Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak, Wamenkes Imbau Tiap Keluarga Punya Buku KIA

Secara global, kematian ibu dan anak telah turun secara signifikan, tetapi bebannya masih tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Sep 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2022, 07:00 WIB
Wamenkes Dante Saksono Harbuwono
Wamenkes Dante Saksono Harbuwono

Liputan6.com, Jakarta Salah satu agenda utama SDGs adalah menurunkan angka kematian ibu dan kematian Balita. Perlu dilakukan optimalisasi penggunaan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dalam mendukung kesehatan ibu dan anak.

Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan buku KIA, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) mengadakan program pengembangan kapasitas kerja sama Selatan-Selatan melalui pertukaran pengetahuan, keahlian, dan sumberdaya.

Salah satunya adalah kegiatan Knowledge Sharing Program on Maternal and Child Health Handbook, ‘Enhancing quality of care for early detection through integrated health check-up for mother and child using MCH Handbook’ yang diselenggarakan pada tanggal 7-9 September 2022, dengan peserta berasal dari delapan negara.

Wamenkes dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan kehamilan, persalinan, nifas, dan masa kanak-kanak adalah masa kritis. Secara global, kematian ibu dan anak telah turun secara signifikan, tetapi bebannya masih tinggi.

Hampir 300 ribu perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan pada tahun 2017. Demikian pula, sekitar 5 juta anak balita meninggal setiap tahun.

Penyediaan pemeriksaan antenatal berkualitas tinggi dan teratur selama kehamilan kemungkinan akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan anak-anak. Pemerintah berkomitmen untuk memprioritaskan ketersediaan layanan esensial bagi ibu dan anak.

“Buku KIA memainkan peran penting sebagai alat berbasis rumah untuk memastikan kesehatan ibu dan anak yang berkelanjutan,” ujar Wamenkes Dante secara virtual, Rabu (7/9).

Buku KIA merupakan panduan bagi keluarga dan penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi awal masalah kesehatan selama masa kehamilan dan masa kanak-kanak.

Dengan demikian, buku pegangan ini merupakan alat yang efektif untuk memantau penyediaan dan ketersediaan layanan kesehatan ibu dan anak yang esensial untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

 

Buku KIA untuk Deteksi Dini

Dikatakan dr. Dante, pandemi telah mempengaruhi program International Knowledge Sharing. Selama pertemuan ini, peserta akan mendapat kesempatan untuk belajar dari Indonesia dan negara peserta lainnya bagaimana negara melakukan penguatan deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak melalui pemanfaatan buku KIA.

Peserta juga berkesempatan mendapatkan pengetahuan terkait pemberdayaan keluarga menggunakan buku KIA untuk deteksi dini, serta bagaimana meningkatkan kapasitas peserta dalam melakukan monitoring dan evaluasi pemanfaatan buku KIA.

“Kami bertujuan untuk mengakomodasi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik mereka dalam melakukan deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan terpadu untuk Ibu dan Anak menggunakan buku KIA,” ungkap dr. Dante.

Apa Saja Isi Buku KIA?

Buku KIA merupakan alat pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan sebagai media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) bagi ibu hamil dan balita.

Selama 25 tahun, buku sudah beberapa kali direvisi. Yang terbaru adalah versi 2020 yang menggabungkan bagian untuk ibu dan anak dalam satu buku.

Informasi yang tercantum dalam Buku KIA lengkap, mulai dari panduan pemenuhan gizi seimbang, pemberian stimulasi perkembangan, imunisasi, hingga panduan memberikan lingkungan yang aman untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak. Para orangtua juga bisa menempelkan foto anak, cap kaki bayi, hingga surat keterangan lahir untuk akta kelahiran.

Di dalam buku itu terdapat lembar hijau untuk diisi oleh tenaga kesehatan, dan lembar kuning untuk diisi orangtua. Lembar kuning terbagi dua lagi, menjadi lembar pemantauan pertumbuhan dan lembar edukasi kesehatan. Panduan itu dirancang agar mudah diikuti oleh orangtua.

Pengamatan disusun per periode perkembangan dengan poin-poin perkembangan disusun dalam sebuah daftar ceklis. 

Setiap fase yang dilewati anak sangat menentukan perkembangan fase berikutnya. Maka, orangtua harus memastikan kebutuhan dasar anak untuk asah, asih, dan asuh terpenuhi. Kebutuhan asuh di antaranya mencakup kebutuhan nutrisi, imunisasi, hingga hunian yang sehat.

Sementara, kebutuhan asah dipenuhi lewat stimulasi. Tanpa stimulasi, potensi genetik yang dimiliki anak tidak akan optimal. Terkait kebutuhan asih, orangtua harus bisa memberikan kasih sayang positif. Buku KIA dinilai lengkap untuk mengakomodasi hal itu.

Dimana bisa Mendapatkan Buku KIA?

Buku KIA, bisa diperoleh di beragam fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan dokter anak. Kalau pun tak menemukannya, Kemenkes memfasilitasi aplikasi mKIA yang bisa diunduh di Playstore. Meski masih versi Beta, aplikasi tersebut cukup mudah digunakan.

Di luar itu, aplikasi menyediakan beragam info kesehatan anak dan juga pemantauan tanda bahaya pada anak. Secara umum, penjelasannya mudah dicerna. Bagi orangtua yang membutuhkan penjelasan lebih lengkap, Diah menyarankan agar mengakses laman Belajar Kesga lewat web resmi Kemenkes. Di sana terdapat beragam video tentang pengasuhan anak, juga chat untuk bertanya-tanya langsung.

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya