37 positif COVID-19
- 26 Mei-30 Juni: SMA 1 Padang Panjang 35 positif COVID-19
Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka
Advertisement