Studi Ungkap Waktu yang Dibutuhkan untuk Sepenuhnya Menerima Kepergian Orang Terkasih

Studi mengungkapkan bahwa rata-rata, seseorang bisa merasa lebih baik saat ditinggalkan oleh orang tersayang setelah enam bulan. Sedangkan butuh satu hingga dua tahun untuk bisa benar-benar menerima kehilangan tersebut.

oleh Diviya Agatha diperbarui 17 Jun 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2022, 21:00 WIB
Ilustrasi Duka Cita
Ilustrasi Duka Cita (Freepik/Photoangel)

Liputan6.com, Jakarta - Ditinggalkan oleh orang terkasih untuk selama-lamanya bisa menjadi hal yang begitu berat. Saat sedang berduka, Anda pun mungkin mempertanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk akhirnya bisa menerima hal tersebut.

Umumnya, tidak ada batas waktu yang pasti untuk seberapa lama kesedihan dapat berlangsung pada seseorang. Hal tersebut lantaran berduka dan bersedih merupakan proses individual, yang mana dapat sangat berbeda bagi setiap orang.

Psikoterapis yang berpraktik di Chicago, Santiago Delboy pun mengungkapkan bahwa proses berduka akan sangat bergantung pada masing-masing individu dan tidak ada waktu yang pasti untuk itu.

"Anda bisa berduka selama yang Anda butuhkan, bahkan jika itu membutuhkan waktu seumur hidup," ujar Santiago dikutip PsychCentral pada Jumat, (17/6/2022).

Namun studi yang dipublikasikan dalam National Library of Medicine menemukan bahwa umumnya seseorang yang mengalami kondisi duka dapat merasa lebih baik usai enam bulan setelah peristiwa berlangsung.

Sedangkan untuk benar-benar dapat menerima peristiwa kehilangan tersebut dibutuhkan waktu sekitar satu hingga dua tahun.

Rasa duka sendiri merupakan respons alami yang dapat dirasakan setiap manusia saat kehilangan orang terkasih, kehilangan hubungan yang dihargai, atau bahkan peluang karier kedepannya. Rasa duka juga bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti munculnya kesedihan atau kesepian.

Saat kesulitan untuk menerima kehilangan dan menyingkirkan kesedihan, Anda mungkin mengalami jenis kesedihan yang rumit.

Di sisi lain, penting untuk mengingat bahwa tidak ada cara yang benar atau salah saat berduka. Mengingat setiap orang membutuhkan waktu dan memiliki cara yang berbeda-beda untuk merespons setiap peristiwa.


Penyebab Kesedihan Berlangsung Lama

Kebanyakan orang yang berduka menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, mereka dapat secara perlahan belajar untuk mengatasi kehilangan tersebut. Sehingga perasaannya dapat berubah menjadi lebih baik.

Namun, penting pula untuk mengingat bahwa kesedihan dapat terasa seperti roller coaster, di mana Anda dapat mengalami naik turun.

"Jika selama proses berduka Anda merasa terjebak, Anda juga bisa berbicara pada konselor yang bisa membantu untuk mengelola perasaan yang muncul," ujar psikolog di Denver, Colorado, Dr Lisa Marie Bobby.

Menurut Lisa, terus maju melalui kesedihan bisa menjadi proses yang lambat, dan tak apa untuk berada pada fase yang lambat. Bagi orang yang berduka, hal yang lebih penting adalah memperhatikan apa yang dirasakan dan menghindari kehilangan kontak dengan diri sendiri.

Pendapat selaras diungkapkan oleh psikolog klinis di New York, Dr Holly Schiff. Menurutnya, tidak ada alasan yang benar-benar jelas mengapa seseorang dapat menghadapi kesedihan dengan waktu yang cukup lama.

"Tidak dapat diketahui pasti mengapa orang bisa berduka dengan lebih lama daripada yang lain. Namun kedekatan hubungan, kehilangan traumatis atau tak terduga, sejarah Anda bersama orang tersebut, dan stresor kehidupan lainnya bisa berperan dalam bagaimana Anda menghadapi proses duka," kata Holly.


Kesedihan Bisa Muncul Kapanpun

Lebih lanjut Holly mengungkapkan bahwa kesedihan yang berkaitan dengan peristiwa duka juga bisa datang secara bertahap dan berubah-ubah seiring berjalannya waktu.

"Anda bisa merasa terbolak-balik dalam tahapan kesedihan dan bahkan bisa merasa ada di beberapa tahapan sekaligus," ujar Holly.

Menurut Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater dan penulis buku On Death and Dying, tahap kesedihan sendiri terbagi menjadi lima. Berikut diantaranya.

1. Penyangkalan (Denial): Tidak percaya pada apa yang terjadi.

2. Amarah (Anger): Marah dengan apa yang terjadi.

3. Tawar-menawar (Bargaining): Muncul pikiran "seandainya", "andai saja", dan sebagainya.

4. Depresi (Depression): Kesedihan ada pada titik yang mendalam.

5. Penerimaan (Acceptance): Sudah menerima kenyataan yang terjadi.

Menurut Lisa, kesedihan bisa berkurang seiring berjalannya waktu dan orang yang menghadapinya pun mesti yakin akan hal tersebut.

"Seiring berjalannya waktu, gelombang kesedihan cenderung menjauh dan tidak terlalu membebani. Pada akhirnya, Anda dapat menikmati kenangan indah yang tersisa dari orang yang telah pergi tersebut." ujar Lisa.


Berduka dengan Cara yang Tak Sehat

Setelah peristiwa traumatis terjadi, terdapat beberapa faktor khas yang dapat mengganggu atau memperpanjang proses berduka. Biasanya hal tersebut dapat menyebabkan apa yang disebut complicated grief atau duka yang rumit dan berkepanjangan.

Complicated grief adalah ketika perasaan kehilangan dan emosi yang menyakitkan begitu lama dan melemahkan sehingga tidak membaik bahkan setelah waktu berlalu, dan ada kesulitan untuk pulih dari kehilangan dan melanjutkan hidup Anda sendiri,” kata Holly.

Menurut Lisa, complicated grief dapat terjadi jika Anda memiliki hubungan yang kompleks dengan orang yang telah Anda hilangkan atau memiliki perasaan marah atau dendam yang bercampur dengan cinta.

Complicated grief juga memungkinkan Anda untuk melewati proses duka yang tidak sehat. Proses duka yang tidak sehat adalah ketika Anda sedih dan merasa orang lain tidak perlu merasakan itu juga.

Pada posisi tersebut, Anda mungkin merasa malu atau dikucilkan dari orang-orang terkasih yang tidak setuju dengan cara Anda menghadapi kehilangan. Kondisi tersebutlah yang disebut sebagai cara berduka yang tidak sehat.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya