Liputan6.com, Jakarta - Menilik capaian imunisasi baru 14 persen, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta kepala daerah perempuan untuk mendorong peningkatan imunisasi. Dalam hal ini, imunisasi dasar lengkap yang menyasar bayi dan anak-anak.
Capaian imunisasi lengkap 14 persen di atas dari data Kementerian Kesehatan periode Triwulan Pertama tahun 2022. Padahal, capaian imunisasi lengkap dalam tiga bulan ditargetkan sebesar 22,5 persen.
Baca Juga
"Hambatan terbesarnya (imunisasi lengkap), yakni partisipasi aktif. Jadi, perlu dukungan dari pemerintah daerah dan pimpinan daerah di daerah, itu sangat penting," kata Budi Gunadi saat konferensi pers Puncak Peringatan Pekan Imunisasi Dunia Tahun 2022 di Jakarta pada Jumat, 22 April 2022.
Advertisement
"Misalnya, potensi daerah mendorong dengan penuh program imunisasi ini, Insya Allah harusnya angka tersebut (22,5 persen) bisa kita capai."
Budi Gunadi juga mengapresiasi capaian imunisasi lengkap di Bangka Belitung lebih dari 22,5 persen. Keberhasilan Bangka Belitung diharapkan menjadi penyemangat daerah lain untuk mengejar imunisasi lengkap.
"Tadi saya juga mengucapkan selamat ke Ibu Wali Kota Bangka Belitung. Mudah-mudahan, bisa memberikan motivasi bagi kepala daerah lain, khususnya wanita ya. Karena imunisasi ini kan diarahkan lebih banyak ke anak dan harusnya sangat dekat ke hati seorang ibu," ucapnya.
"Mudah-mudahan, dengan kepala daerah wanita bisa membantu menggerakkan seluruh kekuatan yang ada di daerah untuk bisa mencapai target imunisasi."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target Imunisasi Lengkap per Bulan
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, target imunisasi lengkap nasional per bulan sebesar 7,5 persen. Sayangnya, angka ini belum bisa tercapai dalam Triwulan Pertama tahun 2022.
"Target Triwulan Pertama harusnya kita target satu bulan (imunisasi) itu 7,5 persen. Jadi, kalau 3 bulan itu 22,5 persen," tambahnya.
"Nah, kita sampai sekarang baru 14 persen. Tapi ada 6 kabupaten/kota, salah satunya yang hadir adalah Bangka Belitung yang sudah mencapai (imunisasi lengkap) lebih dari 22,5 persen."
Adapun pemberian imunisasi yang terlambat atau tidak lengkap kepada anak menjadi salah satu hambatan dalam upaya meningkatkan kekebalan anak. Imunisasi kejar diperlukan untuk menyusul imunisasi anak yang tertunda.
Pelaksana Tugas Dirjen Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
“Imunisasi dasar lengkap saja belum cukup memberikan perlindungan terhadap PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) karena beberapa antigen memerlukan besar atau pemberian dosis lanjutan pada usia 18 bulan, usia anak sekolah dan usia dewasa," katanya pada konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia di Jakarta, Senin (11/4/2022).
"Sehingga sekarang, tidak hanya mengejar imunisasi dasar lengkap, tapi juga mengejar imunisasi rutin lengkap."
Advertisement
Imunisasi untuk Perlindungan Anak
Dalam artikel Ikatan Doker Anak Indonesia (IDAI) disebutkan untuk mencapai kadar perlindungan maka imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal imunisasi ulangan.
Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan beberapa kali imunisasi, bahkan pada umur tertentu diperlukan ulangan imunisasi.
Jadwal imunisasi dibuat berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi profesi yang berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya atau imunisasi tertunda, imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.
Imunisasi yang telah diberikan sudah menghasilkan respons imunologis walaupun masih di bawah ambang kadar proteksi atau belum mencapai perlindungan untuk kurun waktu yang panjang. Sehingga dokter tetap perlu melanjutkan dan melengkapi imunisasi agar tercapai kadar perlindungan yang optimal.
Sementara itu, dokter spesialis anak konsultan Arifianto menekankan, imunisasi kejar merupakan upaya memberikan imunisasi kepada individu dengan sebab tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari yang seharusnya diberikan. Pelaksanaanya bisa bersamaan dengan jadwal imunisasi rutin atau pada kegiatan imunisasi khusus.
“Ketepatan waktu imunisasi harus tetap terjaga karena imunisasi itu selain harus ikut dengan jadwal yang ada, sebisa mungkin harus tepat waktu. Ini penting terbukti dengan ketepatan waktu imunisasi sesuai jadwal tingkat kekebalan itu akan tercapai terhadap PD3I dan secara luas akan mencegah terjadinya wabah,” jelasnya melalui pernyataan resmi.
Jenis Imunisasi Lengkap
Jenis imunisasi rutin lengkap terdiri dari:
1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 0-11 bulan
- HB0 1 dosis
- BCG 1 dosis
- DPT-HB-Hib 3 dosis
- Polio tetes (OPV) 4 dosis
- Polio suntik (IPV) 1 dosis
- Campak Rubela 1 dosis
2. Imunisasi Lanjutan Baduta pada anak usia 18 - 24 bulan
- DPT-HB-Hib 1 dosis
- Campak Rubela 1 dosis
3. Imunisasi Lanjutan Anak Sekolah Dasar/sederajat pada Program Tahunan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
- Campak Rubela dan DT pd anak kelas 1 SD
- TD pada anak kelas 2 dan 5 SD
Dalam pembaruan terkini, Kemenkes melakukan penambahan tiga vaksin masuk dalam program imunisasi rutin. Yakni vaksin Human Papilloma Virus (HPV), Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), dan Rotavirus. Vaksin HPV mencegah kanker serviks, PCV untuk mencegah pneumonia, serta Rotavirus untuk mencegah infeksi radang lambung dan usus pada bayi.
"Tadinya, kita ada 11 jenis vaksinasi untuk yang masuk kategori imunisasi dasar lengkap. Kemudian bertambah 3 jenis vaksin, yaitu vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus. Sehingga total ada 14 vaksinasi untuk imunisasi lengkap," jelas Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Advertisement