Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per 26 Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut di Indonesia sudah mencapai 269 anak. Dari 37 provinsi yang ada, temuan kasus gagal ginjal akut tersebar pada 27 provinsi.
Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa dari 296 kasus, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus gagal ginjal akut tertinggi dengan 57 kasus, yang 27 diantaranya meninggal dunia, 23 dirawat, dan 7 anak sembuh.
Baca Juga
"Dari 27 provinsi bisa dilihat distribusinya dari tabulasi. DKI Jakarta itu paling banyak ada 57 kasus," ujar Syahril dalam konferensi pers, Kamis (27/10/2022).
Advertisement
Lalu, dimana sajakah sebaran kasus gagal ginjal akut di Indonesia? Serta, berapa jumlahnya pada masing-masing provinsi? Berikut diantaranya.
- DKI Jakarta: 57 Kasus
- Jawa Barat: 36 kasus
- Aceh: 30 kasus
- Jawa Timur: 25 kasus
- Sumatera Barat: 19 kasus
- Bali: 15 kasus
- Banten: 15 kasus
- Sumatera Utara: 14 kasus
- Sulawesi Selatan: 12 kasus
- Yogyakarta: 6 kasus
- Nusa Tenggara Timur: 5 kasus
- Kepulauan Riau: 4 kasus
- Sumatera Selatan: 4 kasus
- Jawa Tengah: 4 kasus
- Lampung: 3 kasus
- Sulawesi Tenggara: 3 kasus
- Jambi: 3 kasus
- Kalimantan Utara: 3 kasus
- Kalimantan Selatan: 2 kasus
- Kalimantan Tengah: 2 kasus
Sedangkan terdapat 7 provinsi lainnya melaporkan hanya masing-masing 1 kasus. Provinsi tersebut adalah Sulawesi Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, Papua, Gorontalo, dan Kalimantan Timur.
Syahril menjelaskan, dari 269 kasus gagal ginjal akut, terdapat 73 anak yang masih dalam proses perawatan. Serta, 157 anak meninggal dunia dan 39 anak dinyatakan sembuh.
Hanya Terdapat 3 Kasus Baru Gagal Ginjal Akut
Lebih lanjut Syahril mengungkapkan bahwa setelah aturan penjualan dan konsumsi obat sirup dikeluarkan, total penambahan kasus hanya ada sebanyak 3 anak. Sisanya adalah kasus lama yang baru saja masuk dalam catatan Kemenkes RI.
"Pada tanggal 24 Oktober, ada 241 kasus, sehingga ada kenaikan 18 kasus. Namun kami ingin sampaikan, dari 18 kasus ini yang betul-betul baru setelah tanggal 24 atau setelah edaran dari Kementerian Kesehatan untuk melarang obat sirup itu hanya 3 kasus," ujar Syahril.
"Sementara yang 15 adalah kasus yang baru dilaporkan, yang terjadi pada akhir September sampai pertengahan Oktober. Jadi yang betul-betul penambahan 3 kasus."
Selain itu, gejala yang umumnya muncul pada pasien gagal ginjal akut terbagi menjadi dua yakni gejala prodromal (awal) dan gejala khas. Kebanyakan anak mengalami gejala anuria atau tidak buang air kecil sama sekali.
"Gejala yang khas adanya gangguan buang air kecil pada balita tersebut mulai dari oliguria atau juga anuria. Oliguri artinya terjadi penurunan frekuensi buang air kecil termasuk volumenya. Sebagai contoh, biasanya 10 kali buang air kecil, sekarang cuma 5 kali," kata Syahril.
Advertisement
Kebanyakan Anak Mengalami Gejala Berat
Syahril mengungkapkan bahwa dari data yang ada, kebanyakan anak mengalami gejala berat yakni anuria. Setidaknya 143 dari 269 anak atau sekitar 53 persen mengalami gejala anuria tersebut.
"Kalau dia sudah sama sekali tidak buang air kecil disebut dengan anuri. Ini berarti stadiumnya sudah stadium 3, stadium berat. Dari data yang ada itu 143 atau 53 persen itu dia anuri," ujar Syahril.
Selanjutnya, 58 anak atau sekitar 22 persen mengalami gejala oliguria, dan 68 anak atau sekitar 25 persen tidak mengalami anuria maupun oliguria.
Selain itu Syahril menjelaskan, sebelum munculnya gejala khas yang berkaitan dengan produksi urin, anak-anak ikut mengalami gejala prodromal selama 1-5 hari yang cukup beragam. Namun diantara semuanya, demam menjadi gejala yang paling banyak dialami.
"Di sini terlihat ada demam, nafsu makan turun, kemudian anaknya tidak begitu bergairah, ada diare, mual-mual, dan ada gangguan saluran pernapasan. Jadi ada dua gejalanya, yang khas dan gejala awalnya," ujar Syahril.
Datang dalam Keadaan Stadium 3
Tak hanya itu, Syahril mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien gagal ginjal akut sudah berada pada stadium berat atau stadium 3. Pada fase ini, anak sudah tidak memproduksi urin sama sekali.
"Ada stadium yang kita dapatkan pada pasien, yang terbanyak memang stadium 3 itu 61 persen. Inilah yang stadium 3 terjadinya anuri, tidak keluar urin sama sekali karena ginjalnya sudah gagal melakukan metabolisme," kata Syahril.
Selanjutnya, sekitar 11 persen anak berada pada stadium 1. Serta, 7 persen yang berada pada stadium 2, dan sisanya sebanyak 20 persen belum teridentifikasi berada pada stadium apa.
Menyoroti kasus gagal ginjal akut, Syahril menjelaskan bahwa pihak Kemenkes telah bekerja sama dengan berbagai pihak. Seperti dinas kesehatan, rumah sakit, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
"Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menangani gagal ginjal akut. Sebanyak 30 antidotum fomepizole ke Indonesia secara bertahap dari Singapura. 20 vial tiba pada tanggal 10 dan 18 Oktober dimana digunakan untuk pengobatan pasien yang ada di RSCM. 10 vial lagi akan datang pada hari ini," ujar Syahril.
Advertisement