3 Alasan Pemerintah Membolehkan Masyarakat Mudik Lebaran Tahun Ini

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan ada beberapa pertimbangan yang telah disampaikan para ahli pada Presiden Joko Widodo.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 24 Mar 2022, 11:08 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2022, 20:57 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden Jakarta pada Senin, 10 Januari 2022. (Dok Sekretariat Kabinet RI)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akhirnya membolehkan mudik Lebaran tahun ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan ada beberapa pertimbangan yang telah disampaikan para ahli pada Presiden Joko Widodo.

1. Kasus COVID-19 di Indonesia turun

Menurut Menkes, kasus harian COVID-19 di Indonesia terus turun. Meski ada varian baru yakni sub varian Omicron BA.2, namun masyarakat dianggap telah memiliki kekebalan yang tinggi karena vaksinasi.

Seperti diketahui, varian omicron memiliki sub varian BA.1 dan BA.2. Dan BA.2 ini memiliki penularan yang lebih tinggi.

"Hasil penelitian menunjukkan orang yang pernah COVID-19 divaksinasi, justru daya tahan tubuhnya sangat kuat dan bertahan lama. kombinasi kekebalan itu yang terjadi," katanya dalam konferensi pers, Rabu (23/3/2022).

 

2. Angka Reproduksi (Rt) COVID-19 mendekati 1

Angka reproduksi efektif (Rt) COVID-19 mendekati 1. Menkes menjelaskan, ini artinya berdasarkan epidemiologi, kasus di Indonesia terkontrol.

"Kalau 1 artinya 1 orang menulari 2 orang, 2 orang menulari 3 orang dan seterusnya. Perkiraan akhir bulan ini akan seperti Oktober/November lalu," jelasnya.

3. Kenaikan kasus yang terjadi di negara Eropa, Hongkong serta China berbeda dengan di Indonesia

Menkes mengakui, ada kenaikan kasus di sejumlah negara di Eropa seperti Inggris, Jerman, Prancis. Begitu pun dengan Asia seperti Hongkong serta China beberapa pekan terakhir. Namun tren kenaikan ini ternyata berbeda dengan India dan Indonesia.

"Indonesia dan India agak beda polanya. Padahal varian (BA.2) ini sudah dominan di India dan indonesia. Tapi tidak menunjukan lonjakan kasus," katanya.

Salah satu dugaannya, kata Menkes, Indonesia dan india memulai vaksinasi relatif lambat dibandingkan Singapura, Korea Selatan atau Jepang. Di sisi lain, Indonesia pernah mengalami gelombang Delta yang cukup banyak menginfeksi masyarakat.

"Sebelum vaksinasi dilakukan, kita terkena gelombang Delta yang cukup tinggi. Tapi masyarakat sudah memiliki antibodi karena infeksi-bukan vaksinasi," katanya.

Oleh karena itu, Menkes mengatakan, pemerintah benar-benar membuka ruang gerak yang besar untuk umat muslim untuk bisa berkumpul pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini. Meski dengan syarat percepatan vaksinasi dosis kedua dan booster untuk melindungi lansia di kampung halaman.

"Vaksinasi kalau tidak lengkap dampaknya negatif, terutama bagi orangtua. Inilah yang jadi sasaran. Kita kan mau merayakan lebaran dengan baik, jangan kebaikan justru merugikan karena kedatangan anak dan cucunya," kata Menkes.

Untuk itu, Menkes mengimbau bagi yang ingin mudik untuk melakukan vaksinasi kedua atau booster untuk memperkecil risiko penularan pada orang yang dikunjungi.

"Yang boosternya lengkap nggak usah tes. Tapi kalau dia baru  vaksinasi 1harus PCR. Kalau mau booster nanti ada tempat vaksinasi gratis di faslitas angkutan umum, dan pos-pos yang telah disiapkan jadi masyarakat bisa booster sebelum mudik," pungkasnya.

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya