KSDKI dan Perdoski Luncurkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum Pertama

Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) merilis Pedoman Injeksi Toksin Botulinum pertama di Indonesia, Sabtu, 19 November 2022.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 21 Nov 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2022, 10:00 WIB
KSDKI
Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) meluncurkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum pertama di Indonesia di ICE BSD, Sabtu, 19 November 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) merilis Pedoman Injeksi Toksin Botulinum pertama di Indonesia, Sabtu, 19 November 2022. Pedoman tersebut berisi informasi yang disusun para pakar estetika dalam memberikan layanan terbaik bagi pasien.

Ketua KSDKI dr Lilik Norawati, Sp.KK mengatakan, saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi toksin botulinum di Indonesia.

"Berdasarkan hal tersebut, kami dari Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia yang merupakan bagian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) menghimpun para pakar yang ahli di bidang kosmetik dermatologi membuat pedoman ini," ujarnya di Tangerang.

Ketua Perdoski Pusat DR dr M Yulianto Listiawan, Sp.KK, FAADV mengatakan, toksin botulinum sudah puluhan tahun masuk dan didistribusikan di Indonesia. Tetapi belum ada keseragaman atau pedoman mengenai tata laksananya.

"Ini merupakan pedoman pertama yang diterbitkan oleh KSDKI dan Perdoski," ujar Yulianto.

"Terbitnya buku pedoman ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para paktisi dalam melakukan pemilihan toksin botulinum yang tepat dan terbukti efektif dalam mengatasi masalah di bidang kosmetik estetik maupun medik seperti penuaan (keriput), dan yang off label seperti hiperhidrosis (keringat berlebih), kulit berminyak, jaringan parut (keloid), dan nyeri (neuralgia) pasca herpes," lanjut Yulianto.

Lewat pedoman tersebut, kata Yulianto, dapat dipelajari teknis-teknis klinis yang disesuaikan dengan tipe anatomi orang Asia dan khususnya Indonesia. Dengan hadirnya panduan tersebut diharapkan bisa menumbuhkan pengetahuan dan pencegahan kompilkasi pada pasien. 

Injeksi Botulinum Banyak Dilakukan Sejak 1999

Injeksi toksin botulinum telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia sejak 1999. Tak hanya untuk prosedur estetika, injeksi toksin botulinum juga merupakan pilihan perawatan lini pertama berbagai kondisi medis seperti distonia leher dan kekakuan tungkai.

Secara global, penggunaan toksin botulinum dalam estetika meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label. Khususnya di Indonesia pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda.

Selama ini, para prakstisi estetika menggunakan pedoman Barat dalam pengunaan toksin botulinum. Namun, seiap orang, khususnya di Indonesia, memiliki anatomi wajah yang khas dan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini yang kemudian menjadi latar belakang penyusunan dan peluncuran Pedoman Injeksi Toksin Botulinum. 

Perawatan botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu, karenanya injeksi berulang diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.

Dukungan Merz Aesthetic

Proses pembuatan buku Pedoman Injeksi Toksin Botulinum dimulai sejak awal 2020. Namun diakui Yulianto harus melewati masa pandemi yang cukup lama. KSDKI dan Perdoski bersyukur pedoman tersebut dapat dirilis pada November 2022 dengan dukungan Merz Aesthetics.

Chief Representatives Merz Aesthetic Indonesia Heldy Sembung mengatakan pihaknya hadir sebagai mitra para dokter di dunia estetika medis agar dokter dan pasien terlihat lebih baik, merasa lebih baik, serta hidup lebih baik.

"Salah satunya kami mendukung dengan cara peluncuran Pedoman Injeksi Toksin Botulinum pertama di Indonesia bersama Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia," ujar Heldy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya