Liputan6.com, Jakarta Sejak masa kehamilan, ibu sudah bisa merasakan berbagai perubahan yang terjadi terhadap tubuh dan psikologisnya. Namun, perjuangan pun belum berhenti di sana.
Usai melahirkan, ibu masih rentan mengalami baby blues. Lantas, apa sebenarnya baby blues itu? Apa-apa sajakah gejala baby blues yang bisa dirasakan ibu usai melahirkan?
Baca Juga
Baby blues adalah kondisi yang dapat dialami oleh 80 persen wanita hamil dan melahirkan, menurut psikolog klinis dewasa Nuran Abdat Management yang berpraktik di Brawijaya Clinic Kemang & RS UMMI Bogor, Nuran Abdat.
Advertisement
Nuran mengungkapkan bahwa penelitian menemukan jikalau ibu hamil dan diharapkan bisa melahirkan dengan sehat, biasanya memiliki kecenderungan menghadapi baby blues.
"Ternyata sekitar 80 persen wanita hamil dan melahirkan itu justru menghadapi kondisi baby blues yang lebih banyak," ujar Nuran dalam media briefing yang dilakukan bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ditulis Selasa, (5/9/2023).
Gejala Baby Blues
Nuran menjelaskan, gejala baby blues bisa dirasakan oleh ibu selang beberapa hari saja setelah melahirkan. Kurang lebih, baby blues biasa muncul dalam waktu 2-3 hari usai ibu melahirkan bayinya.
"Baby blues biasanya 80 persen wanita setelah melahirkan itu menghadapi. Umumnya muncul dua sampai tiga hari setelah melahirkan dengan durasi sekitar dua minggu setelah melahirkan," ujar Nuran.
Menurut Nuran, ada beberapa hal yang bisa dirasakan ibu saat mengalami baby blues. Dalam fase itu, ibu akan mengalami gelombang perasaan yang naik turun.
"Perubahan emosinya tetap ada tentunya. Naik turunnya emosi yang cukup jelas yaitu mood swing," kata Nuran.
Hal yang Dirasakan Ibu Saat Baby Blues
Lebih lanjut, Nuran mengungkapkan bahwa selain naik turunnya emosi, ibu bisa mengalami perasaan lain. Seperti muncul rasa sedih yang luar biasa hingga menjadi lebih sering untuk menangis.
"Rasa sedih yang luar biasa, mudah lupa, sulit konsentrasi, ada rasa sensitif yang tinggi, sering menangis," ujar Nuran.
Selain itu, Nuran menambahkan, saat baby blues, ibu bisa tidak cukup tidur dan muncul perasaan cemas karena takut tidak bisa merawat bayi dengan baik.
"Tidur yang tidak cukup berkualitas, dan rasa cemas karena takut tidak mampu merawat bayi dengan seutuhnya atau dengan baik," kata Nuran.
Advertisement
Baby Blues, Cikal Bakal Postpartum Depression
Dalam kesempatan yang sama, Nuran mengungkapkan bahwa baby blues sendiri menjadi cikal bakal dari kondisi lain yang disebut dengan Postpartum Depression (PPD).
Bahkan, baby blues dapat meningkatkan risiko terjadinya Postpartum Depression. Seperti diketahui, Postpartum Depression dan baby blues merupakan dua kondisi yang berbeda. Saat ini, tak sedikit yang mengira keduanya sama.
"Baby blues ini ternyata adalah cikal bakal atau kemungkinan-kemungkinan seseorang dapat menghadapi Postpartum Depression. Artinya baby blues bisa meningkatkan potensi ibu hamil atau melahirkan untuk memunculkan PPD," kata Nuran.
Menurut Nuran, baby blues sendiri lebih umum terjadi dan dikategorikan lebih ringan dari Postpartum Depression.
Awal Mula Baby Blues, Muncul Perubahan Fisiologis
Nuran menjelaskan apa yang jadi penyebab di balik baby blues. Umumnya, ibu bisa merasa baby blues karena adanya perubahan fisiologis setelah melahirkan.
Intensitas perubahan fisiologis itu kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Berbeda lagi halnya dengan Postpartum Depression.
"Kalau Postpartum Depression lebih banyak dipengaruhinya dari faktor-faktor psikososial. Seperti stres atau stressor lingkungan yang berpengaruh pada penguat stres yang dialami sang ibu," kata Nuran.
Advertisement