Liputan6.com, Jakarta - Spesialis bedah saraf dr Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, mengatakan, nyeri atau sakit kepala dan leher tak bisa dianggap remeh. Apabila tidak segera diatasi, nyeri kepala dan leher bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Hanya saja, sebagian masyarakat masih menganggap normal nyeri kepala atau rasa pegal/linu di area leher pada jangka waktu sesaat atau setidaknya dalam rentang 1-2 hari. Sakit kepala atau nyeri leher bisa terasa ringan hingga berat. Umumnya sakit kepala bisa diobati dengan obat antinyeri yang dijual bebas. Tetapi, untuk sakit kepala yang dipicu oleh penyakit serius, diperlukan penanganan lebih lanjut.
Baca Juga
"Masyarakat harus memahami, kenapa rasa sakit kepala dan nyeri leher harus segera ditangani. Karena secara ilmu kesehatan--sakit kepala--misalnya adanya rasa pusing (biasanya) adanya gangguan keseimbangan, contoh vertigo dan lainnya," ungkap Agus yang berpraktik di RS Siloam Semanggi/Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC).
Advertisement
Lebih lanjut, Agus mengatakan agar segera memeriksakan diri jika nyeri kepala terjadi secara terus-menerus atau kontinyu.
"Sedangkan nyeri (sakit) kepala merupakan kondisi dengan adanya 'sesuatu' yang tidak normal dalam kepala. Jika hal ini dirasakan secara kontinyu, segera diperiksa ke rumah sakit. Jangan ditunda," tegasnya dalam Live Instagram MRCCC akhir pekan lalu.
Ada dua identifikasi nyeri kepala yakni primer dan sekunder. Pada nyeri kepala primer, penyebab sakit kepala tidak diketahui. Sedangkan pada nyeri kepala sekunder, diketahui penyebab sakitnya.
Â
Selain itu nyeri kepala primer dan sekunder, Agus juga menyebut nyeri kepala referal yang disebabkan oleh kelelahan, stres, suara bising dan lainnya.
"Dapat diatasi dengan rutin berolahraga, istirahat cukup dan mungkin obat obatan resep dokter. Namun, kembali diingatkan agar selalu waspadai frekuensi dan intensitasnya."
Â
Perhatikan Gejala yang Menyertai
Dalam penanganan nyeri atau sakit kepala, intensitas atau kadarnya diukur menggunakan metode visual analog score (VAS). Penilain ini penting untuk menegakkan diagnosa.
"Ini artinya, adalah kita harus waspada. Aapabila frekuensi nyeri kepala yang dirasakan semakin sering dan berlangsung dalam kurun waktu cukup lama," imbuh Agus.
Agus juga meminta masyarakat memperhatikan gejala yang menyertai sakit kepala, seperti misalnya suara serak, leher kaku, dan menjalar ke bahu lengan, hingga penglihatan menjadi tidak fokus dan pendengaran terganggu.
"Karena nyeri kepala dapat sebagai indikator salah satu penyakit saraf yang serius, yaitu gejala timbulnya stroke, adanya tumor otak, kelainan pembuluh darah otak dan infeksi otak. Ini berarti Diteksi dini dan penanganan medis segera diperlukan," tutur Agus.
Setelah penanganan melalui metode VAS, proses screening dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) masih dapat diandalkan. Atau bila perlu ditambahkan CT scan guna melihat kemungkinan kelainan di daerah otak.
"Dan tindakan operasi, radiasi, kemoterapi yang akan dilakukan dokter ahli yang akan sangat tergantung jenis dan tingkat kesulitan nyeri kepala sekunder yang terdiagnosa," ungkap Agus.
Agus berpesan, individu yang mengalami nyeri kepala dengan kondisi berikut untuk segera ke rumah sakit:
- luar biasa hebat dan mendadak
- bertambah berat dengan cepat
- penurunan kesadaran
- leher atau tengkuk nyeri hebat
- disertai demam suhu tinggi dan beberapa kondisi yang dirasakan 'berbeda' atau kronis lainnya.
Advertisement