Flashing Light di Film Pengabdi Setan 2 Rentan Bikin Epilepsi Kambuh, Joko Anwar Angkat Bicara

Penonton Pengabdi Setan 2 meminta Joko Anwar memerhatikan terkait flash warning yang disebut tidak aman untuk pasien epilepsi

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Agu 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2022, 14:00 WIB
Penampilan Para Pemain Film Pengabdi Setan 2
Sejumlah pemeran dan kru Film Pengabdi Setan 2: Communion saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/8/2022). Film Pengabdi Setan 2: Communion segera tayang di bioskop di Indonesia pada 4 Agustus mendatang. Cerita yang masih disutradarai oleh Joko Anwar itu masih menggaet sejumlah pemeran lamanya, seperti Tara Basro, Endy Arfian, Nasar Annuz, dan Bront Palarae serta Ayu Laksmi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Sutradara film Pengabdi Setan 2: Communion, Joko Anwar, angkat bicara soal ramainya para penonton yang mengeluhkan terkait flash warning. Efek lampu kilat ini disebut dapat memicu kambuhnya penyakit epilepsi.

"Terima kasih sudah mengingatkan kami, teman-teman. Mulai hari ini peringatan flash warning mulai dipasang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia," tuli Joko Anwar di unggahan Twitter pribadinya, @jokoanwar pada Selasa (9/8/2022).

Ia pun menyertakan poster yang berisi peringatan flash bagi para calon penonton Pengabdi Setan 2 yang sudah mulai dipasang di bioskop-bioskop.

"Film ini menggunakan efek lampu flash dan strobo yang bisa menimbulkan kekambuhan pada penderita epilepsi photosensitive," bunyi poster tersebut.

Pemasangan flash warning ini mulai jadi perbincangan warganet lantaran setelah menonton Pengabdi Setan 2: Communion mereka merasa pusing. Hal ini disebabkan adanya adegan-adegan yang menyertakan kilat atau flash yang tidak memanjakan mata.

Kilatan ini bahkan bisa berdampak buruk pada orang dengan epilepsi fotosensitif atau yang sensitif terhadap cahaya. Orang-orang dengan kondisi ini bisa mengalami kekambuhan karena adegan-adegan tersebut.

Flash warning ini sangat penting untuk ditambahkan, dikarenakan Pengabdi Setan 2 memiliki beberapa adegan dengan penggunaan flashing lights yang banyak sekali. Ditambahkannya peringatan ini sebagai langkah preventif untuk para photosensitive viewers yang akan menonton film ini,” mengutip akun Twitter Cinefoxxid.

Bahkan, akun yang fokus membahas dunia perfilman ini juga membuka petisi agar ada penambahan flash warning di setiap bioskop yang memutar film Pengabdi Setan 2.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kata Warganet

Poster film Pengabdi Setan 2: Communion. (Foto: Dok. Instagram @jokoanwar)
Poster film Pengabdi Setan 2: Communion. (Foto: Dok. Instagram @jokoanwar)

Beberapa warganet yang sudah menonton film ini mengaku terganggu dengan flashing lights yang ada dalam Pengabdi Setan 2.

Bahkan, di antara warganet yang berkomentar, ada yang pernah mengalami epilepsi.

Pengabdi Setan 2 seru, 1 hal yang menjadi catatan gue buat karya @jokoanwar yang 1 ini, entah gue yang kelewat apa enggak, enggak ada photosensitive warning di depan, sebagai orang yang pernah punya epilepsi, abis nonton film ini agak mual dan pusing, untung enggak kejang pas lagi di dalem bioskop,” kata pemilik akun @kelincibogor.

Warganet lain pun merasa demikian. Menurut mereka, ada adegan yang memang mebuat pusing.

“Asli yang kameranya lari-lari, yang geter-geter bikin pusing enggak nyaman banget, sampe sakit kepala gue, udahnya agak nyesel sih nonton,” kata seorang pengguna Twitter.

“Gue kira gue doang yang ngerasa adegan ini tuh bikin pusing banget apalagi yang di akhir lagi jepret-jepret sambil nyanyi hymne astaga pas pulang perut gue langsung enggak enak banget kek abis dari wahana,” kata pengguna lainnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Mengenal Epilepsi

Ilustrasi penyakit epilepsi
Ilustrasi penyakit epilepsi. (Photo Copyright by Freepik)

Epilepsi atau orang kerap menyebutnya dengan ayan adalah gangguan sisem saraf pusat di mana kondisi aktivitas otak abnormal yang menyebabkan kejang atau periode perilaku yang tidak biasa.

Orang yang mengalami epilepsi terkadang sampai kehilangan kesadaran. Siapapun bisa mengalami epilepsi. Pria dan wanita dari beragam ras, latar belakang etnis dan usia bisa terkena epilepsi seperti mengutip Mayo Clinic.

Gejala kejang pada orang yang alami epilepsi bisa bervariasi. Ada orang yang alami epilepsi hanya menatap kosong selama kejang. Sementara yang lain berulang kali menggerakkan lengan atau kaki.

Ditambahkan dari laman RSAB Harapan Kita, gejala utama epilepsi yang pertama terkali terlihat adalah kejang. Namun, bentuk kejang dapat berupa kaku dan lemas secara cepat, kaget-kaget atau seperti terdiam atau jatuh, dan kejadian ini terjadi berulang.

Satu kali kejang bukan berarti epilepsi. Ketika sudah mengalami dua kali kejang tanpa pemicu yang tidak diketahui (kejang tak beralasan) dalam kurun waktu 24 jam diperlukan diagnosis dokter atas kondisi anak.


Diagnosis dan Penanganan Darurat

Epilepsi
Halusinasi juga jadi pertanda serangan epilepsi. (Foto: Pixabay)

Untuk mendiagnosis epilepsi bisa dilakukan dengan beberapa cara yakni pemindaian otak dengan MRI atau CT scan, ini adalah pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gambaran otak sehingga dapat mendeteksi kondisi yang abnormal.

Lalu, Electroencephalogram atau EEG adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang dapat menyebabkan kejang.

Serta melakukan tes darah untuk mengetahui kondisi genetik, infeksi, atau kondisi lain yang terkait dengan kejang. Diagnosis yang akurat perlu dilakukan guna menentukan pengobatan epilepsi yang efektif.

Dokter spesialis anak Pandu Caesaria Lestari dari RSAB Harapan Kita Jakarta mengatakan Penyebab epilepsi terbagi dua yakni idiopatik dan simptomatik.

Idiopatik berarti penyebabnya tidak diketahui. Sementara simptomatik berarti epilepsi akibat masalah struktural di otak (tumor, infeksi otak, kelainan bawaan), pemeriksaan genetik dipertimbangkan untuk beberapa kasus epilepsi.

Seorang anak memiliki risiko untuk mengalami epilepsi lebih besar apabila di dalam keluarganya ada yang mengalami epilepsi, seperti disampaikan dokter Pandu saat bersama Radio Kesehatan Kemenkes RI beberapa waktu lalu.

Dokter Pandu menjelaskan ada 2 tata laksana pada epilepsi yaitu tata laksana untuk kegawatdaruratan dan pemberian obat anti epilepsi.

Penanganan saat terjadi kegawatan pada epilepsi apabila jika terjadi kejang umum (seluruh badan) maka lakukan hal berikut:

- posisi tubuh dimiringkan, ketika dalam posisi miring maka aliran napas akan berjalan dengan baik

- baju yang terlalu ketat dibuka sedikit

- berikan alas kepala

- masukkan obat yang diresepkan oleh dokter melalui dubur setelah 3 menit mengalami kejang

- apabila dalam waktu 5 menit tidak membaik, maka pemberian obat bisa diulang sebanyak 2 kali dan bersiap-siap untuk membawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang terdekat.

Dokter Pandu mengatakan setiap orangtua perlu memahami betul bagaimana cara memberikan obatnya, sehingga pengobatannya itu betul-betul efektif.

Infografis 9 Cara Aman Menonton di Bioskop Saat Pandemi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 9 Cara Aman Menonton di Bioskop Saat Pandemi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya