Anak Bisa Jadi Carrier Virus Corona, Penting Skrining Berkala Saat PTM

Anak bisa menjadi pembawa (carrier) virus Corona, skrining berkala saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) penting dilakukan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Agu 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2021, 20:00 WIB
Antusiasme Murid Kelas 1 SD Ikuti Pembelajaran Tatap Muka
Guru memeriksa suhu tubuh murid kelas 1 sebelum mengikuti PTM Terbatas di SDN Malaka Jaya 07 Pagi, Klender, Jakarta, Senin (30/8/2021). Kembali digelarnya PTM hari ini disambut antusias murid, terutama kelas 1 SD yang baru pertama kali belajar langsung di ruang kelas. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Bukan hanya orang dewasa saja, anak pun bisa menjadi pembawa (carrier) virus Corona. Hal ini juga melihat gejala COVID-19 pada anak yang kerap disangka flu biasa, sehingga pengobatan COVID-19 menjadi terlambat.

Untuk mendeteksi lebih dini gejala COVID-19 pada anak saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono berpendapat, skrining berkala dinilai penting dilakukan.

"Anak tidak saja sebagai salah satu korban dari keterpaparan COVID-19, melainkan lebih jauh daripada itu, anak juga bisa menjadi carrier. Anak-anak dapat menyumbang sumber primer dari kasus klaster yang ada di keluarga," terang Dante saat Rakornas KPAI, Persiapan PTM dan Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun Berbasis Sentra Sekolah, Senin (30/8/2021).

"Misalnya, saat mereka pulang ke rumah. Kemudian di rumah tinggal bersama nenek dan kakeknya, keduanya tertular akhirnya meninggal. Yang meninggal bukan anaknya, tapi yang meninggal kasus orang dewasa pada klaster keluarga yang mempunyai komorbiditas yang tinggi."

Keluarga harus mencermati dengan baik dan mewaspadai kalau ada anak-anak menunjukkan gejala COVID-19. Jika tidak ditangani segera, maka anak bisa menjadi sumber klaster keluarga.

"Ini penting ketika melakukan pembukaan tatap muka pembelajaran di sekolah. Ketika ada klaster sekolah atau anak-anak yang terdiagnosis COVID-19, maka harus dicermati sendiri sedini mungkin, sehingga tidak menyebabkan peningkatan kasus," jelas Dante.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Belajar Tatap Muka dan Risiko COVID-19

FOTO: Pemkot Bogor Uji Coba Pendidikan Tatap Muka di 37 Sekolah
Guru mengajar para murid saat pelaksanaan uji coba pendidikan tatap muka (PTM) di SMPN 15, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (31/5/2021). Pemerintah Kota Bogor menggelar uji coba PTM di 37 sekolah hari ini dengan protokol kesehatan yang ketat. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dante Saksono Harbuwono memaparkan, ada beberapa peningkatan risiko infeksi pada anak sekolah. Kejadian ini sudah dilakukan studi evaluasinya melalui skrining berkala saat uji coba PTM di beberapa sekolah di Sumatera Barat periode 2021.

"Ini ada di SMA 1 Sumatera Barat, misalnya ada 61 orang yang positif COVID-19. Kemudian di MAN Insan Cendekia Padang Pariaman ada 63 yang positif," paparnya.

"Hasil studi tersebut menunjukkan, proses pembelajaran (tatap muka) bisa mempunyai risiko jumlah kasus positif COVID-19 akan bisa meningkat dan menjadi satu klaster baru. Kalau klaster ditangani baik, maka tidak selalu berdampak signifikan."

Oleh karena itu, Wamenkes Dante menegaskan, salah satu faktor penting bukan soal pada saat melakukan evaluasi awal ketika kita melakukan proses pembelajaran langsung pada anak, tetapi evaluasi secara skrining berkala diperlukan.

"Tujuannya mengidentifikasi apabila terjadi klaster baru di sekolah tersebut. Seyogianya, anak-anak diperiksa secara berkala," tegasnya.

Studi Kasus Skrining Berkala di Sekolah

FOTO: Pemkot Bogor Uji Coba Pendidikan Tatap Muka di 37 Sekolah
Para murid mencuci tangan saat akan melaksanakan uji coba pendidikan tatap muka (PTM) di SMPN 15, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (31/5/2021). Pemerintah Kota Bogor menggelar uji coba PTM di 37 sekolah hari ini dengan protokol kesehatan yang ketat. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dari data yang dihimpun Kemenkes, berikut ini hasil studi skrining berkala saat uji coba PTM yang dilakukan di sejumlah sekolah di Sumatera Barat tahun 2021:

  1. 21-31 Maret: SMA 1 Sumatera Barat 61 positif COVID-19
  2. 17 April: MAN Insan Cendekia Padang-Pariaman 63 positif COVID-19
  3. 17 April: SMP 2 Sawah Lunto 21 positif COVID-19
  4. 1 April-30 Mei: Darel El Iman 37 positif COVID-19
  5. 26 Mei-30 Juni: SMA 1 Padang Panjang 35 positif COVID-19

Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka

Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka
Infografis 10 Jurus Cegah Klaster Sekolah Tatap Muka (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya