Kemenkes: 1 Kasus Omicron Kraken Batuk Ringan, Tracing Negatif

Berikut gejala COVID Kraken pada WNA Polandia yang hasil tracing negatif.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 27 Jan 2023, 20:06 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2023, 08:45 WIB
Tes PCR
Ilustrasi tes PCS, salah satu testing Covid-19. Credits: pexels.com by visionart.av

Liputan6.com, Jakarta - Informasi terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia soal temuan satu kasus subvarian Omicron XBB 1.5 alias Omicron Kraken yang berasal dari orang Polandia, bahwa orang yang bersangkutan bergejala batuk ringan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa gejala dari orang Polandia yang terkena varian Kraken di Balikpapan, Kalimantan Timur berupa batuk ringan. Namun, sebenarnya memang hampir terlihat tidak bergejala.

Hasil pemeriksaan genom sekuensing langsung dilakukan sejak orang Polandia terdeteksi positif COVID-19 lewat tes PCR. Tim surveilans juga sudah melakukan pelacakan (tracing) kontak erat.

Hasil pelacakan kontak erat dari satu kasus yang ditemukan positif tanggal 11 Januari 2023 telah dikeluarkan yang menunjukkan, seluruh kontak erat negatif varian Kraken. Kontak erat ditemukan satu orang di DKI Jakarta dan 2 orang di Kalimantan Timur.

Gejala COVID Kraken dari Kasus Orang Polandia

"Gejalanya batuk ringan saja. Hampir tidak bergejala, kan positif tgl 11 Januari. Lalu tanggal 18 Januari, sudah negatif dan kontak tracing sudah dilakukan, hasilnya semua negatif," ujar Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Kamis, 26 Januari 2023 malam.

Kronologi perjalanan orang Polandia positif Kraken yang merupakan varian Omicron baru, yakni dia masuk ke Indonesia tanggal 6 Januari 2023 lewat Jakarta, kemudian bertolak ke Balikpapan tanggal 7 Januari.

Lalu, di-rapid antigen negatif, dan tanggal 11 Januari dia hendak naik kapal dan positif tes PCR, yang dilanjutkan pemeriksaan WGS.

Sudah Jalan-jalan ke Beberapa Tempat

Libur Nataru, Warga Manfaatkan Taman untuk Berwisata
Anak-anak bermain di area Taman Puring, Jakarta Selatan, Minggu (26/12/2021). Memanfaatkan libur Natal dan Tahun Baru banyak warga memanfaatkan bersama keluarga berwisata ke taman karena hemat biaya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menyebut, orang Polandia yang terdeteksi positif varian Kraken diketahui tidak memunculkan gejala. Dalam hal ini, Warga Negara Asing (WNA) tersebut tanpa gejala COVID-19.

"Yang (kasus) Kraken ini tidak bergejala," ujarnya di sela-sela Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.

Hasil penelusuran Omicron varian Kraken di atas berasal dari hasil pemeriksaan genom sekuensing. Kasus varian baru ini ditemukan saat orang Polandia melakukan perjalanan ke Balikpapan, Kalimantan Timur pada awal Januari 2023.

Orang Polandia ini pun sudah berkunjung ke beberapa tempat di Indonesia.

"Saya sudah dengar, dilaporkan bahwa varian ini sudah ditemukan, dari orang Polandia, dan itu dia kenanya di Balikpapan. Tapi yang bersangkutan sudah sempat travel (melakukan perjalanan) di beberapa tempat," lanjut Budi Gunadi.

"Hasilnya saya tahu di Whole Genome Sequencing (WGS), ketemu XBB 1.5."

Potensi Menginfeksi dan Mereinfeksi

Bebas PKL, Kota Tua Jadi Alternatif Warga Habiskan Libur Cuti Bersama Imlek 2023
Warga berpose untuk difoto di kawasan wisata Kota Tua, Jakarta, Senin (23/1/2022). Kawasan wisata Kota Tua yang saat ini terbebas dari pedagang kaki lima (PKL) masih menjadi alternatif warga untuk mengisi liburan, termasuk cuti bersama menyambut perayaan Tahun Baru Imle 2023. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan bahwa subvarian Omicron Kraken memiliki potensi untuk menginfeksi dan mereinfeksi.

“Potensi dia (Kraken) untuk meninfeksi dan mereinfeksi ada, besar bahkan kemampuannya. Tapi dalam konteks Indonesia saat ini, infeksi dan reinfeksi itu akan banyak yang tidak bergejala atau bergejala ringan,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Kamis (26/1/2023).

Namun, lanjutnya, varian Kraken akan sangat serius ketika menimpa kelompok berisiko tinggi. Seperti lanjut usia (lansia), ibu hamil, dan komorbid yang belum divaksinasi booster atau mengalami infeksi berulang.

“Ini akan meningkatkan risiko yang bersangkutan mengalami keparahan atau mengalami long COVID atau yang disebut dampak jangka panjang dalam bentuk keluhan yang terus menetap. Bisa berbulan-bulan, bahkan bisa membuat keluhan lain seperti neurologis dan sebagainya.”

Hal tersebut menjadi alasan mengapa varian Kraken tetap harus dihindari. Dalam kasus yang lebih parah, varian ini bisa menyebabkan kematian pada kelompok berisiko tinggi meski risikonya jauh lebih kecil dari varian sebelumnya.

“Jadi kedatangan subvarian XBB.1.5 atau apapun yang akan terus ada, masalahnya saat ini buat Indonesia atau buat dunia ini bukan lagi soal menyebabkan keparahan atau kematian, tapi potensi long COVID yang jauh lebih besar," lanjut Dicky.

Infografis Hati-Hati, Ini 5 Gejala Batuk Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Hati-Hati, Ini 5 Gejala Batuk Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya