Menilik Proses Khitan dengan SmartClamp, Apa Saja Kelebihannya?

Khitan, sunat, atau sirkumsisi menjadi hal menakutkan bagi sebagian anak. Pasalnya, ini adalah tindakan bedah memotong kulit yang menutup bagian depan alat kelamin laki-laki (kulup).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Des 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 18 Des 2021, 08:00 WIB
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Dr Basuki Supartono
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Dr Basuki Supartono mengkhitan anak dengan smartclamp. Foto: dokumen pribadi.

Liputan6.com, Jakarta Khitan, sunat, atau sirkumsisi menjadi hal menakutkan bagi sebagian anak. Pasalnya, ini adalah tindakan bedah memotong kulit yang menutup bagian depan alat kelamin laki-laki (kulup).

Seiring perkembangan teknologi, mulai ditemukan metode dan alat khitan yang lebih praktis dan tidak memakan waktu lama. Alat yang tengah banyak digunakan para dokter saat proses khitan adalah smartclamp.

Menurut dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Dr Basuki Supartono, alat ini menjepit pembuluh darah jaringan yang dikhitan agar tidak ada perdarahan pasca tindakan.

Dosen yang melakukan pengabdian masyarakat dengan mengkhitan 120 anak ini juga menjelaskan bahwa smartclamp terbuat dari plastik dan terdiri dari dua bagian yaitu tabung dan penjepit.

Tabung berfungsi sebagai pelindung alat kelamin (gland penis) ketika dokter melakukan pemotongan kulit (sirkumsisi).  Sedangkan penjepit berfungsi menjepit jaringan kulup yang dipotong agar tidak ada perdarahan. 

“Dengan demikian jaringan yang dipotong tidak perlu dijahit. Ukuran smartclamp bervariasi sesuai dengan ukuran penis, sehingga bisa digunakan pada bayi, anak, dan dewasa.  Alat ini bersifat sekali pakai dan tidak boleh digunakan berulang untuk mengurangi penyebaran infeksi,” kata Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com Kamis (16/12/2021).

Simak Video Berikut Ini

Sesuai Prosedur Medis

Smartclamp
Smartclamp untuk khitan. Foto: dokumen pribadi Dr Basuki Supartono.

Pemasangan alat tersebut dilakukan sesuai prosedur medis khitan. Anak dibius lokal dan selanjutnya dokter memasang alat sesuai dengan ukuran alat kelamin. 

Setelah alat terpasang dengan sempurna selanjutnya dilakukan pemotongan kulup. Bila dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, keseluruhan proses hanya memakan waktu sekitar 5 menit.  Peran penting dokter adalah memilih ukuran yang tepat dan memasang alat dengan sempurna.

Alat tersebut dibiarkan berada pada alat kelamin anak selama beberapa hari dan akan dilepas bila luka khitan sudah sembuh. Metode khitan yang disebut pula klamp atau klem ini terbukti aman dan nyaman, sehingga dapat menjadi pilihan bagi orangtua yang ingin mengkhitan anaknya.

Kelebihan Sunat Clamp

Basuki juga membeberkan berbagai keunggulan sunat dengan metode jepit atau clamp yakni:

-Aman karena melindungi alat kelamin dari risiko cedera ketika tindakan pemotongan kulup.

-Waktu tindakan khitan sangat singkat sekitar 5 menit karena pemasangan alatnya mudah.

-Menghindari terjadinya perdarahan.

-Luka khitan tidak dijahit dan tidak dibalut.

“Alat jepit mengunci pembuluh darah yang terpotong sehingga darah tidak keluar. Oleh karenanya tidak membutuhkan pembalutan luka. Hal ini juga meminimalisasi risiko komplikasi tindakan.”

-Risiko infeksi rendah karena waktu tindakan singkat, dan tidak ada perdarahan.

-Tidak memerlukan perawatan khusus pasca khitan karena tidak ada penjahitan dan balut luka. Bisa langsung pakai celana, mandi, dan aktivitas lain.

“Anak yang baru khitan dapat langsung mandi. Alat tersebut membuat alat kelamin terlindung dari air saat mandi. Bila buang air kecil, bagian yang basah cukup diseka dengan tisu.”

-Pasca khitan anak dapat langsung menggunakan celana. Alat yang terpasang melindungi luka dari potensi gesekan sehingga relatif tidak nyeri dan anak pun dapat langsung beraktivitas bebas seperti biasa.

Walau demikian, perlu diwaspadai kemungkinan bengkak pasca pelepasan alat. Maka dari itu, khitan dengan metode ini tetap perlu dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan terlatih, tutup Basuki. 

 

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin COVID-19

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya