Banyak Pasien Kanker yang Dirujuk ke Jakarta Stadium Lanjut

Pasien kanker yang dirujuk ke Jakarta kebanyakan sudah stadium lanjut.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Feb 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2023, 15:00 WIB
Mencegah Risiko Kanker
Ilustrasi Penderita Kanker Credit: unsplash.com/NCI

Liputan6.com, Jakarta Banyak pasien kanker yang dirujuk ke Jakarta ternyata sudah stadium lanjut. Salah satunya, di RS Kanker Dharmais Jakarta yang menerima pasien rujukan dari berbagai daerah.

Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta, R. Soeko Werdi Nindito mengatakan, pasien yang paling banyak masuk di rumah sakitnya dalam kondisi telah masuk stadium lanjut. Tak ayal, kondisi tersebut bisa dibilang telat.

"Di kami ini kebanyakan pasiennya kanker yang stadium lanjut, jadi sudah telat. Dokter kami biasa dengan hal itu (menangani pasien stadium lanjut)," katanya saat konferensi pers Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Kesehatan RI dengan MD Andersen Cancer Centre di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Jumat, 3 Februari 2023.

Menurut Soeko, alasan telatnya pasien kanker baru dirujuk lantaran sejumlah faktor. Faktor yang dimaksud di antaranya, kurangnya pengetahuan gejala kanker dan belum optimalnya deteksi dini.

"Banyak faktornya, ada faktor pengetahuan, faktor sumber daya, faktor kultur. Belum tentu masyarakat kita mudah, misalnya, disediakan untuk deteksi dini, mereka mudah. Sehingga banyak faktor psikososial yang harus kita perhatikan juga," terangnya.

Adapun pelayanan kanker di rumah sakit, secara garis besar ada empat tahapan.

"Kalau kita bicara soal rumah sakit, setidaknya untuk cancer (kanker) itu ada empat tahap. Pertama itu pelayanan,, kedua pendidikan atau pelatihan," lanjut Soeko.

"Ketiga, penelitian, terakhir adalah data. Pada dasarnya, keeempatnya harus berjalan bersamaan."

Kanker Payudara dan Paru Terbanyak

Faktor-faktor Risiko Kanker Rahim
Faktor-faktor Risiko Kanker Rahim (Sumber: Pexels)

Jenis kanker yang paling banyak diidap pasien di RS Kanker Dharmais adalah kanker payudara untuk perempuan. Bagi laki-laki, kanker terbanyak masih diduduki kanker paru.

"Hampir sama dengan regional, negara-negara regional. Di Dharmais ini adalah kanker paling banyak itu kanker payudara untuk perempuan, diikuti dengan kanker serviks," R. Soeko Werdi Nindito menambahkan.

"Untuk laki-laki itu masih kanker paru, ya karena ada kebiasaan buruk (merokok) dan polusi."

Dalam mencegah terjadinya keparahan kanker payudara dibutuhkan deteksi dini dengan alat akurat seperti mammogram. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin akan memenuhi kebutuhan mammogram di semua kabupaten/kota.

Secara terpisah, Budi Gunadi mengatakan kanker yang paling banyak menyebabkan kematian pada wanita adalah kanker payudara. Deteksi dini adalah cara paling tepat untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut.

“Kanker lebih baik dideteksi sedari dini jangan dideteksi setelah stadium 3 atau 4. Deteksinya yang paling gampang adalah dengan Sadanis (periksa payudara secara klinis) dan Sadari (periksa payudara sendiri)," ujarnya di acara Pinkwalk Skrining Payudara, Minggu (9/10/2022) di Jakarta.

"Tapi kalau yang standar WHO itu harus menggunakan mammogram."

70 Persen Kasus Stadium Lanjut

Ilustrasi kanker | Andrea Piacquadio dari Pexels
Ilustrasi kanker | Andrea Piacquadio dari Pexels

Kanker menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia setelah jantung dan stroke.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Cut Putri Arianie mengatakan, terdapat beberapa faktor risiko kanker yakni usia, jenis kelamin atau keturunan, dan ras atau etnik di beberapa negara.

“Namun, bisa dicegah dengan mengubah perilaku menjadi lebih sehat seperti berhenti merokok, olahraga rutin, dan perbanyak makan buah dan sayur,” katanya

Kanker yang rentan menyerang manusia itu dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu wanita, pria, dan anak-anak.

Kanker yang dominan terjadi pada wanita adalah kanker payudara dan kanker serviks. Untuk pria, kanker terbanyak adalah paru dan kolorektal.

“Kalau anak-anak, leukimia masih tinggi, secara awam itu menyebutnya kanker darah,” ucap Cut.

Jumlah angka kematian se dunia akibat kanker, Cut menyebutkan, pada 2018 berjumlah 9,6 juta. Sementara di Indonesia di tahun yang sama berjumlah 207.210.

“Angka kematian kalau direfleksikan dengan pembiayaan kesehatan cukup tinggi. Besar pembiayaan JKN untuk kanker tahun 2018 sebesar 3,41 triliun. Selain itu juga 70 persen kasus di Indonesia diketahui setelah stadium lanjut,” paparnya.

Infografis Ragam Tanggapan 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya