Liputan6.com, Jakarta Generasi Alpha merupakan kelompok generasi yang lahir pada tahun 2010-2025. Kelompok generasi ini bisa dikatakan cukup unik dan memiliki karakternya tersendiri, karena orang tua masa kini yang sangat akrab dengan penggunaan gadget sejak dini.
Lalu, bagaimana menghadapi Generasi Alpha ini dengan tepat? Menurut Dokter Spesialis Anak di RSIA Bunda Jakarta dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA., MARS, untuk menjalani proses tumbuh kembang yang optimal, pada dasarnya orang tua harus bisa memberikan asuh, asih, dan asah yang baik untuk semua anak di semua generasi tanpa terkecuali. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan anak tidak akan berubah, kapanpun atau di masa apapun anak itu lahir.
“Sebagai orang tua, kita harus mempersiapkan dan memperhatikan kebutuhan anak untuk berkembang dengan baik (asuh) dengan memperhatikan nutrisi sejak awal kehamilan, memberikan asi eksklusif untuk pertumbuhan anak lebih baik serta memberikan vaksin sesuai jadwalnya untuk menjaga kesehatannya," jelas dr. Tiwi melalui keterangan pers, Jumat (22/10/2021).
Advertisement
Selain itu, kita juga harus memberikan stimulasi (asah) yang dilakukan secara terus menerus dengan memastikan kesiapan anak, agar perkembangan otaknya bisa lebih kompleks maka kami menganjurkan agar orang tua bisa terus melatih anak untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri dan semua hal itu tentunya dilakukan dengan kasih (asih) tanpa paksaan,” tambahnya.
Baca Juga
Rekomendasi penggunaan gawai
Lebih lanjut, dr. Tiwi juga menjelaskan bahwa 3 tahun pertama perkembangan otak itu sangat efisien dan sensitif, sehingga lebih baik distimulasi dengan pembelajaran bahasa serta interaksi agar lebih optimal. Namun, saat ini banyak sekali orang tua yang memanfaatkan gadget dalam perkembangan anak padahal sesungguh hal itu sangat tidak direkomendasikan karna akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan si kecil.
“Kami melihat karakter orang tua masa kini yang akrab dengan penggunaan electronic device bersama si kecil harus menyadari bahwa pada periode dini usia 0 - 2 tahun, anak bukan hanya cukup didisiplinkan dengan screen time, tapi memang tidak diperkenankan menggunakan gadget sama sekali. Kecuali, apabila setelah 2 tahun perkembangannya bagus, seperti sudah lancar berbicara, beraktivitas, mungkin bisa dilatih dengan hanya membolehkan akses menonton TV selama 1 jam saja," ujar dr Tiwi.
dr Tiwi pun mengingatkan, gadget harus dihindari sejak dini bukan karena radiasinya, namun gadget bisa merusak perkembangan otak anak karena si kecil akan menjadi lebih tertarik dengan cahaya sehingga bisa mengakibatkan hiperaktif dan kesulitan berbicara, apalagi jika diajak berinteraksi.
"Ini yang harus menjadi perhatian utama bagi para orang tua, termasuk hindari bermain gadget saat hendak tidur, hal itu bisa membuat gangguan tidur terutama pada anak karena tingginya paparan cahaya di sekitarnya,” tambah dr. Tiwi.
Untuk itu, interaksi antara orang tua dan anak sangat penting untuk pola pengasuhan anak sejak dini serta perkembangan kestabilan emosi anak. Dengan demikian, anak bisa lebih bertumbuh dan berkembang dengan optimal tanpa tergantung oleh teknologi.
Advertisement
Optimalkan Tumbuh Kembang Generasi Alpha
Psikolog keluarga Anastasia Satriyo M.Psi., Psi., mengatakan, di tengah pandemi seperti saat ini, kita harus mulai hidup dengan prinsip good enough parent is the new normal.
"Kita tidak perlu memaksakan diri kita dan anak harus sempurna. Semua yang kita lakukan sebaiknya sesuai porsinya dan yang paling penting kita merasa cukup dengan diri kita. Dengan mindset yang demikian maka kita akan lebih mudah mengasuh anak, karena kita juga akan menerapkan mindset “cukup” pada anak. Yang terpenting anak cukup sehat, cukup bahagia, cukup tumbuh dan berkembang, cukup aktif tidak perlu jadi sempurna sudah cukup bagi kita,” jelas Anastasia.
Anastasia juga menambahkan bahwa tumbuh kembang generasi alpha dan kesehatan mental anak dipengaruhi oleh pengelolaan emosi dan kesehatan mental orang tua, karena orang tua akan menjadi role model utama bagi anak (children see, childreen do).
"Untuk itu, berikan mereka pondasi perkembangan yang optimal dengan stimulasi fisik, pengalaman sensori yang konkrit, kehadiran secara fisik dan emosi, serta menggabungkan kehangatan pengasuhan dan kasih sayang, agar kelak anak bisa mengoptimalkan potensi serta keunikan dirinya," jelasnya.
Tasya Kamila, seorang public figure sekaligus ibu muda masa kini, juga mengamini pentingnya belajar menjadi good enough parent.
“Aku sedang belajar untuk menerima dan terbuka apa adanya dengan anakku. Kita tidak bisa selamanya terlihat tangguh, menurutku it’s okay to be vulnerable di depan anak," katanya.
"Keterbukaan dengan anak itu penting di masa emasnya, bahkan dalam pengalamanku, Arrasya anakku bisa merasakan perasaan yang aku rasakan, misalnya aku lelah, sedih, dan sebagainya. Itu sih kuncinya menjadi tangguh dalam urusan parenting, yang penting ketika lelah, kita bisa kembali bersemangat menjalani peran orang tua di kemudian hari,” tambahnya.
Selain itu, Tasya juga membagikan pola asuhnya terhadap sang buah hati terutama di tengah pandemi ini. Tasya lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan anak sesuai saran dokter yang berlaku termasuk perihal pemberian vaksin anak untuk memelihara kesehatan si kecil dan pemilihan popok yang tepat bagi anak.
“Anakku sedang dalam masa yang lagi aktif-aktifnya, maka penting bagiku untuk memilih popok yang tidak bikin ruam dan nyaman untuknya. Makanya, aku lebih pilih Baby Happy karena sudah terbukti daya serapnya tinggi, popoknya lembut, serta karet elastisnya yang tidak membuat kulit anak menjadi ruam. Selain menjaga kesehatan anak dengan hal itu, tentunya kita juga berikhtiar dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat, misalnya membersihkan diri sehabis bepergian keluar sebelum bertemu dengan anak dengan demikian keluarga juga tetap sehat dan happy,” tambah Tasya.
Gim Berbahaya
Advertisement