Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan menyisakan luka mendalam bukan hanya bagi dunia persepakbolaan. Melainkan bagi ratusan juta warga Indonesia lainnya, termasuk di dalamnya para ARMY atau penggemar grup vokal asal Korea Selatan BTS.
Sebagai bentuk empati dan solidaritas antara keluarga Tanah Air, ARMYÂ BTSÂ di Indonesia menggalang dana untuk tragedi Kanjuruhan hingga terkumpul hampir Rp300 juta. Proses galang dana dari ARMY Indonesia untuk tragedi Kanjuruhan berawal dari sebuah unggahan di media sosial.
Baca Juga
"Hai ARMY, Hai #OrangBaik. Atas nama ARMYÂ INDONESIA kami mengucapkan turut berduka cita kepada seluruh korban dari tragedi di stadion Kanjuruhan, semoga semua keluarga yang ditinggalkan dilapangkan dadanya dan diberi kesabaran," tulis keterangan dalam akun Instagram @btsarmy.project pada Senin, 3 Oktober 2022.
Advertisement
"Kami mengajak ARMY di seluruh Indonesia sebagai bentuk empati dan solidaritas antar keluarga se-Tanah Air, satu Bangsa Indonesia untuk ikut berkontribusi untuk membantu para korban dari tragedi ini dengan ikut berdonasi melalui KITABISA," sambung keterangan tersebut.
Galang dana tersebut diberi tajuk 'ARMY INDONESIA UNTUK KORBAN KANJURUHAN' dalam situs donasi dan menggalang dana Kitabisa.com. Hingga tulisan ini dipublikasikan pada Selasa (4/10), dana untuk para korban tragedi Kanjuruhan Arema sudah terkumpul sebanyak Rp286.267.010.
Berdasarkan keterangan, bantuan dari para ARMY nantinya akan disalurkan untuk keluarga korban terdampak.
Termasuk untuk modal usaha bagi keluarga yang kehilangan sosok tulang punggung dan santunan pendidikan bagi anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya.
"Nantinya dana hasil donasi akan disalurkan langsung oleh tim ARMY Malang," lanjut keterangan dalam unggahan tersebut.
Korban Tragedi Kanjuruhan
Berdasarkan data yang dihimpun Kepolisian Republik Indonesia, korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan mencapai 125 jiwa. Data tersebut disusul oleh 304 orang luka-luka yang dirawat pada 11 rumah sakit di Malang, Jawa Timur.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) pun mencatat bahwa 33 dari korban tragedi Kanjuruhan merupakan anak-anak dengan kategori usia 4 hingga 17 tahun. 25 diantaranya laki-laki, dan delapan perempuan.
"Kami masih terus melengkapi datanya," ujar Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA, Nahar mengutip Bola Liputan6.com.
Sejauh ini, korban termuda dalam tragedi Kanjuruhan adalah anak laki-laki berusia 4 tahun yang tercatat atas nama Nuh Virdi Prayoga. Sebelumnya, ia dibawa ke RSUD Kanjuruhan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sendiri telah menyatakan bahwa biaya perawatan di rumah sakit bagi korban tragedi Kanjuruhan gratis. Biaya sepenuhnya akan ditanggung oleh Pemda Kabupaten Malang.
"Semua biaya perawatan gratis oleh RS tempat dirawat," ujar Nadia melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 2 Oktober 2022.
Advertisement
Perlindungan untuk Korban Anak Tragedi Kanjuruhan
Dalam kesempatan berbeda, Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan bahwa anak-anak yang orangtuanya meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan perlu menjadi perhatian negara.
"Sebagai Komisioner KPAI, saya menyampaikan untuk mendorong Negara, khususnya Pemerintah Pusat dan Daerah terkait untuk bertanggung jawab," ujar Retno.
"Bagi anak-anak yang orangtuanya meninggal saat tragedi ini butuh dukungan negara, karena mereka mendadak jadi yatim atau bahkan yatim piatu. Tulang punggung keluarganya ikut menjadi korban tewas dalam peristiwa ini," tambahnya.
Bahkan menurut Retno, pemerintah juga perlu memberikan pendampingan secara psikis untuk para korban. Terutama bagi anak-anak yang sedang dirawat di rumah sakit saat ini, bukan hanya memberikan santunan.
"Pemerintah harus tanggung jawab terhadap jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan, Malang. Tak sekadar santunan, namun rehabilitasi psikis bagi para korban, terutama anak-anak yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," kata Retno.
Awal Mula Tragedi Kanjuruhan
Berdasarkan data himpunan Health Liputan6.com, tragedi Kanjuruhan berawal dari kekecewaan pendukung Arema FC atas kekalahan tim sepak bola kesayangan mereka. Alhasil, para pendukung turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Diperkirakan sekitar tiga ribu pendukung Arema FC yang turun ke lapangan. Petugas keamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dan pengalihan dengan menembakan gas air mata.
Menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena adanya tindakan anarkis dan membahayakan para pemain dan ofisial. Sehingga gas air mata ditembakan.
Hingga saat ini, korban luka ringan hingga sedang mencapai 219 orang, luka berat 68 orang, dan 26 orang yang masih dirawat di rumah sakit.
Advertisement