Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terkait capaian pelaksanaan intervensi spesifik atasi stunting, pemberian ASI eksklusif tercatat baru 7 provinsi yang telah mencapai target 75 persen di kuartal pertama tahun 2023. Sementara provinsi lain, belum mencapai target.
Menilik data tersebut, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Naomi Esthernita mengakui, masih banyak provinsi di Indonesia yang belum mencapai target pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
Baca Juga
Salah satu alasannya, belum ada dukungan dari pihak keluarga dan tenaga kesehatan di daerah. Dalam hal ini, edukasi soal pemberian ASI juga harus didukung dari sosialisasi terhadap tenaga kesehatan sendiri.
Advertisement
"Memang pemberian ASI ini banyak sekali tantangannya di seluruh Indonesia, apalagi di daerah," ungkap Naomi menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat 'Media Briefing Pekan ASI Sedunia 2023' pada Senin, 7 Agustus 2023.
"Kami kemarin juga ketemu teman yang dari daerah Papua, ketemu beberapa dokter anak dari Indonesia. Masalahnya adalah mungkin itu tadi, dukungan-dukungan dari tenaga kesehatan dan dukungan dari orangtua maupun keluarga dekat itu yang seringkali menjatuhkan mental."
Langsung Diberi Susu Formula
Selain itu, ada anggapan soal ASI yang tak lekas keluar, kemudian si bayi baru lahir langsung diberikan susu formula.
"Nah, tenaga kesehatan ini juga kita perlu edukasi. Karena ada juga anggapan, oh hari pertama, kedua ASI enggak keluar, dia takut, ya udah langsung dikasih (susu) formula," terang Naomi.
Membuat Modul Klinisi
Demi memberikan edukasi lebih mendalam soal ASI eksklusif, IDAI membuat modul klinisi. Modul ini berisi bagaimana membantu para ibu menyusui, khususnya di dua minggu pertama setelah melahirkan.
"Itulah sebabnya kami membuat modul lebih klinisi, ini dari dokter spesialis anak untuk bagaimana menghadapi masalah ibu-ibu yang menyusui di dua minggu pertama," Naomi Esthernita melanjutkan.
"Nah, modul kami ini untuk membantu terlaksananya (pemberian) ASI eksklusif."
Advertisement
7 Provinsi Capai Target Pemberian ASI Eksklusif
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI Maria Endang Sumiwi pada Kamis (22/6/2023) mengatakan, publikasi data intervensi spesifik atasi stunting didasarkan pada target penurunan stunting yang harus dicapai pada 2024.
Pada triwulan pertama, dari 11 intervensi spesifik, baru dua intervensi yang pelaksanaannya sudah mencapai bahkan melebihi target, yakni remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) target nasional triwulan pertama 12,5 persen dengan capaian 57,7 persen, dan ibu hamil mengonsumsi TTD target nasional triwulan pertama 20 persen dengan capaian 66 persen.
"Untuk yang ASI eksklusif, baru 7 provinsi yang telah mencapai target 75 persen kuartal 1 2023, yaitu Aceh, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Jambi, Bali, Lampung, dan Yogyakarta," kata Endang.
Adapun 11 intervensi spesifik atasi stunting yang dirancang yaitu, skrining anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) remaja putri, pemeriksaan kehamilan, konsumsi tablet tambah darah ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik , dan pemantauan pertumbuhan balita.
Kemudian pemberian ASI eksklusif, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi baduta, tata laksana Balita dengan masalah gizi, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, edukasi remaja ibu hamil dan keluarga termasuk pemicuan bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
ASI Itu Makanan Terbaik Bayi Baru Lahir
Sebagaimana informasi IDAI, Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya.
Komposisi ASI berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan bayi dan bila diberikan dengan baik dan benar sebagai makanan tunggal dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh secara optimal sampai 6 bulan.
ASI juga mengandung makrofag, limfosit dan antibodi yang dapat mencegah bayi terinfeksi dengan penyakit tertentu. Pemberian ASI mempunyai pengaruh biologis dan emosional yang luar biasa terhadap kesehatan ibu dan anak serta terdapat hubungan yang erat antara menyusui eksklusif dan penjarangan kelahiran. Belum lagi keuntungan secaraekonomi.
Menyadari manfaat ASI, seharusnya setiap bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan hanya mendapat ASI dari ibunya (ASI eksklusif).
Advertisement