Liputan6.com, Jakarta Demi mengantisipasi fenomena hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya jika makin meluas, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sudah menyiapkan sejumlah protokol. Protokol tersebut berkaitan dengan cara pencegahan dan penanganan.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro - Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI, Muzal Kadim menjelaskan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga akan menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan sampel kasus-kasus hepatitis misterius.
Baca Juga
"Dari IDAI sudah menyiapkan protokol-protokolnya. Kami menyiapkan bagaimana nanti penanganan hepatitis anak khususnya di seluruh Indonesia. Protokolnya juga ditujukan ke rumah-sakit seluruh Indonesia," jelas Muzal saat sesi Media Interview Group: Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Etiologinya, ditulis Senin (9/5/2022).
Advertisement
"Apalagi kami diminta oleh Kementerian Kesehatan untuk bagaimana kesiapan penanganannya, karena kan ini kasusnya pada anak. Dari Kemenkes sendiri akan disiapkan sarananya, termasuk pemeriksaan laboratorium. Jadi, kita sudah siaplah menangani kasus ini sejak awal."
IDAI telah menerbitkan tata laksana penanganan hepatitis akut berat pada anak. Tata laksana ini tertuang melalui surat rekomendasi kasus probable hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya pada anak.
Surat rekomendasi tersebut ditandatangani Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso dan Sekretaris Umum IDAI Hikari Ambara Sjakti tertanggal 5 Mei 2022. Rekomendasi ini pun diterbitkan sejalan dengan penemuan dugaan kasus hepatitis akut misterius dari tiga pasien anak yang meninggal di Indonesia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tata Laksana Hepatitis Akut Berat
Sesuai surat rekomendasi IDAI yang diperoleh Health Liputan6.com, Kamis (5/5/2022), tata laksana hepatitis akut berat, antara lain:
1. Perawatan umum
- Rawat ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain
- Tirah baring terutama pada fase akut
- Monitoring perjalanan klinis (terutama kesadaran) dan laboratorium (terutama Prothrombin Time Test and International Normalized Ratio/PT/INR dan albumin)
- Pengenalan gejala dan tanda hepatitis fulminan
2. PT/INR dipantau secara berkala
Bila ada kecenderungan peningkatan nilai PT/INR, pasien perlu mendapatkan perawatan di ruang rawat intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi hepatitis fulminan
3. Pasien mengalami hepatitis fulminan bila didapatkan tanda koagulopati dengan INR > 2 yang tidak dapat dikoreksi dengan vitamin K (gangguan fase akut fungsi hepatoselular) atau terdapat penurunan kesadaran (ensefalopati) yang disertai koagulopati dengan INR > 1,5.
4. Kortikosteroid hanya diberikan pada kecurigaan hepatitis autoimun
5. Jika dicurigai terkait MISC maka tata laksana mengikuti panduan IDAI sebelumnya
Prothrombin Time Test untuk mengukur seberapa cepat darah membeku. International Normalized Ratio adalah perhitungan yang berasal dari tes Prothrombin Time Test yang membantu memastikan bahwa hasil tes distandarisasi dari satu lab ke lab berikutnya.
Adapun hepatitis fulminan merupakan kondisi saat hati mendadak gagal berfungsi atau lebih sering disebut dengan gagal hati akut. Artinya, hepatitis ini termasuk jenis tahap lanjut, yang mana perjalanan penyakitnya berkembang dengan cepat.
Advertisement
Tata Laksana Hepatitis Misterius
Pada tata laksana penanganan hepatitis misterius, IDAI menyebutkan, saat ini pemeriksaan Hepatitis D dan Hepatitis E belum tersedia secara luas di Indonesia. Oleh karena adanya keterbatasan, maka skrining awal cukup diperiksakan terhadap Hepatitis A, B, dan C.
Tenaga kesehatan yang bertugas juga wajib melaporkan tanpa memandang penyebab yang lain.
Alur penapisan kasus probable hepatitis akut pada anak difokuskan pada anak usia di bawah 16 tahun dengan diagnosa awal gejala kuning pada kulit badan dan mata, sakit perut akut, diare akut, mual atau muntah, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, myalgia atau arthlalgia
Jika proses diagnosis medis mengarah pada gejala tersebut, maka pemeriksaan berlanjut pada potensi peningkatan enzim hati (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase/SGOT) atau Serum Glutamic Pyruvate Transaminase/SGPT), yakni enzim di hati.
Bila angkanya di atas 500 u/L, ada kecenderungan terinfeksi hepatitis.
IDAI juga merekomendasikan agar pemeriksaan berlanjut pada IgM anti-HAV untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A. Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi protein yang terdapat pada permukaan virus Hepatitis B.
Diagnosis Hepatitis C ditegakkan secara klinis dan didukung dengan pemeriksaan serologi HCV RNA. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan seluruhnya negatif, maka pasien dapat dikategorikan sebagai probable Hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya.
Penyimpanan Sampel Hepatitis Akut
Dalam surat rekomendasi IDAI juga terdapat alur penyimpanan sementara sampel biologis pada kasus probable hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya pada anak. Rinciannya, antara lain:
1. Sampel yang berasal dari satu pasien dikemas dalam satu plastik klip dengan logo biohazard, dilengkapi dengan:
- Identitas pasien
- Nomor rekam medis
- Tanggal pengambilan sampel
- Rumah Sakit atau Fasilitas Kesehatan (Faskes) asal
- Kabupaten/Kota
2. Masukkan plastik ke dalam icebox yang berisi ice gel beku
3. Sampel yang tidak bisa dikirimkan ke laboratorium rujukan Kementerian Kesehatan, disimpan di suhu 4 sampai 8 derajat Celsius (jangan disimpan beku)
4. Jenis sampel yang diambil:
- Swab nasofaring dan orofaring dalam tabung VTM (1 buah)
- Swab rektal dalam tabung VTM (2 buah)
- Whole blood atau sampel darah dimasukan dalam tabung EDTA 3 ml dan tabung kimiadarah 3 ml
- Feses minimal 5 mL disimpan dalam kontainer feses
Upaya kewaspadaan dan pencegahan, yakni:
1. Melakukan pemantauan perkembangan kasus di tingkat daerah, nasional, dan global terkait Hepatitis Akut yang tidak diketahui etiologinya melalui kanal-kanal resmi
2. Memantau penemuan kasus sesuai definisi operasional Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui sebabnya berdasarkan WHO (23 April 2022), yaitu:
- Konfirmasi: Untuk saat ini belum diketahui
- Probabel: Seseorang dengan hepatitis akut (virus non-hepatitis A, B, C, D, E) dengan AST (SGOT) atau ALT (SGPT) lebih dari 500 IU/L, berusia kurang dari 16 tahun, sejak 1 Oktober 2021
- Epi-linked: Seseorang dengan hepatitis akut (virus non-hepatitis A, B, C, D, E)dari segala usia yang memiliki hubungan kontak erat dengan kasus yangprobabel, sejak 1 Oktober 2021
Advertisement