Liputan6.com, Jakarta - Pradikta Wicaksono atau Dikta belakangan ramai diperbincangkan usai diduga menjadi korban pelecehan seksual. Kabar itu mencuat setelah video saat Dikta meringis kesakitan sambil menutupi bagian vital tubuhnya beredar di media sosial.
Diketahui, Dikta diduga menjadi korban pelecehan seksual lantaran ada penggemar yang secara sengaja menyentuh alat kelaminnya usai manggung. Dalam sekejap, nama Dikta masuk dalam kolom trending topic di Twitter.
Baca Juga
Namun ternyata, tak hanya Dikta yang dibahas. Tampak cukup banyak warganet membuat lelucon tentang pelecehan seksual yang dialami Dikta dengan mengaitkannya pada mainan lato-lato.
Advertisement
"Ini versi yang lebih jelas. Kasihan banget, njir, lato-latonya bang Dikta. Sampai kesakitan banget gitu. Bar-bar banget orang-orang zaman sekarang," tulis akun Twitter @OhOh******** sebagai keterangan video saat Dita tengah berjalan sambil meringis kesakitan.
"Lato-lato Mas Dikta kena main sama fans-nya," tulis akun @ivan***** sambil melengkapinya dengan emoticon tertawa.
Akun @umar**** menimpalinya dengan "Lato-latonya kena.".
Dari pantauan Health Liputan6.com menelusuri komentar-komentar yang ada di video tersebut, terlihat beberapa akun berkicau dengan bunyi serupa.
"Kasihan ayank. Cepat pulih lato-latonya, ayank," tulis akun @tth****
Tidak berhenti di situ, akun @ho**** malah 'khawatir' bagian vital Dikta lecet.
"Jangan sampai ada hastag save lato-lato Dikta," tulis akun @bell****
Saat ini, mainan lato-lato memang tengah hits di Indonesia. Namun, mengaitkan alat kelamin seseorang yang baru saja mengalami pelecehan seksual dengan mainan, bisa masuk dalam kategori objektifikasi seksual.
Ada Pula Warganet yang Geram
Di tengah banyaknya warganet yang mengaitkan pelecehan seksual yang dialami Dikta dengan lato-lato, ada pula warganet yang justru geram karena menganggap tindakan tersebut sebagai lelucon.
"Dikta di-harras physically, komentar di Lambe Turah kayak gini. Buset. Ini orang mah harasing verbally juga, anjir. Gue sudah eneg banget melihat cewek-cewek yang bikin content sexual objectification kepada Dikta," tulis akun @camara********
Akun @azim***** juga mengingatkan warganet lainnya bahwa apa yang dilamai Dikta termasuk kekerasan seksual dan tidak layak dijadikan bahan bercandaan.
"Itu Dikta dilecehkan dan mengalami kekerasan seksual loh itu. Kok malah dikomentari dengan bercandaan lato-latonya diremas, terima service lato-lato, lalu ada cewek-cewek 'rahim hangat' terima reparasi biji. Emang pada sakit jiwa ya ente-ente yang komentar begitu," tulisnya.
"Orang kok bisa masih becandain soal pelecehan. I don't know what's funny about this," tulis akun @Cecil****.
Â
Advertisement
Respons Dikta Usai Kejadian
Saat namanya tengah ramai diperbincangkan, Dikta sempat muncul di media sosial. Dirinya mengunggah foto-foto saat manggung sebelum kejadian pelecehan seksual berlangsung.
Dalam unggahan tersebut, Dikta justru mengucapkan terima kasih dan mengajak orang-orang untuk memaafkan.
"Terima kasih dan maafkan ya," ujar Dikta dalam unggahan terbaru di Instagram.
Selain itu, Dikta diketahui dua kali menggunggah video yang memperlihatkan seseorang sedang melakukan bela diri dengan membenturkan benda berat ke alat vital.
Video tersebut semacam memberi sinyal bahwa dirinya baru saja kena pelecehan seksual
Cara Merespons Korban Pelecehan Seksual
Saat Anda mengetahui ada seseorang yang menjadi korban pelecehan seksual, penting untuk lebih dulu memiliki empati.
Mengutip New York Times, tugas Anda saat mengetahui ada korban pelecehan seksual bukanlah memperbaiki kondisi, melainkan mendengarkan dan memiliki empati terkait peristiwa yang terjadi.
Terapis seks, Wendy Maltz mengungkapkan bahwa ada beberapa respons yang bisa Anda berikan. Respons itu jauh dari menghakimi apalagi membuatnya sebagai lelucon. Mengingat pelecehan seksual berpotensi membuat korbannya mengalami trauma tersendiri.
"Dampak pelecehan seksual bisa sangat sulit untuk dipahami jika Anda sendiri tidak pernah mengalami pelecehan tersebut," ujar Wendy.
Sehingga yang bisa dilakukan adalah mendengarkan, biarkan korban mempunyai ruang untuk merasakan perasaannya, dan biarkan korban tahu bahwa dia memiliki lingkungan yang siap memberikan dukungan.
Advertisement