Dokter Sebut Skrining Diabetes Bisa Dilakukan pada Usia 30 Bila Punya Faktor Risiko

Data terbaru angka prevalensi diabetes pada 2018 menunjukkan, 9 dari 10 atau 8,9 persen orang Indonesia memiliki diabetes.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 13 Nov 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2023, 06:00 WIB
Kadar Gula Darah Menjadi Tidak Stabil
Ilustrasi Diabetes Credit: pexels.com/PhotoMIX

 

Liputan6.com, Jakarta - Skrining diabetes bisa dilakukan seseorang sejak usia 30 tahun, terlebih apabila orang tersebut memiliki faktor risiko dari keluarga seperti orangtua atau saudara kandung. Hal ini diungkap spesialis penyakit dalam divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes RS Cipto Mangunkusumo FKUI dr Farid Kurniawan, SpPD, PhD.

Menurutnya, jika hasil tes gula darah menunjukkan di luar batas normal maka akan dikonfirmasi dengan beberapa pemeriksaan.

"Secara umum, usia 30 tahun kita anjurkan cek gula darah. Nanti kalau didapatkan hasil gula darahnya di luar batas normal, kita akan konfirmasi dengan beberapa pemeriksaan," ujar Farid di Jakarta, Minggu (12/11), dilansir Antara.

Skrining, kata Farid, bisa dilakukan juga pada orang dengan berat badan berlebih, darah tinggi, serta memiliki kebiasaan merokok.

Skrining diabetes dianjurkan karena usia paling banyak yang menderita diabetes biasanya di atas 40 tahun, atau sia pertengahan antara 30 hingga 60 tahun. Untuk itu, pemeriksaan perlu dilakukan guna menciptakan kesadaran bahwa meski usia muda belum tentu bebas dari diabetes.

Farid mengatakan, data terbaru angka prevalensi diabetes pada 2018 menunjukkan, 9 dari 10 atau 8,9 persen orang Indonesia memiliki diabetes. Sayangnya 3 dari 4 penyandang diabetes atau 75 persennya tidak terdiagnosis.

Oleh karena itu, prosedur deteksi dini juga dilakukan sebagai upaya menurunkan angka kematian dini akibat diabetes di Indonesia.

Hal itu pula yang diadvokasi oleh Kementerian Kesehatan.

"Itu yang kemarin dari Kementerian Kesehatan sempat melakukan advokasi, rencananya mereka meningkatkan skrining dari penderita diabetes supaya menurunkan angka kematian dini diabetes di Indonesia," ucapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Anak-Anak Juga Rentan Memiliki Diabetes Tipe 1

Selain itu, ungkap Farid, anak usia di bawah lima tahun dan puncaknya 11 tahun juga rentan terkena diabetes tipe 1. Ini karena adanya kerusakan sel Beta pankreas atau kelenjar pankreas di dalam tubuh tidak bsia menghasilkan insulin yang cukup. Hal itu menyebabkan gula darah tubuh meningkat.

Tak hanya usia anak, bayi baru lahir pun bisa memiliki diabetes yang disebut Neonatal Diabetes.

Maka dari itu, gaya hidup sehat penting dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes baik di usia muda, ibu hamil maupun lansia. Gaya hidup sehat dilakukan dengan berolahraga, mengurangi kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi yang bisa meningkatkan risiko diabetes.

"Pertama aktivitas fisik yang teratur, kemudian olahraga, juga makanan tidak hanya mengurangi asupan gula tapi mengurangi asupan makanan yang kalorinya tinggi, makanan berlemak salah satunya gorengan." tutur Farid.


Setop Merokok, Kurangi Stre, dan Istirahat Cukup

Faktor pola hidup lain yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengelola diabetes adalah setop kebiasaan merokok, kurangi stres dan istirahat cukup.

Farid berharap masyarakat bisa lebih sadar untuk memeriksakan kondisinya ke fasilitas kesehatan untuk cek gula darah agar dapat dipantau.

Bagi individu yang telah memiliki diabetes, Farid mengingatkan agar semangat mengonsumsi obat secara rutin untuk mengontrol gula darah. Selain itu, didorong pul auntuk rutin periksa ke dokter agar kondisi tetap terkontrol.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya