Fajar Sad Boy Viral di Media Sosial, Kriminolog Beri Pandangan Soal Sadfishing

Fajar Labatjo atau lebih dikenal dengan nama Fajar Sad Boy tengah jadi perbincangan di kalangan pengguna sosial media.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Des 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2022, 06:00 WIB
5 Kisah Sedih Fajar Sad Boy, Akui Putus Sekolah Karena Cinta
5 Kisah Sedih Fajar Sad Boy, Akui Putus Sekolah Karena Cinta (YT Denny Cagur TV)

Liputan6.com, Jakarta Fajar Labatjo atau lebih dikenal dengan nama Fajar Sad Boy tengah jadi perbincangan di kalangan pengguna sosial media.

Videonya ditonton banyak orang dan menjadi viral. Dalam video singkat itu, Fajar mencurahkan isi hati dengan ekspresi sedih karena diabaikan oleh perempuan yang ia sukai.

Akibat video tersebut, Fajar pun banyak diundang ke stasiun televisi dan hadir pula di kanal beberapa Youtuber.

Kisah Fajar menarik perhatian kriminolog Haniva Hasna. Menurutnya, Fajar yang baru menginjak usia 15 secara psikologis sedang dalam masa remaja. Ini merupakan periode penting dalam hidup karena suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah karena sedang mencari identitas diri.

Beberapa ahli menyatakan bahwa remaja sedang mengalami masa dreaded atau menyeramkan, masa unrealism, masa topan dan badai yang ditandai dengan penuh emosi dan meledak ledak. Hal ini bisa muncul akibat pertentangan nilai.

Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan baik bagi si remaja maupun orang-orang di sekitarnya. Namun, emosi yang meledak ini juga berguna bagi remaja dalam menemukan identitas diri.

Respons orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi  remaja untuk menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukan ketika menghadapi kondisi tertentu.

“Postingan Fajar di media sosial bisa diartikan sebagai sadfishing. Sadfishing merupakan ungkapan emosional yang berlebihan yang dilakukan secara sengaja, seperti kesedihan, kesulitan, keluhan dengan tujuan untuk mendapat simpati atau perhatian dari orang lain,” kata kriminolog yang karib disapa Iva kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis, Rabu (28/12/2022).

Membawa Dampak Negatif

Iva menambahkan, sadfishing menjadi lumrah dilakukan oleh orang-orang yang merasa terganggu secara emosional, sedang mengalami masa sulit bahkan pura-pura sulit.

Perilaku ini membawa dampak negatif terhadap pelaku, di mana orang lain akan memberikan stigma negatif terhadap kondisi orang yang melakukan sadfishing tersebut.

Dalam kasus Fajar, stigma negatif lain kemungkinan akan hadir terhadap pihak yang dimunculkan sebagai sosok yang membuat duka lara seorang Fajar. Yang dalam hal ini, orang lain yang memberi stigma ini tidak mengetahui kebenaran berita tersebut.

“Reaksi pengguna media sosial terhadap suatu hal cenderung acak dan impulsif. Respons ini bisa diwujudkan dalam komentar negatif yang berakibat pada cyberbullying (perundungan daring).”

Kondisi ini akan menambah beban berat bagi pelaku sadfishing. Yang awalnya hanya bermasalah dengan diri sendiri, setelah melakukan sadfishing menjadi korban cyberbullying dan stigma masyarakat.

Agar Remaja Terhindar dari Sadfishing

Lalu bagaimana caranya agar remaja tidak mudah melakukan sadfishing?

Terkait hal ini, Iva memberi kiat-kiat yakni:

- Biasakan mengeluarkan perasaan (curhat) terhadap orang yang tepat yaitu keluarga, teman, sahabat atau menuliskan dalam jurnal

- Bila sudah sampai tahap mengganggu mental segera cari bantuan profesional seperti konselor dan psikolog.

Untuk menghadapi berbagai masalah, para remaja harus memiliki life skill untuk menunjang kehidupannya. Life skill itu antara lain fokus dan kontrol diri, mengelola frustrasi, kemampuan menimbang resiko dan menerima konsekuensi. Serta kemampuan melihat, menerima, menghormati perbedaan dan sudut pandang orang lain.

Kelola Frustrasi

Rasa frustrasi perlu dikelola lantaran frustrasi merupakan kondisi yang berhubungan dengan stres dan rasa putus asa.

Kondisi ini biasanya terjadi akibat ketidaksesuaian antara harapan dengan realita. Munculnya rasa frustrasi erat kaitannya dengan kemampuan toleransi kegagalan atau keinginan yang tidak tercapai.

Seiring bertambahnya usia, umumnya kemampuan untuk menoleransi dan menyiasati kegagalan yang terjadi dalam kehidupan akan meningkat. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk mengelola rasa frustrasi akibat kegagalan ini.

Kontrol diri termasuk dalam  kemampuan wajib remaja agar mampu mengendalikan diri atau mengelola perilaku sesuai situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Jika remaja memiliki kontrol diri yang baik, remaja bisa menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan terhindar dari perilaku menyimpang termasuk sadfishing.

 

INFOGRAFIS JOURNAL_Fakta Permasalahan Kesehatan Mental Remaja di Indonesia
INFOGRAFIS JOURNAL_Fakta Permasalahan Kesehatan Mental Remaja di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya