Bahaya Etilen Oksida dalam Es Krim Haagen-Dazs Vanila yang Ditarik BPOM

Temuan etilen oksida dalam es krim Haagen-Dazs rasa vanila memiliki risiko kesehatan serius.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Jul 2022, 17:14 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2022, 17:14 WIB
Es krim
Es krim/copyright: unsplash/alisha mirsa

Liputan6.com, Jakarta Kandungan etilen oksida (EtO) yang ditemukan dalam es krim merek Haagen-Dazs rasa vanila memiliki risiko kesehatan. Tak ayal, es krim dengan rasa vanila ini pun ditarik dari peredaran oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.

Penarikan es krim Haagen-Dazs rasa vanila sebagai bentuk kehati-hatian BPOM dari adanya informasi yang diterima oleh Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF) tanggal 8 Juli 2022 dari European Union Rapid Alert System for Food and Feed (EURASFF) tentang ditemukannya etilen oksida. yang melebihi ambang batas.

Sebelumnya, pada 6 Juli 2022, Otoritas di Prancis melalui RappelConso dan tanggal 7 Juli 2022, Food Standards Australia New Zealand (FSANZ) menerbitkan informasi publik terkait penarikan secara sukarela Es Krim Rasa Vanila merek Haagen-Dazs oleh produsen karena mengandung EtO.

Pada tanggal 8 Juli 2022, Singapore Food Agency (SFA) juga memerintahkan importir untuk melakukan penarikan produk Es Krim Rasa Vanila merek Haagen-Dazs. Lantas, bagaimana risiko kesehatan apabila kandungan etilen oksida melebihi ketentuan standar yang ditetapkan?

Etilen oksida merupakan pestisida yang berfungsi sebagai fumigan, sebagaimana rilis resmi BPOM yang dipublikasikan tertanggal 19 Juli 2022. Fumigan adalah bahan kimia untuk mengendalikan hama yang diaplikasikan dengan alat dan teknik khusus hingga fumigan tersebut membentuk gas atau asap.

Mengutip Federal Institute for Risk Assessment (BfR), etilen oksida digunakan terutama sebagai zat kimia dalam pembuatan etilen glikol (antibeku), tekstil, deterjen, busa poliuretan, pelarut, obat-obatan, perekat, dan produk lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Batas Aman Penggunaan

Ilustrasi Laboratorium - Image by RAEng_Publications from Pixabay
Ilustrasi Laboratorium - Image by RAEng_Publications from Pixabay

Etilen oksida memiliki sifat mutagenik dan karsinogenik. Mutagenik adalah sifat bahan kimia berbahaya yang memiliki potensi mutasi, sedangkan zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker.

Oleh karena itu, pada kondisi tertentu, sifat karsinogen tanpa nilai ambang sangat dihindari karena berkaitan dengan risiko kesehatan -- dalam hal ini residu yang bisa saja tertinggal pada makanan. Residu merupakan segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau berperan sebagai kontaminan dalam suatu proses kimia tertentu.

Residu zat dalam makanan karena ituumumnya dianggap tidak diinginkan. Analisis resmi mencatat, etilen oksida dan konversinya yang disebut 2-chloroethanol menjadi parameter ambang batas.

Bahan makanan yang mana etilen oksida atau 2-chloroethanol terdeteksi melebihi batas penentuan, maka tidak untuk ditaruh di pasar. Batas kuantifikasi, yaitu jumlah etilen oksida atau 2-chloroethanol dapat dideteksi secara andal dalam makanan adalah 0,02 miligram (mg), 0,05 mg atau 0,1mg per kilogram (kg) makanan, tergantung makanannya.

Sumber dan Potensi Paparan

Stres
Ilustrasi orang mengalami penurunan pada otak (dok.pixabay/Adinda Kurnia)

Sebagaimana informasi dari U.S. Environmental Protection Agency’s (EPA’s), etilen oksida mempunyai efek akut (jangka pendek) terutama berkaitan dengan gangguan saraf pusat, depresi, iritasi mata dan selaput lendir.

Paparan kronis (jangka panjang) terhadap etilen oksida pada manusia dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, hidung, tenggorokan, dan paru-paru, serta kerusakan pada otak dan sistem saraf. Ada juga beberapa bukti yang menghubungkan paparan etilen oksida terhadap reproduksi.

EPA telah menyimpulkan bahwa etilen oksida bersifat karsinogenik bagi manusia jika terhirup. Bukti pada manusia menunjukkan, bahwa paparan etilen oksida meningkatkan risiko kanker limfoid.

Pada wanita juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Sebagai catatan, EPA khusus membeberkan efek etilen oksida terhadap kanker. Sumber dan potensi paparan dari EtO, antara lain:

  • Sumber emisi etilen oksida ke udara termasuk emisi yang tidak terkontrol atau ventilasi dengan bahan laingas dalam pengaturan industri
  • Sumber emisi udara etilen oksida lainnya termasuk penggunaannya sebagai alat sterilisasi peralatan medis dan pelepasannyadari bahan yang difumigasi komoditas
  • Populasi umum dapat terpapar etilen oksida melalui menghirup udara yang terkontaminasi atau dari merokok tembakau atau berada di dekat seseorang yang merokok. Kelompok pekerjaan tertentu (pekerja yang berhubungan erat dengan etilen oksida pabrik atau pabrik pengolahan, teknisi sterilisasi, dan pekerja yang terlibat dalam fumigasi) mungkinterpapar di tempat kerja

Efek Akut dan Kronis

Ilustrasi mata (pixabay)
Ilustrasi mata (pixabay)

Secara rinci, bahaya kesehatan akibat terpapar etilen oksida yang informasi yang dihimpun U.S. Environmental Protection Agency’s (EPA’s), antara lain:

Efek Akut

  • Paparan inhalasi akut pekerja terhadap etilen oksida tingkat tinggi telah mengakibatkan mual, muntah, gangguan neurologis, bronkitis, edema paru, dan emfisema
  • Kontak kulit atau mata dengan larutan etilen oksida telah menyebabkan iritasi pada kulit dan mata pada manusia
  • Pengujian yang melibatkan paparan akut hewan telah menunjukkan etilen oksida memiliki toksisitas akut yang tinggi dari inhalasi eksposur

Efek Kronis (Non kanker)

Efek utama yang diamati pada pekerja yang terpapar etilen oksida pada tingkat rendah selama beberapa tahun adalah iritasi pada mata, kulit, dan saluran pernapasan dan efek pada sistem saraf (misal, sakit kepala, mual, kehilangan memori, mati rasa)

EPA belum menetapkan Reference Dose (RfD) atau Reference Concentration (RfC) untuk etilen oksida Sementara itu, California Environmental Protection Agency (CalEPA) telah menetapkan paparan referensi inhalasi kronis tingkat 0,03 miligram per meter kubik (mg/m3) untuk etilen oksida.

Hal ini berdasarkan efek sistem saraf pada tikus. Tingkat paparan referensi CalEPA adalah konsentrasi efek kesehatan tidak mungkin terjadi. Pada eksposur seumur hidup, semakin besar dari tingkat eksposur, potensi mengalami efek kesehatan yang merugikan meningkat.

Agency for Toxic Substances and Disease Registry’s (ATSDR’s) Toxicological Profile for Ethylene Oxide telah menetapkan tingkat risiko minimal inhalasi menengah (MRL) sebesar 0,2 mg/m3 berdasarkan paparan di bawah yang terkait dengan efek ginjal pada tikus.

MRL adalah perkiraan dari paparan manusia setiap hari terhadap zat berbahaya yang kemungkinan besar tanpa ada risiko non kanker yang merugikan efek kesehatan selama durasi paparan tertentu. Periode paparan untuk MRL menengah adalah dari dua minggu sampai satu tahun.

Infografis 7 Tips Pulihkan Penciuman Akibat Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 7 Tips Pulihkan Penciuman Akibat Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya